Surat Cinta #9

793 24 0
                                    

Ibu...,

Dalam surat ini izinkan aku bertanya tentang sesuatu hal yang mengganjal lubuk hatiku. Tentang sesuatu yang sering memaksaku untuk mengurai air mata. Tentang sesuatu yang membuatku membencimu. Tentang sesuatu yang membuatku semakin mencintaimu.

Mungkin, ibu merasa aneh dengan apa yang aku pertanyakan. Bagaimana mungkin ada hal yang bisa membuat benci sekaligus membuat semakin cinta. Benar kan bu?

Atau ibu sekarang sedang memutar otak mengingat semua kenangan bersama anakmu yang membuat anakmu menjadi benci. Benar kan bu?

Baiklah bu, ini adalah pertanyaan yang ingin aku utarakan kepadamu:

Begini bu,
Apakah benar ibu adalah seorang pembohong seperti apa yang dikatakan orang-orang. Benarkah semua ibu itu adalah pembohong ulung? Benarkah bahwa seorang ibu adalah orang yang pandai berbohong?

Aku harap ibu bisa menjawabnya dengan jujur.

Benarkah bu, saat makanan di rumah kita tinggal sedikit lalu keluar dari bibirmu perkataan "Makanlah nak, Ibu tidak lapar!" Itu adalah sebuah kebohongan?

Benarkah bu, perkataanmu adalah kebohongan hanya agar anakmu ini tak merasakan lapar? Padahal, saat itu engkau juga merasa lapar. Tapi memilih berbohong dengan mengatakan "Ibu tidak lapar."

Benarkah saat itu engkau sedang berbohong? Kenapa bu? Kenapa engkau harus berbohong hanya untuk itu, padahal kita bisa membagi makanan itu berdua tapi engkau memilih menahan lapar? Kenapa bu?

Baiklah, sebelum ibu menjawab kebohongan yang pertama, aku akan menanyakan lagi kebohongan ibu yang selanjutnya.

Dulu, saat aku sakit, ibu adalah orang yang paling khawatir dengan keadaanku. Ibu adalah orang yang paling panik dengan keadaanku. Engkau akan memperlakukanku sebagaimana raja. Apapun yang aku inginkan selalu engkau penuhi. Engkau melayaniku dengan penuh ketulusan. Menyiapkan bubur untukku walaupun kadang aku menolak untuk memakannya tapi engkau tidak marah karena usahamu tak dihargai. Dan saat malam tiba, engkau akan setia berada di sampingku, menemaniku hingga larut malam sampai aku benar-benar bisa istirahat. Dan engkau akan mengatakan "Tidurlah nak, Istirahatlah nak. Ibu akan tetap berada disampingmu!" Lalu aku bertanya padamu "Apakah ibu belum mengantuk?" Dan engkau akan berkata dengan lembut "Ibu belum mengantuk." Kata orang, itu adalah sebuah kebohongan seorang ibu. Katanya, saat itu sebenarnya ibu sudah merasa lelah dan mengantuk. Tapi, ibu memilih berada disamping anaknya untuk memastikan bahwa anaknya bisa beristirahat dengan nyaman. Benarkah itu adalah kebohonganmu juga bu?

Kalau saja, aku mengetahui kebohonganmu itu tentu aku akan memilih berpura-pura tidur hanya agar engkau juga bisa istirahat. Tapi sekali lagi engkau adalah orang yang pandai menyembunyikan kebohongan. Lalu, kenapa harus berbohong?

Tidak perlu dijawab dulu bu! Walaupun aku tahu, ibu akan segera membantah apa yang aku tanyakan. Saat ini ibu pasti sedang menggeleng dengan mata sembab. Maafkan aku bu, jika pertanyaanku membuatmu harus menitikan air mata.

Kebohongan berikutnya yang ingin aku tanyakan ialah, saat aku kanak-kanak aku pernah merusak barang kesayanganmu, aku pernah ketahuan berbohong, atau saat aku beranjak remaja, aku sering berbuat ulah di sekolah sampai-sampai membuatmu harus berhadapan dengan pihak sekolah. Dan masih banyak lagi ulahku yang seharusnya membuatmu marah besar. Tapi, engkau tidak pernah marah. Bahkan saat aku bertanya dengan ketakutan setelah berbuat ulah "Apakah ibu tidak marah?" Ibu hanya diam, lalu tersenyum dan berucap "Ibu tidak marah nak, karena ibu tahu engkau akan berubah." Kata orang, itu juga adalah kebohongan seorang ibu. Benarkah bu?

Padahal, katanya saat itu Ibu ingin memarahi anaknya yang telah merusak barang kesayangan ibu, Ibu ingin menumpahkan rasa kecewa pada anaknya yang telah memberikan aib bagi seorang ibu karena anaknya tumbuh menjadi seorang yang tidak ia harapkan, Ibu ingin menumpahkan rasa kecewa kepada anaknya yang telah membuat malu ibunya di hadapan pihak sekolah dan masyarakat karena ulah kita. Tapi ibu memilih diam dan dengan halus ibu berkata " Ibu tidak marah, karena ibu yakin engkau akan berubah." Katanya, saat mengucapkan perkataan tersebut seorang ibu ingin menangis. Tapi mereka selalu berusaha tersenyum. Karena seorang ibu menyadari bahwa anaknya lebih istimewa dari barang kesayangannya yang rusak. Dan yang paling penting saat ibu mengatakan "Karena ibu yakin engkau akan berubah." Itu adalah sebuah doa kepada Yang Maha Kuasa dan kepercayaan kepada anaknya. Walaupun saat itu ibu ingin marah tapi mereka memilih tersenyum. Hanya karena tak ingin memarahi dan mengajarkan marah pada anaknya. Benarkah demikian bu? Benarkah saat ibu mengatakan "ibu tidak marah" adalah sebuah kebohongan? Kenapa mesti berbohong bu? Kenapa ibu tidak memarahiku saja?

Surat Cinta Untuk IbuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang