"LAMA juga nggak lihat bandara ini." Gino bergumam begitu dia dan Atha turun di Bandara Changi, Singapura, pada Senin siang.
"Kayak pulang kampung ya, A?" ledek Atha.
Gino merangkulkan lengannya di bahu Atha, sementara tangannya yang lain menyeret koper besar mereka. "Ke mana pun, asal sama kamu, rasanya kayak pulang ke rumah."
Atha mencubit perut Gino. Bukan hal mudah, mengingat kencangnya otot di sana. Dia mendapatkan sedikit daging, yang sukses membuat Gino menjerit kecil. "Salahnya nggak nyediain daging buat dicubit."
Gino mengelus perutnya. "Mau Aa buncit?"
"Dikit aja. Biar ada yang bisa dicubit." Atha tersenyum manis.
Gino mendengus. Dia memesan taksi bandara, supaya membawa mereka ke Orchad Road. Gino sudah menyewa apartemen di sana, karena kali ini mereka akan tinggal lebih lama. Berdasarkan pengalaman sebelum-sebelumnya, akan ada serangkaian tes yang harus mereka jalani. Gino berharap tidak ada yang berubah pada hasil kesehatan Atha, dan sedikit sentuhan keajaiban hingga ada perubahan pada hasil tesnya sendiri. Atha selalu dinyatakan sehat, sangat mampu untuk mengandung. Sementara hasil yang didapatnya selalu kebalikannya.
Janji temu dengan dokter sudah diatur untuk besok pagi. Siska, obgyn mereka sekaligus teman dekat Gino, sudah banyak membantu. Dokter mereka nanti juga kenalan Siska, salah seorang obgyn senior yang cukup andal di bidangnya. Siska malah sudah berbicara langsung dengan dokter itu mengenai kondisi Atha, sekaligus mengirimkan hasil pemeriksaan Atha dan Gino selama ditanganinya.
Selama sisa hari itu, Gino dan Atha hanya berdiam di hotel untuk istirahat, supaya pemeriksaan besok berjalan lancar.
"Tha," panggil Gino.
"Hm?"
"Pas mau ambil sel telurnya sama pas mau dimasukin lagi, kamu dibedah, kan? Sakitnya gimana?"
"Nggak sakit." Atha tersenyum kecil. Jauh lebih sakit saat kedua hal itu berakhir sia-sia. Ketika sudah mengalami rasa sakit yang lebih hebat, sakit ringan seperti bedah kecil itu tidak berarti apa-apa baginya.
Gino menghela napas. "Semoga besok lancar ya ...."
"Amin."
Sejenak, mereka saling diam.
"Tha..." panggil Gino lagi.
"Apa, A?"
"Aa sayang sama kamu."
Atha menatap Gino, mengecup lembut bibirnya. "Aku juga sayang banget sama Aa," balasnya. "Sekarang tidur, yuk."
Gino tertawa kecil. "Yuk," ucapnya.
Atha berbalik memunggungi Gino, bersiap tidur, membiarkan Gino memeluknya dari belakang. Hangat napas Gino terasa berembus di tengkuknya, membuat Atha makin bersandar nyaman padanya.
Tepat saat akan terlelap, Atha mendengar satu kalimat diucapkan Gino. Entah mengigau, entah tidak. Namun, cukup ampuh membuatnya tercenung.
"Please, don't leave me, Samkiss." ***
DOKTER kandungan rekomendasi Siska bernama Samuel Tan, dengan subspesialis fertilitas endokrinologi reproduksi. Dokter Tan berusia sekitar pertengahan 50 tahun, jika dilihat dari penampilannya. Wajahnya terlihat ramah saat menyambut Atha dan Gino ke ruangannya.
"Selamat pagi," sapa dokter itu. Dia menyalami Atha dan Gino bergantian, lalu membaca formulir di depannya. "Mr.... Agino Dharmawan?"
"Yes, doc," ucap Gino.
KAMU SEDANG MEMBACA
Separate Us (Sudah Terbit)
RomansaVERSI CETAK GANTI JUDUL MENJADI: STORM CLOUD MARRIAGE (Untuk keperluan penerbitan, chapter 13-END sudah di-unpublish) Blurb: Sebelum menikah, Atha tahu kalau Gino mengalami masalah kesuburan. Saat itu, Atha tidak keberatan. Dia yakin dengan kecanggi...