Surat Cinta #8

783 14 0
                                    

Ibu...,

Nasihatmu adalah embun yang menyejukan.
Ridhamu adalah cahaya yang kan menemaniku dalam menapaki setiap langkah perjalanan hidup.
Doamu adalah kunci untuk membuka pintu-pintu langit.

Aku teringat dengan bekal yang engkau berikan padaku saat engkau melepaskanku untuk berjuang menjalani proses hidup jauh dari tempatmu berada. Bekal yang sempat aku lupakan tapi bekal itu ternyata tak basi sampai saat ini aku baru membukanya. Sebuah bekal hidup yang harusnya aku jadikan pegangan saat aku tak bisa lagi mendengarkan nasihatmu secara langsung.

"Berangkatlah! Melangkahlah! Pergilah! Ibu tidak bisa selalu berada di sampingmu, tapi percayalah bahwa ibu telah mempercayakan untuk menjaga dirimu pada doa. Di luar sana, bukan hanya kerikil yang akan mengahalangi setiap langkah yang akan kamu tempuh melainkan banyak batu-batu besar yang setiap saat akan menimpamu. Diluar sana, bukan hanya duri-duri kecil yang akan menghalangi setiap perjalananmu tetapi akan kau temukan juga paku-paku berkarat yang siap menusuk telapak kakimu. Di luar sana, bukan hanya kelelahan yang akan melemahkan perjuanganmu namun juga ada kebebasan yang dapat melenakanmu. Disana, di luar sana kamu akan menemui semuanya. Dan ibu tidak bisa mengingatkanmu saat ada batu besar yang akan menimpamu. Ibu tidak bisa mengingatkan saat ada paku-paku berkarat yang akan kamu injak. Ibu tidak bisa mengingatkanmu saat kamu terbawa arus kebebasan yang tak kenal batas. Tapi tenang saja, ibu akan selalu berdoa untukmu. Dari jauh, ibu akan memohon pada Yang Maha Kuasa agar senantiasa melindungimu. Kalau nanti di tempatmu berjuang akan ada 'batu besar' yang menimpamu, percayalah bahwa akan ada doa ibu yang menahan batu itu agar tidak menimpamu. Saat kakimu akan menginjak 'paku-paku berkarat' yang hendak menghentikan langkahmu maka doa ibu akan segera menyingkirkan 'paku-paku' itu. Saat engkau hendak terbawa arus yang tidak baik, doa ibumu juga akan menjadi penghalang setiap langkah itu. Memang, engkau tidak akan melihat bagaimana doa itu bekerja. Tapi percayalah, doa ibumu ini akan senantiasa berada di depan, di belakang, di samping dan di atasmu untuk senantiasa melindungimu.

Jangan pernah berhenti berbuat baik di tempatmu berada! Karena, doa ibumu tak selalu kuat untuk melindungimu. Untuk itu, ibu membutuhkan bantuan tenaga untuk melindungimu. Salah satunya yaitu dengan kebaikan yang kau tebarkan. Jangan sekalipun menyimpang dari kebaikan! Karena kalau saja itu terjadi, maka sama saja kamu melemahkan kekuatan doa ibu.

Pergilah bersama ridha ibumu! Melangkahlah dengan keikhlasan ibumu!
Ibu akan senantiasa menanti kabar bahagiamu." Itu adalah bekal yang engkau berikan padaku saat melepaskanku pergi untuk menjalani sesuatu yang engkau sebut proses hidup.

Aku kembali membuka bekal yang sempat aku lupakan saat hari ini aku merasakan kelelahan berjuang. Sampai aku tiba pada satu kesimpulan bahwa aku sudah jauh dari garis yang harusnya menjadi jalur hidupku. Aku terlalu banyak menyimpang. Aku tidak pandai BERSYUKUR.

Padahal, sebelum hari ini. Sebelum lelah ini. Betapa banyak kemudahan-kemudahan yang telah aku dapatkan. Betapa banyak kebahagiaan-kebahagiaan yang aku raih.

Keadaan demikian, justru membuatku terlena. Sampai aku lupa pada satu atau beberapa hal. Mungkin, kemudahan-kemudahan yang selama ini aku dapatkan adalah buah dari doamu yang telah mengubah kesukaran itu menjadi kemudahan.

Mungkin, kebahagiaan-kebahagiaan yang aku rasakan adalah buah dari doamu. Kekuatan doamu telah mengubah sesuatu yang harusnya menjadi duka namun berganti menjadi bahagia.

Tapi, justru keadaan itu membuatku lupa pafa pesanmu agar aku selalu berbuat baik pada sesama. Serta, aku lupa untuk senantiasa berbagi kabar denganmu.

Hingga akhirnya, hari ini aku berada di ujung lelah. Mungkin, ini juga cara doamu bekerja untuk menghentikan langkahku yang sudah terlalu jauh menyimpang.

Surat Cinta Untuk IbuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang