Part 4

63 11 0
                                    

Arsenia

Gue berjalan menyusuri trotoar. Sialan, gara-gara gue minta tolong ke si Argon Argon itu, gue malah kena azab. Si cowok tukang jajan itu nurunin gue seenak jidatnya di jalan yang asing buat gue.

Emang, sih, tempat ini ngga jauh-jauh amat dari sekolah gue. Tapi berhubung rumah gue letaknya berlawanan arah sama jalan ini, gue ngga tau sama sekali ini jalan menuju kemana. Mana angkot-angkot yang lewat bukan angkot yang biasa gue naikin, lagi.

Sebenarnya, gue bisa aja balik ke sekolah kalo gue mau. Tapi masalahnya, gue ngga mau ketemu sama si Alfa lagi.

Seketika gue merasa kesal pada Alfa dan Argon. Kalau bukan karena dua cowok itu, gue pasti udah sampai di rumah dengan selamat.

"Sen!"

Tiba-tiba gue mendengar suara yang ngga asing memanggil gue dari arah belakang. Refleks, gue pun menoleh.

Oh shit.

Di sana terlihat Alfa mengendarai motornya menuju ke arah gue.

Ngga ngga, gue ngga mau ketemu sama dia lagi. Tapi gimana caranya gue kabur? Gue membalik badan dan setengah berlari.

"Sen, tunggu!"

Sekilas gue melihat beberapa penjual jajanan yang gue lewati melihat ke arah gue dan Alfa bergantian. Shit, si Alfa bikin gue malu aja. Pasti orang-orang menyangka kalo gue ini copet.

Gue menoleh dan mendapati jarak gue dan Alfa semakin dekat. Gue pun menyadari, secepat apapun gue berlari, masih lebih cepet motor Alfa kemana-mana. Akhirnya, tanpa pikir panjang, gue menyetop sembarang angkot dan menaikinya.

***

Dan gue benar-benar menyesali kebodohan gue. Sekarang gue berada di depan SMA Persada, yang entah di daerah mana.

Selama naik angkot tadi, gue mencoba mencari patokan bangunan yang gue kenal, dan satu-satunya bangunan yang cukup familiar cuma SMA Persada ini. Itu pun gara-gara tadi Bu Indira nyebutin.

Gue menatap bangunan yang megah ini. Gue agak heran kenapa sekolah ini ngga dicap elite, padahal gue yakin siapapun yang melihat SMA Persada pasti tau kalau rata-rata anggota sekolahnya merupakan orang berada.

Selain bangunannya yang megah, ternyata di depan sekolah ini ngga ada satu pun penjual jajanan. Pantesan aja si Argon jajan mulu tiap ke sekolah gue.

Tiba-tiba mata gue menangkap sosok seorang cewek keluar dari SMA Persada. Kelihatannya, sih, dia orang baik-baik. Setelah menimbang-nimbang, gue pun berjalan mendekatinya, mungkin dia bisa membantu gue menemukan jalan pulang.

"Maaf, mau nanya," sapa gue. Cewek ini menoleh ke arah gue dengan pandangan sinis.

Perasaan gue ngga enak.

"Kenapa?"

Gue menelan ludah. "Kalo mau ke Komplek Bimasakti lewat mana, ya?"

Cewek itu mengerutkan dahi. "Komplek apaan, tuh? Gue baru denger." Ia menoleh ke arah jalan dan menunjuk ke kanan. "Tanya aja sama supir angkot yang lagi ngetem, tuh."

Gue memaksakan senyum. "Oh iya, makasih ya."

Cewek itu hanya mengangkat alisnya dan gue beranjak dari sana. Duh, ngga Argon, ngga cewek ini, kelakuannya gini semua. Apa semua anak Persada hobinya ngejutekin orang?

***

Gue menggosok rambut yang masih basah dengan handuk. Gue mengecek hp gue yang tergeletak di atas kasur. Ada 3 missed call dari Alfa. Gue mendengus. Peduli amat.

Oiya, gue merasa sangat beruntung karena bisa sampai rumah dengan selamat. Untungnya supir angkot tadi menyarankan gue untuk mengorder go-jek. Pinter banget, kan, dia? Atau gue yang bego karena ngga kepikiran?

Setelah rambut gue cukup kering, gue menggantung handuk di rak handuk sambil membalas beberapa chat LINE dari teman-teman gue. Iseng-iseng, gue membuka YouTube. Yah, siapa tau ada video baru dari channel yang gue subscribe.

Seketika mata gue langsung membulat begitu melihat video baru dari band Pop favorit gue. Mereka baru meng-cover salah satu lagu soundtrack Disney, yaitu Brave yang dinyanyikan oleh Sara Bareilles.

Buru-buru gue meng-klik video itu. Dan dalam hitungan detik, gue terpesona pada penampilan mereka. Sumpah, mereka keren banget.

Tak terasa sudah tiga menit gue menikmati penampilan mereka. Gue pun men-scroll down untuk me-like video mereka. Namun, ada satu hal yang menarik perhatian gue.

Sebuah nama yang gue kenal meng-comment video ini.

"Nih, udah gue comment ya."

Gue tertegun. Dia suka First Friday juga?

Untuk memastikan kalau itu benar-benar dia, gue meng-klik namanya. Ternyata dia hanya meng-upload satu video.

Karena penasaran gue pun membuka satu-satunya video yang dia upload. Sesaat kemudian, gue tertawa geli.  Video itu sangat sangat geje karena hanya berisi kegiatan First Friday yang sedang makan-makan.

Sepanjang menonton video ini, gue ngga bisa berenti tertawa karena rekaman itu bergoyang-goyang dan ada suara tawa menggelegar yang sangat jelas terdengar. Gue heran kenapa pihak YouTube mengizinkan video ini tayang. Tapi gue lega karena setelah gue menonton video ini, gue yakin kalau ini bukan dia yang gue kira, karena hampir di sepanjang video dia ngga ada.

Menjelang akhir video, gue melongo. Ternyata gue salah. Wajah sialan itu terlihat, bahkan memenuhi layar hp gue.

"Hai, gue Argon. Gue ga kalah ganteng, kan, sama personil First Friday?"

Video itu pun selesai, menyisakan gue yang masih terpaku menatap layar hp.

Ternyata itu memang Argon. Argon yang itu.

***

The Dark SpectrumTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang