"Gimana Ali? Atau... Aku akan..."
"Oke! Gue mau!"
"Apa? Apa kamu bilang? Aku gak denger..."
"Oke." Ali menarik nafasnya dalam². "Gue mau jadi kekasih lo." ucap Ali.
"Bagus."
Disaat bersamaan Ali berkata demikian,seseorang di balik pintu sedang menyimak kalimat Ali. Dia Prilly. Prilly disini. Prilly tadinya diperintah oleh guru untuk mengambil buku latihan di ruang guru. Sebenarnya ia mengajukan diri. Selain mengambil buku,ia tiba² saja teringat pada Ali. Ia ingin bertemu. Tapi,tak disangka... Pemandangan yang menyakitkan yang ia lihat di depan matanya sendiri.
"Ali..." lirih Prilly.
Ali menoleh dan mendapati Prilly tengah berdiri di ambang pintu dengan air mata yang sudah menbasahi pipinya.
"Prilly! Ini ini gak seperti yang kamu... Ini semua salah! Kamu salah paham." Ali menjadi gelagapan. Ia seperti maling ketangkap basah.
"Lo jahat! Gue benci sama lo!" tegas Prilly lalu berlari keluar ntah kemana.
"Prilly! Prilly!" Ali berteriak-teriak. Namun Prilly tak menggubris Ali. Ia tetap melanjutkan langkahnya. Hari ini Prilly sangat membenci Ali. Baru sekali jatuh cinta. Namun cinta begitu menyakitkan. Andai saja ia dapat memilih waktu itu. Mungkin dia akan memilih flying in love bukan fall in love. Dia seperti jatuh sejatuh-jatuhnya dan dihantam bebatuan besar bertubi-tubi di uluh hatinya. Rasanya benar² menyakitkan.
Ghina tersenyum penuh kemenangan. "Sudahlah sayang... Kamu gak usah fikirin dia. Namanya juga masih anak kecil. Masih labil." ucap Ghina dengan nada manjanya.
"Jaga bicara lo! Prilly gak seperti itu. Gue cinta sama dia karena dirinya. Setidaknya istri gue gak semurah lo!" bentak Ali dan berlalu dari ruang guru.
"Ali!!!" pekik Ghina dengan kesal. Lalu ia melipat kedua tangannya di depan dada dan bergumam "Sebentar lagi,hanya sebentar... Ali akan jatuh ke dalam pelukan gue dan gue bakalan nyingkirin bocah tak tau diri itu." Ghina tersenyum licik.
Ali mencari-cari Prilly. Ia menyusuri tiap² lorong kelas tanpa menghiraukan seisi pandangan sekolah terhadap Ali. Ali menjambak rambutnya frustasi. Kemana Prilly?
Ali memilih ke kelas Prilly dan berusaha mengintip ke dalam. Namun Prilly-nya tidak ada. Ali memilih mengetuk pintu dan membuat seisi kelas menoleh dan berteriak ricuh karena kehadirannya.
"Ya sir Ali. Ada yang bisa saya bantu?" tanya guru yang sedang mengajar.
Ali pun melangkah masuk. "Maaf pak Galang. Bolehkah saya meminjam salah satu siswi disini?" tanya Ali dengan hati².
"Tentu saja."
"Sir!! Aku aja!" Shena mengajukan diri dengan semangat.
Yang lain tak kalah semangat. "Aku! Aku! Aku!!!"
"Gritte. Tolong ikut saya sebentar." ucap Ali. Gritte mengangguk dan keluar bersama Ali. "Terima kasih pak Galang. Saya permisi."
"Ya. Ya." jawab pak Galang dan kembali mengajar.
Ali dan Gritte berjalan ke arah taman di belakang sekolah. "Ada apa bang?" tanya Gritte tanpa basa-basi.
"Lo tau gak Prilly kemana?" tanya Ali to the point.
"Loh? Bukannya tadi dia izin pulang ya? Katanya tiba² kepalanya sakit dan wajahnya pucat. Tapi,matanya sembab..." jelas Gritte.
"Apa?!" tanya Ali tampak kaget. Ini srmua gara² Ghina! Dasar! Ali mengacak rambutnya frustasi.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Teacher Is My Husband
FanfictionKisah cinta antara sepasang suami istri yang berstatus murid dengan guru. Dinikahkan,karena perjodohan. *** (Sudah Diterbitkan)