15

67.1K 3.1K 52
                                    

Gadis itu???!!!

Mata Ali membelalak. Ada rasa senang sekaligus kesal. Kenapa tak memberitahu kalau akan ke sini. Ali mendengus kesal. Tidak dengan Alya Percy Vivia yang notabene-nya adalah kakak kandungnya. Alya,atau yang sering disapa Kaia itu terkekeh dan berjalan menghampiri adiknya yang hanya berbeda 1 tahun dengan dirinya.

"Ngapain lo disini, kak?" tanya Ali yang masih berdiri di ambang pintu.

Kaia mendekat dan berdiri berhadapan dengan adik tengilnya yang sok sibuk. Ia tersenyum lalu sedetik kemudian ia menampar Ali. Ali tersentak kaget dengan aksi kakaknya yang menamparnya walaupun tamparannya tak memakai tenaga. Tapi,menampar ya tetap menampar.

"Apa²an sih lo?!" tanya Ali sambil mengelus pipinya yang ditampar kakaknya ini.

"Lo yang apa²an?!! Bukannya seneng gue disini. Bilang kek,lo kangen atau apa,gitu. Ini malah nanya ngapain gue kesini." dengus Kaia sebal sambil melipat kedua tangannya di depan dada.

Ali menggaruk tengkuknya yang jelas² tidak gatal sama sekali dan terkekeh. "Iya...iya. Gue kangen sama lo. Maksud gue,lo kok bisa kesini?"

Kaia memutar bola matanya dengan malas. "Harus ya,lo nanya gitu? Ya,gue kangen lah sama adik tengil kayak lo! Gue juga kangen sama Indonesia. Disana bosen! Gak ada yang bisa di-ajak berantem..." ucap Kaia lalu tertawa.

"Sialan lo,kak!" seru Ali

"Lagian lo... Percuma sekolah tinggi²,tapi ujung²nya lo jadi guru... Lo dikasih kepercayaan sama Daddy,buat ngurusin kantor. Daddy mau ngasih perusahaan nya buat lo. Eh,malah lo jadi guru."

"Lo kan tau,kenapa gue mau jadi guru... Gajinya lumayan-lah gede. Adik lo ini cakep! Jadi,salary-nya musti cakep juga." kekeh Ali.

Kaia menyikut perut Ali dengan sikunya. Membuat sang empunya perut,meringis kesakitan.

"Lo! Dari dulu suka banget nyikut perut gue. Sama kayak istri gue aja deh..." Ucap Ali sambil memegang perutnya.

"Iya,gue tau Li. Bini lo kan,alasannya?" tanya Kaia menebak. "Trus,mana bini lo? Kok gue gak liat dia?"

"Dia lagi jalan² di mall. Uda ah! Ntar aja kalau mau ketemu. Trus,Dad sama Mom. Mereka kemana?"

"Mereka besok baru sampai di Indonesia,Li."

Ali mengangguk paham. "Kalau gitu,gue masuk dulu. Gue musti tanda tangani beberapa file..." ucap Ali lalu melangkah masuk. Namun,langkahnya ditahan oleh Kaia.

"Ngak perlu repot². Uda gue tanda tangani." jawab Kaia dengan santai.

Ali mengeryitkan dahinya dan wajahnya berubah kesal. "Kalau gitu ngapain suruh gue kemari?" Ali benar² sangat kesal dengan kakaknya itu. "Tau gini,mending gue di rumah berduaan sama istri gue. Kalau bukan karena ini,gue pasti gak ngijinin dia buat ke mall..."

Kaia mencubit pipi Ali. Membuat sang empunya pipi meringis kesakitan. Hal yang biasa Ali lakukan untuk Prilly,malah Kaia lakukan pada Ali. "Bawel amet lo! Tuh,istri lo betah sama lo? Yaudah kali,istri lo ke mall kan? Kita hang-out. Gue juga uda agak lupa sama daerah sini."

"Eits! Gue ada janji sama temen² gue yang dari London. Jadi,fix! Gue gak bisa. Lo sana deh,jauh²!"

Walaupun mereka sering berantem,tapi ini hanya buat lucu²an aja. Biar gimana pun,kakak beradik ini saling menyayangi satu sama lain.

"Jahat bener lo tet!" seru Kaia sambil menoyor kepala adiknya itu.
Tet. Kaia senang seksli memanggil Ali dengan sebutan Bantet. Karena memang,Ali memiliki postur tubuh terpendek saat di Inggris.

My Teacher Is My HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang