Chapter 1

86 13 1
                                    

"Gud morning everybody!" Teriak ku pada suasana kelas yang tidak begitu ramai

"Tumben kamu datengnya siang, la" ucap kareen

"Iya bener. Biasanya kamu yang paling pagi dateng diantara kita bertiga."celetuk Dira

Raut wajahku pun berubah ketika ditanyakan alasan mengapa aku datangnya siang. Itu semua karena kakak ku, bang dio. Dia memintaku untuk menemaninya untuk mengerjakan PR. Biasanya dia tidak butuh ditemani, tapi entah kenapa kemarin iya meminta aku untuk menemaninya. Awalnya aku tidak mau, tapi dia berjanji akan membelikan aku ice cream vanila sepuas yang ku mau. Karna sudah tergoda akan tawarannya, aku pun meng-iyakan apa yang dia minta padaku. Ku kira paling lama hanya sampai jam 12 malam. Ternyata sampai jam 3 pagi. Aku tidak mengerti apa saja yang dia kerjakan sampai jam 3 pagi tersebut. Padahal dia baru duduk kelas 2 SMP, tapi pekerjaannya sudah seperti anak SMA.

"Nemenin bang dio ngerjain PR, sampe jam 3 pagi. Alhasil aku kesiangan nih. Ini juga masih ngantuk banget." Jawabku sambil menaruh tas dibangku yang ku duduki.

"Tapi nanti dikasih apa sama bang dio?" Tanya kareen.

Pertanyaan Kareen tidak ku jawab, entah magnet apa yang telah menarik ku untuk memperhatikan seorang yang disana. Laki-laki yang baru memasuki kelas tersebut telah menyita perhatianku, dia adalah Rama. Teman sekelas yang aku suka. Berwajah manis, memiliki badan yang tinggi, dan anak yang sangat pintar akan matematika. Entah sejak kapan aku menyukainya, yang ku tahu belumlah lama. Terlalu fokus pada Rama, hingga akhirnya,

"LA KAMU DENGER APA YANG AKU TANYA NGGA SIH?" Teriak Kareen tepat di telingaku.

"Aduh Kareen, cempreng banget sih suaranya. Sakit nih kuping aku."

"Lagian kamu tuh klo ditanyain ya jawab gitu. Ini malah ngelamun. Ngeliatin apa sih? Ohh aku tau, kamu ngeliatin si Ra--" dengan segera aku membekap mulutnya

"Leeppfffaassspttssinnn" ucap Kareen tidak jelas.

"Aduh, jangan dibekap dong mulut aku. Tangan kamu tuh bau, bau ikan asin tau."

"Abisan kamu sih, reen. Asal nyeplos aja. Si Rama aja sampe nengok ke sini. Untung aja dia ga begitu denger apa yang mau kamu omongin" celetuk Dira tiba-tiba.

Aku pun geleng-geleng kepala karna tingkah kedua sahabatku. Lega karna aku tepat waktu untuk membekap mulut Kareen. Jika tidak, habislah aku.

"Iyaudah si. Tapi bener kan klo dia ngeliatin rama?"

"Ya iyalah Kareen ku sayangggg, ya siapa lagi yang mau diliatin sama Lala klo bukan Rama." Jawab Dira dengan gemas.

"Tuh kan bener. Nah, skrg kamu belum jawab pertanyaan aku yang tadi, la"

"Ah udah deh, ganti baju olahraga dulu aja yuk. Udah mau masuk pelajarannya kan? Keburu penuh nih ruang gantinya"

"Iya tuh bener. Ayo la, reen." Ajak Dira

××××××××××

Setelah mengganti baju, mereka pun langsung menuju lapangan. Kali ini materi olahraga mereka yaitu lari. Mereka akan lari mengelilingi komplek. Itu adalah kabar baik bagi Lala, tapi tidak bagi Kareen, dan Dira. Mereka tidak suka lari, mereka lebih memilih sit up dibandingkan lari. Tapi tidak dengan Lala, dia justru sangat suka lari. Dia selalu mendapatkan nilai sempurna dalam materi ini.

Seperti biasanya, Lala lah yang sampai duluan di sekolah. Sementara teman-temannya masih dalam perjalanan menuju sekolah, termasuk Kareen, Dira, dan begitu juga dengan Rama. Ia pun meneguk air mineral yang dia bawa dengan pelan-pelan lalu mengatur nafasnya. Kini dia sedang duduk di Taman sekolahnya yang sangat indah. Ia menatap sekitarnya. Redment School, itulah nama sekolahnya sekarang. Menyediakan berbagai fasilitas yang memadai, lapangan yang luas, bersih, asri, serta memiliki taman yang indah, selain itu murid-murid disini juga pintar. Termasuk Lala sendiri. Wajar bila sekolahnya termasuk sekolah favorit. Entah kenapa tiba-tiba ia mengingat ucapan Kareen di ruang ganti tadi,

"La, aku mau ngomong sesuatu sama kamu" ucap Kareen membuka obrolan diantara mereka.

"Iyaudah ngomong langsung aja kali, reen."

"Aku suka juga nih sama Rama! Gapapa kan, La?" Jelas kareen.

"Oh, iya? Gapapa kali. Berarti kita suka sama orang yang sama dong ya? Asik jugaa tuh" senyum Lala mengembang.

Dan pada akhirnya, tidak terjadi obrolan apapun diantara mereka.

Lala berhenti melamun karna melihat kedua sahabatnya sedang menuju tempatnya sekarang.

"Kamu tuh klo lari ya, selalu aja jadi yang pertama. Kaki kamu tuh kaki kuda? Sini coba aku liat" Dira dengan cepat menarik celana olahraga ku ke atas, sehingga betisku terlihat.

"Tau nih kamu, La. Ngga ada capeknya kali ya klo lari. Untung kamu ngga suka lari dari kenyataan loh ya. Hahahaha" gurau Kareen.

"Udah liat kan kaki ku, Dir? Aku tuh bukan kuda tau. Kamu juga, Reen, ya kali aku lari dari kenyataan. Kalian tuh ada-ada aja deh."

"Btw, ngga terasa ya klo kita udah kelas 4. Semester 2 lagi. Dikit lagi kelas 5, trus nanti kelas 6, abis itu kita mau jadi anak SMP. Waktu itu emang cepat berlalu ya.", "kalian ga boleh malas-malasan lagi. Sama halnya kayak aku. Tingkatin lagi nilai pelajaran yang masih lemah, dan pertahanin nilai yang sudah bagus." Sambung Dira.

Aku dan Kareen pun mengangguk antusias. Kita bertiga belajar dengan giat agar bisa satu sekolah lagi di jenjang berikutnya.

Bel istirahat pun berbunyi. Mereka langsung menuju kantin untuk membeli yang mereka inginkan. Sudah menjadi kebiasaan Lala untuk membeli susu vanila di kantin ini. Menurutnya, susu vanila di kantin ini mempunyai rasa yang berbeda dibanding dengan susu vanila yang ia beli sebelumnya. Bahkan, ia bisa menghabiskan 4 gelas susu vanila dalam sehari.

Skip

Pelajaran pun telah usai, kini saatnya ia pulang ke rumah. Ia sudah tidak sabar untuk berdiam diri di kamarnya yang serba putih hitam. Dia diberi kebebasan untuk mengatur sendiri kamar yang ia inginkan. Hingga disinilah ia sekarang. Sebuah ruangan yang menjadi saksi akan kegiatannya selain belajar. Entah untuk berdiam diri, menulis diary, atau hal yang lainnya yang ia kerjakan. Ac yang sangat dingin tidak berpengaruh padanya, karena dengan balutan selimut tebal ditubuhnya, dia merasa nyaman. Dia merasa ada sesuatu yang salah pada dirinya. Entah apa, ia tak tahu. Apa itu menyangkut perkataan Kareen? Bisa jadi. Ia tak mengerti mengapa ia seperti biasa saja mendengar langsung bahwa Kareen juga menyukai Rama. Ia tidak marah, kesal ataupun merasa tersaingi. Cemburu? Mungkin iya, tapi tidak begitu ia rasakan. Apa karna Kareen sahabatnya, ia jadi tidak bisa marah akan hal tersebut? Ia sendiripun tidak bisa mendapat jawaban yang pasti akan pertanyaan yang muncul dalam pikirannya. Hingga akhirnya ia pun terlelap.

------------------------------------------------------

Hai! Gue penulis baru di wattpad. Ini cerita pertama gue. Cerita ini gua ambil dr kisah nyata yang gua alamin, dan mungkin akan ada tambahan tambahannya. Sorry banget ya penulisannya masih acak adul, ga jelas, dan feel nya belum dapet. Tapi gue bakal terus belajar lagi ko. Doain yaa, guys!
Semoga kalian sukaaa:)

-mbingung.

Always Back Into YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang