Sedikit demi sedikit aku melihat cahaya yang mulai membaur dengan kegelapan pekat tanpa udara yang menyelubungi mataku. Kepalaku sakit setiap kali terguncang. Aku menghitung setiap tarikan dan embusan nafas yang keluar, dan aku hampir saja menghitung setiap detik aku bernafas. Aku berusaha untuk memfokuskan pikiranku dengan apa yang sebenarnya terjadi saat ini. Aku memejamkan mataku dengan paksa dan membukanya dengan cepat--berusaha untuk lebih fokus. Lambat laun aku mulai bisa melihat daun pohon pinus yang tajam dan mendengar kicauan burung. Lama-kelamaan suara itu berubah menjadi deru mesin. Butuh beberapa menit untuk menyadari bahwa aku berada di dalam mobil.
Aku berusaha untuk duduk dan melihat apa yang terjadi disini, tetapi dadaku sakit berdenyut setiap kali aku mencobanya. Ingatan yang terakhir kali kuingat adalah Ren menusukku malam tadi di depan teman-temanku yang lain saat kami berusaha berlindung dari mahkluk itu di bawah rongga pohon. Tepat pada saat ini hanya ada satu hal: Ren. Dia pembunuhnya.
Aku berusaha menahan air mata panas kemarahan meluncur dari ujung mataku, dan rupanya aku terlambat. Aku menangis tersedu-sedu dan tidak terlalu yakin tentang apa yang kutangisi: kemarahan atau kehilangan. Aku bisa merasakan air mata sampai ke belakang kepalaku dan akhirnya bisa membasahi kulit kepalaku. Tubuhku gemetar. Bau darah yang menempel pada kulitku semakin jelas tercium.
"Rupanya kau sudah bangun." Sebuah suara muncul dari depan mobil. Aku berusaha menengadah melihat siapa yang bicara, tetapi denyutan luka itu menolaknya lagi. Aku berusaha berpikir lebih dalam untuk menggali ingatanku tentang suara-suara orang yang pernah kutemui, tetapi suara ini sangat familier dan aku yakin aku pernah bertemu dengannya, tapi di sisi lain aku tidak mengenalnya.
Aku tidak bisa menanyakan siapa dia atau apakah dia mengenalku, hanya ada satu hal yang bisa kutanyakan, "Kenapa kau menangkapku?"
Ada embusan nafas panjang dan ketidakyakinan yang membuatnya gugup, sehingga kata-kata yang hendak dikatakannya terpenggal-penggal dan hanya menjadi serpihan huruf tanpa makna. Aku menunggu beberapa menit dan akhirnya bertanya hal yang sama beberapa kali dan akhirnya dia menjawab, "Kau salah satu yang beruntung."
"Apa maksudmu?"
"Kau salah satu dari orang-orang yang beruntung. Aku akan mengisahkanmu nanti," balasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Amuboid: Mission 101 (Short)
Random(Lanjutan Forest of Amuboid) Namaku Lara. Aku selamat dari hutan Amuboid. Mereka merencanakan sesuatu. Awalnya kami hanya terjebak. Dan aku tidak pernah menyangka teror selanjutnya akan membawa semua orang di dunia menuju akhir peradaban.