Chapter 6

6.6K 440 7
                                    

KEPALA Atha bersandar di bahu Gino dengan kaki dan tangannya memeluk tubuh sang suami. Mereka masih berbaring di bale-bale, menikmati kehangatan matahari pagi, sembari saling memeluk.

"Tha," Gino memecah kesunyian. "Kalau kali ini kita masih gagal, kamu mau nggak IVF lagi?"

Gerakan jari Atha membuat lingkaran-lingkaran kecil di dada Gino terhenti. Dia mendongak, menatap Gino yang balas menatapnya. "Aa sendiri gimana?"

"Terserah kamu," jawab Gino, pelan. Tangannya memainkan rambut Atha.

Atha terdiam, kembali mengalihkan pandangan ke dada bidang Gino. Dia mengusap pelan rambut halus yang tumbuh di sana. Suara statis dari detak jantung Gino terasa di bawah telapak tangannya. "Kita udah coba dua kali, A."

"Mungkin yang ketiga bisa sukses. Kita coba di Singapura."

Atha kembali diam. Dia masih ingat perasaan terpuruknya saat percobaan bayi tabung mereka beberapa tahun lalu gagal. Dua kali. Rasanya jauh lebih menyakitkan daripada gagal di program biasa. Program kedua baru mereka lakukan tahun lalu. Saat hal itu kembali gagal, ketika itulah hubungan mereka mulai mendingin.

Gino mendekap Atha makin erat. "Aa tahu," gumamnya, seakan bisa membaca pikiran wanita itu. "Makanya Aa nyerahin keputusannya ke kamu."

Atha menyembunyikan wajahnya di lekungan leher Gino. "Aku mau, kalau Aa mau."

"Aa mau kalau kamu juga mau."

Atha mengecup dada Gino, tepat di atas jantungnya, sebagai tanggapan. Dia kemudian menguap lebar.

"Capek?" suara menggoda Gino kembali terdengar, menggantikan nada seriusnya.

Atha menyeringai. "Aku bukan kuda jantan," ledeknya.

Gino terbahak, lalu mendaratkan ciuman sekilas di bibir Atha. Dia berdiri lebih dulu. "Yuk masuk. Kita mandi, terus sarapan."

Atha mengulurkan tangan, meminta Gino menariknya. Setelah Atha berdiri di bale-bale, Gino menghadapkan punggungnya. Atha menangkap isyarat itu dan menerimanya dengan senang hati. Usai memunguti sisa pakaian mereka yang masih berserakan, Atha membiarkan Gino menggendongnya di punggung.

"Mandi sendiri-sendiri," omel Atha, saat Gino sudah akan menggendongnya ke kamar mandi.

"Bareng aja, biar cepet."

"Yang ada makin lama ntar," dengus Atha.

Gino akhirnya menurunkan Atha di lantai kamar, menatap wanita itu dengan pandangan menggoda. "Kamu takut nggak sanggup nolak Aa, ya?"

Pipi Atha sontak memerah. Dia memukul pelan dada Gino. "Apaan sih, ganjen!" omelnya. "Mandi sana! Aku beneran laper."

Gino terbahak, mengecup Atha sekilas, kemudian berjalan ke kamar mandi. ***


"BAGUS yang ini, apa yang ini?" Atha berdiri di depan Gino, menunjukkan dua model bikini two pieces pada lelaki itu.

Gino menatap kedua bikini itu bergantian, lalu berhenti lama untuk mengamati Atha yang masih berbalut jubah mandi. "Yang merah bagus, tapi Aa nggak mau orang lain lihat kamu pakai itu."

Atha menatap bikini yang dimaksud Gino. Bagian atasnya model strapless, dengan cup yang nyaris tidak akan menutupi bagian atas dada Atha. "Kurang seksi?"

"Terlalu seksi. Nanti melorot."

Atha menahan tawa. "Yang ini, gimana?" Dia mengangkat bikini satunya. Model halter berwarna putih keemasan, dengan kain penutup kecil di bagian tengah dan tali tipis melingkari leher serta punggung.

Separate Us (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang