Penutup (Sebelum Masa Itu Tiba)

2.3K 38 0
                                    

Dalam cinta, tidak peduli dia laki-laki ataupun perempuan. Keduanya memiliki kapasitas rasa yang sama. Hanya terkadang cara mengungkapkannya saja yang berbeda. Namun, selalu bermuara pada kebahagiaannya dan kebahagiaan orang yang di cintai.

Ini bukan tentang cinta seorang laki-laki pada seorang perempuan atau sebaliknya. Ini adalah kisah dimana seseorang yang mencintai namun merasa tak membahagiakan dia yang dicintainya. Atau bahkan, ia tak pernah menghargai cintanya. Bahkan, air mata pun seperti cinta. Ia tak mengenal laki-laki atau perempuan. Jika memang harus jatuh berurai maka tak bisa membendungnya.

Ini adalah kisah tentang seorang anak manusia yang tak bisa memahami bahwa selalu ada yang mencintainya. Kisah seorang anak manusia yang belum mampu menangkap kenyataan bahwa ada orang yang selalu mendoakan untuk kebahagiaannya, ada orang yang selalu mencemaskannya, ada yang mencintai tanpa pernah mengharapkan balasan. Namun selalu terabaikan. Meski begitu, cintanya tak pernah hilang walau sekejap, tak pernah mati walau sedetik. Seseorang itu bernama Ibu.

Kisah ini, terjadi beberapa waktu yang silam.

***

"Minggu depan jadi ikut?"Tanya Luqman saat kami sedang bermain gitar.

Luqman adalah sahabatku selama berada di perantauan. Aku sudah menganggapnya seperti saudara sendiri. Dia adalah sahabat yang sederhana dan tak pernah banyak tingkah. Katanya, dia memiliki seorang adik perempuan yang masih duduk di bangku SMA dan ibu yang luar biasa. Hampir setiap malam, dia selalu bercerita tentang sosok ibunya. Dia mneceritakan sosok ibunya seolah tanpa cela. Itulah yang membuatku memutuskan ikut kekampung halamannya libur panjang minggu depan. Selain untuk berkenalan lebih jauh dengan ibu dari sahabatku, sekalian menjenguk.

"Tapi, jangan lupa kenalin sama adikmu ya! Hahaha." Sebenarnya itu hanya bergurau. Karena Luqman pernah bercerita bahwa adiknya sangat cantik. Walaupun aku kira itu hanyalah cara seorang kakak memuji adiknya sendiri karena seorang kakak tentu tak akan menjelekkan adiknya sendiri.

"Sebenarnya kau mau ketemu ibuku ata adikku?" Tanyanya dengan tatapan khas seorang kakak yang melindungi adiknya.

"Dua-duanya." Jawabku dengan tidak bisa menahan untuk tidak tertawa.

Luqman menempuk dahinya.

Obrolan terhenti. Luqman kembali memetik gitar yang sedari tadi berada di pelukannya. Ini adalah cara kami menikmati malam. Memetik gitar ditemani secangkir kopi untuk berdua.

Setelah menyeruput kopi, Luqman langsung memetik gitarnya. Sebuah lagu dari Iwan Fals berjudul Ibu. Ini adalah lagu favoritnya. Jika sudah melantunkan lagu ini dia akan menikmatinya sendiri. Matanya akan terpejam seolah pikirannya masuk dalam setiap lirik lagu tersebut. Petikan gitarnya pun seolah ia petik dengan sepenuh hati. Puncaknya, dia akan menangis.

Katanya, dia selalu teringat ibunya. Ah, aku pikir karena Luqman hanyalah anak manja yang belum siap jauh dari ibunya. Sampai saat itu Aku juga menganggap air mata hanyalah menunjukan kelemahan seorang laki-laki.

Waktu yang dijanjikan itu tiba. Pagi-pagi sekali Luqman sudah mengingatkanku. Hanya ada dua bus dari kota yang menuju ke kampunya. Jadi jangan sampai terlambat atau harus menunggu bus yang berangkat nanti sore.

Bus yang kami tumpangi melaju dengan kecepatan yang masih normal jika dibandingkan bus yang biasa aku tumpangi jika pulang kampung. Sepanjang perjalanan, pemandangan yang terhampar di pinggiran jalan tak jauh berbeda dengan jalan yang biasa aku lewati saat pulang kampung. Hamparan sawah yang mulai menguning, kios-kios kecil, dan perkampungan warga.

Sepanjang perjalanan, aku lebih banyak bercerita. Yang intinya, pulang ke kampungnya terasa seperti pulang ke kampungku. Aku juga banyak bertanya tentang ibunya dan sesekali membandingkannya dengan ibuku. Sementara Luqman lebih banyak diam. Hanya sesekali menjawab pertanyaanku jika memang perlu dijawab. Selebihnya hanya anggukan atau sedikit tersenyum. Harusnya, ini menjadi perjalanan yang menyenangkan.

Surat Cinta Untuk IbuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang