Siapkah kau jatuh cinta?

1K 77 2
                                    


Langit Jakarta sore ini sudah sangat gelap, angin bertiup kencang. Semua orang bergegas ingin segera pulang menuju rumah mereka masing masing.

Perlahan tetesan air hujan itu mulai turun membasahi bumi, aku makin mempercepat langkahku menuju sebuah halte bus dekat kampus.

Kacamata yang ku pakai mulai mengembun, aku melepaskan kacamataku dan membersihkannya. Air hujan turun makin deras. Aku menggunakan tas ranselku untuk menutupi kepalaku, ya memang tak terlalu berpengaruh namun setidaknya ini bisa membuat air hujan tak langsung jatuh di kepalaku.

Kemeja yang aku pakai sudah basah karna air hujan, ditambah lagi dengan angin yang bertiup kencang, membuatku sedikit menggigil kedinginan. Akhirnya aku bisa berteduh di sebuah warung yang lebih dekat untukku berteduh. Jika harus sampai halte aku yakin, besok aku tidak masuk kuliah.

"Permisi buk.. Saya numpang berteduh ya?." Ujarku sopan pada seorang wanita paruh baya yang tengah menonton televisi yang menayangkan sebuah sinetron.

"Ohh.. Silahkan mas." Jawabnya sambil tersenyum padaku.

"Emm, saya pesen kopi satu ya buk." Ujarku lagi, yaa sepertinya tidak enak saja jika tak membeli sesuatu dari warung ini. Ibu tadi mengacungkan jempolnya dan segera meracik kopi pesananku.

Sepertinya segelas kopi bisa kembali menghangatkan badan kurusku yang kedinginan ini. Hehehe.

Sayup sayup aku mendengar seseorang yang sedang menangis, aku mengedarkan pandanganku mencari sumber suara tadi. Hujan yang cukup lebat dan kacamataku yang mengembun membuatku sedikit kesulitan mencari sumber suara tadi.

Itu dia, aku menemukan seorang gadis dengan seorang pria yang sedang bertengkar di bawah air hujan. Sepertinya umur mereka tidak jauh dari umurku. Aku berniat untuk menghampiri gadis tadi namun aku urungkan ketika ibu pemilik warung ini kembali dengan segelas kopi pesananku.

"Mas ini, pesanannya." Ujar beliau dengan logat medoknya.

"Mm- makasih buk." Ujarku sambil menerima kopi tadi. Aku melihat pandangan mata ibu pemilik warung ini lurus kedepan, aku kengikuti arah pandangannya.

"Aduh, anak jaman sekarang yaa. Hujan hujan begini kok iyaa berantem gitu. Apa nggak takut sakit ya, lagian masih kecil udah pada cinta cintaan." Ujar ibu tadi ketika aku ikut melihat ke tempat yang sama dengan beliau.

"Engh.. Ii- iya ya buk.." Jawabku sambil menyeruput kopi milikku.

"Sebenernya apa yang mereka omongin di tengah hujan gini, wong masih pacaran aja udah sering berantem gimana kalau nikah nanti.. Ck ck, jaman edan.." Gumam ibu tadi sambil menggelengkan kepalanya

Tunggu, ada yang aneh dari kata kata ibu tadi. Ibu tadi bilang, kalau mereka sering berantem. Atau ini bukan pertama kalinya mereka bertengkar di tempat umum begini.

"Maaf buk, tadi ibu bilang kalau pasangan tadi sering bertengkar, emangnya sering ya buk?." Tanyaku. Ibu tadi menatap ke arahku lalu menghela nafasnya panjang, dan duduk di meja depanku sambil meletakkan lap yang ia gunakan untuk membersihkan meja.

"Iyaa mas, mereka sering bertengkar di tempat umum begitu, jadi udah bukan hal aneh lagi. Yang saya bingung kenapa ceweknya masih mau aja sama cowoknya. Kaya nggak ada cowok lain aja di dunia ini." Ujar sang ibu.

Aku menolehkan kepalaku, melihat gadis tadi berjalan ke tempat ini. Iya, ke warung yang aku gunakan untuk berteduh. Aku melihat kesekitar mencari kemana perginya laki laki yang membuatnya.. Hey, dia menangis. Walau di bawah hujan terlihat jelas jika ia baru saja menangis.

"Yaudah mas saya tinggal dulu ya, itu sinetron saya udah nunggu buat di tonton." Aku mengangguk dan menggosokkan kedua tangaku.

Aku melihat bayangan seseorang yang mendekat, gadis tadi mungkin. Pikirku. Aku mencoba mengalihkan pikiranku dengan membaca buku yang aku pinjam dari temanku, untungnya tidak basah karena air hujan.

FlashficTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang