Chapter 1

22.3K 709 18
                                    


SAMANTHA berkeliling untuk mengecek keadaan butik sepatunya sebelum membalik label bertuliskan "Close" di pintu kaca menjadi "Open". Seraya berkeliling, dia juga merapikan sepatu-sepatu yang miring, jatuh dari penahannya, dan berbagai hal lain yang bisa memberi kesan berantakan. Di bagian depan toko itu, beberapa pegawainya sedang menyusun sepatu-sepatu di meja display dengan label "Sale 30%" di tengahnya. Kelompok lain menyusun sepatu di meja lainnya, dengan label sale beraneka ragam. Berkisar antara 10% sampai 50%. Sebelum peluncuran produk sepatu baru periode berikutnya, dia membutuhkan tempat kosong di tokonya. Cuci gudang merupakan alternatif terbaik untuk menciptakan ruang kosong.

Bukan berarti Atha senang saat harus membanting harga sepatu-sepatu karyanya. Dia menyayangi semua sepatu itu hingga tidak rela melihat harga mereka jatuh. Tetapi dia tidak punya pilihan lain. Begitu modelnya out of date, sepatu-sepatu itu harus didiskon, atau tidak akan ada yang membeli mereka. Dia senang melihat banyak perempuan mengenakan label sepatunya, IXIA'S, tetapi akan lebih senang jika mereka semua membeli saat harganya masih normal. Meskipun tidak pernah mengalami kerugian parah, apalagi sejak labelnya makin dikenal, tetap saja dia sedih tiap kali melihat deretan tulisan sale harus dipajang.

Dia sedang mengelap ujung pump toe setinggi sebelas senti berwarna aqua, dengan detail gelombang air di salah satu sisinya, ketika ponselnya berbunyi. Nama "Kartika" yang tertera di layar membuatnya menjawab panggilan itu.

"Butik hari ini mulai sale, kan?" cerca Tika langsung.

"Iya, kenapa?"

"Bot semata-kaki gambar koran yang ada retsleting di pinggirnya itu masih ada? Diskon juga nggak?"

Hanya Tika yang akan menyebut ankle boots sebagai "bot semata-kaki", newspaper print dengan "gambar koran", dan zipper adalah "retsleting", langsung dalam satu kalimat. Bahkan Gino, suaminya, yang seratus persen heteroseksual, lebih bisa diajak berdiskusi mengenai detail sketsa sepatu yang sedang dibuatnya, daripada Tika. Padahal, Gino baru ikut masuk dalam hidupnya selama tujuh tahun dan baru enam tahun menikah dengannya, sedangkan Tika sudah menjadi sahabatnya sejak SMP hingga usia mereka menginjak 31 tahun.

Atha menghampiri rak boots. Label "Sale 10%" tertempel di pinggiran raknya. Dia mengambil sepatu yang dimaksud Tika. "Iya, masih nih. Tapi ukurannya 38. Kaki lo, kan, 40, saingan sama Aa."

"Kampret!" omel Tika. "Gue masih bisa pakai nomor 39. Dan Gino 43, nggak usah bohong lo."

Atha terkikik. "Oke, nyaris saingan sama kaki Aa," ralatnya. "Jadi, kenapa sepatunya. Mau? Nggak cukup di kaki lo."

"Bukan. Buat adiknya Vian. Dia ulang tahun, pecinta bot. Gue lupa cari kado dan acaranya malem ini. Simpenin, yah? Nanti pulang kantor gue mampir ke sana."

"Oke." Atha membawa sepatu itu ke bagian belakang, tempat kotak-kotak sepatu tersimpan. Dia menjauhkan teleponnya sejenak untuk berbicara dengan pegawainya yang sedang berada di sana. "Tolong cariin kotak sama pasangan yang ini dong, Fin," pintanya. "Kalau ketemu sekalian dibungkusin kertas kado, terus taruh di ruangan saya, ya?"

Fina, pegawai tersebut, menerima bot yang disodorkan Atha. "Iya, Bu."

"Makasih," ucap Atha, kemudian kembali ke depan. Dia melanjutkan pembicaraan di telepon dengan Tika. "Ada lagi?"

"Nothing. Thanks, Sammy! Lo penyelamat gue!"

"Gue tahu. Apalah jadinya hidup lo tanpa gue."

Terdengar tawa keras dari Tika. "Ya udah itu aja. Bos gue udah lirik-lirik gara-gara gue teleponan di jam kerja. Bye," tutupnya. ***


"SEPERTI yang kita tahu, tren sepatu kali ini kembali ke model chic and simple, khususnya buat kaum remaja." Atha berdiri, mengambil satu sampel sepatu di tengah meja. "Platform shoes nggak pernah ketinggalan zaman. Kita cuma perlu main motif, style, dan warna. Kayak ini." Dia menunjukkan sepatu di tangannya. Model platform dengan sol setinggi 5 cm, yang rata dari depan hingga bagian belakang. "Ini salah satu alternatif buat perempuan yang pengin pakai sepatu tinggi, tapi nggak suka model heels biasa. Di tahun ini, model sepatu gini semacam jadi penyelamat buat mereka."

Separate Us (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang