Seorang pria sedang berdiri menatap laut dengan memasukkan tangannya kedalam saku celana berwarna coklat miliknya.
Matanya terus menatap gulungan ombak yang kemudian hancur menabrak karang
"Ombak itu aneh, dia tau sekuat apapun ia akan tetap pecah saat membentur karang." Ujar seorang gadis di sampingnya
Gadis itu memejamkan matanya membiarkan hembusan angin menerbangkan poni sampingnya.
"Sama kayak cinta, sekuat apapun kalau memang bukan takdirnya pasti akan pecah. Dan lagi-lagi, hatilah yang menjadi korban." Tukas gadis itu dengan membuka matanya
Sementara pria tadi hanya mengeryit heran dan terus memperhatikan wajah samping gadis itu.
"Cih.. Jangan sok puitis deh." Cibir pria itu sambil mengendurkan dasinya
"Tapi benar kan?" Gadis itu berdiri menghadap pria tadi
"Takdir Tuhan emang nggak ada yang tau, tapi setahu ku kita bisa berusaha mengubah takdir itu." Pria itu menunduk menatap gadis di depannya
"Veranda." Gadis tadi menjulurkan tanganya,
Sementara pria itu menatap tangan gadia bernama Veranda tadi, ia sama sekali tidak tertarik berkenalan dengan gadis tadi
Ia memilih berbalik dan meninggalkan gadis tadi,
"Sombong banget!" Veranda berjalan menyusul pria tadi, berdiri di depan pria itu lagi sambil menyilangkan kedua tangan dengan pipi menggembung
Pria itu memutar bola matanya malas, walau tidak bisa dipungkiri ia gemas melihat gadis tadi menggembungkan pipinya.
"Kamu itu sombong banget! Aku kan udah nemenin kamu liat ombak, terus aku udah ajak kenalan duluan. Masa kamu malah pergi ninggalin aku gitu aja!" Protes Veranda
Pria tadi menarik senyumnya, hanya sedikit. Veranda bahkan tak tau jika pria tadi sedang terkekeh dan tersenyum.
"Udah?" Pria itu menatap Veranda datar,
"Belom!" Teriak Veranda,
"Kamu tau nggak sih, kalau aku tuh ce-"
"Kinan." Potong pria tadi masih dengan tatapan datarnya
"Kinan?" Veranda menatap pria tadi dengan wajah bingung
"Saya, Kinan. K-I-N-A-N dibaca Kinan." Eja Kinan dengan menaikkan sebelah alisnya.
"Itu kan yang kamu mau? Kalau gitu saya duluan, Veranda." Kinan menyelipkan helaian rambut Veranda yang tertiup lalu melangkah meninggalkan dermaga.
Entah ia mendapat keberanian dari mana untuk melakukan hal tadi, yang jelas hatinya terasa hangat saat ia menyebut nama gadis tadi. Veranda.
***
Beberapa hari ini Kinan terlihat tidak fokus dengan pekerjaannya. Sejak tadi ia hanya diam dan melamun.
Membuat sahabatnya, Boby. Heran dengan sikap Kinan hari ini
"Lo kenapa sih?" Tanya Boby dengan mengambil minuman kaleng dalam kulkas dalam ruangan Kinan
"Hah? Nggak papa." Jawab Kinan dengan memutar sebuah pena diantara jari telunjuk juga tengahnya
"Nan, gue sama lo temenan sejak kita masih sama dalam wujud sper-" Ucapan Boby terhenti ketika melihat tatapan mata Kinan
"Okay, I mean, pas kita sama sama di dalem perut sampe sekarang, gue bisa bikin Boby junior di dalem perut Shania." Kata Boby
"Jadi, lo nggak bisa bohongin gue, Nan." Tukas Boby
