√24

269 16 0
                                    

Darion's POV

New York? Bukan daerah yang asing buat gue, gue udah pernah tinggal disini. Sekarang, gue udah di kamar, dengan koper gue yang belum di bongkar.

Kamar ini, nyaman. Nggak kayak kamar gue di rumah pas terakhir kali gue tinggal, tanpa AC.

FYI, AC di kamar gue di copot Dad dan dengan sengaja gue ga boleh tidur di kamar Gab. Kamar gue bener-beber panas dan gue nggak bisa tidur di ruang keluarga. Gue bener-bener ditekan biar gue mau ke NY secepatnya dengan segala cara yang aneh sekalipun.

Author's POV

kasian banget lu yon. Tidur di kamar gue sini, adem kok. Hahahah.. -apalah-

Ion masih dengan posisi yang sama, namun pikirannya sudah menjelajah ke mana-mana.

Ion mengangkat salah satu alis matanya, nememukan kejanggalan.

Tadi, saat ia keluar dari bandara ia melihat gadis seumuran dengannya masuk ke sebuah mobil di pinggir jalan, dengan baju yang sangat minim. Tapi ada yang aneh, ia seperti mengenalnya. Wajahnya terlalu familiar untuk tidak di kenal.

Ion berfikir, sampai akhirnya menemukan satu nama yang benar-benar ia ingat dari masa lalu, Chloe. Bener nggak sih tadi itu Chloe? -batin Ion-.

Chloe yang manis, Chloe yang cerdas, Chloe yang putih, Chloe yang ia tinggalkan, dan Chloe yang sudah ia lupakan. Ion tak percaya kalau tadi itu Chloe, mana mungkin Chloe berpakaian seperti tadi? Ia gadis yang sopan dalam berpakaian.

"Yon. Open the door! I'll tell you something!" teriak Frans -sepupunya Ion- dari depan pintu kamarnya, membuat Ion mendengus kesal karena kegiatannya di ganggu, ia lalu membuka pintu.

"What?" tanya Ion malas.

"You have 45 minutes to give your phone to my Father," jawab Frans datar.

"Oke. You can go back later, take my phone, and give it to your father," ucap Ion membuat Frans yang seumuran dengan Ion itu mengangguk dan pergi.

Menurut Ion keluarga ini aneh, mereka bekerja di dalan rumah, di rumah ini ada jaringan internet yang sangat cepat, tapi kepala keluarga melarang anak-anaknya menggunakan fasilitas langka itu.

Mereka akan menggunakan jaringan internet untuk pendidikan, pekerjaan, dan hal penting lain, tidak jika untuk membuka media sosial yg tidak penting.

Di rumah ini ada 6 anggota keluarga, dengan 5 pembantu, 3 satpam, 2 sopir dan 2 koki.

Louis memiliki istri bernama Jane, anak mereka 4, anak pertama Gita (22th), kedua Rio (20th), ketiga Frans (18th-seumuran dengan ion-), dan ke empat Pophi (9th).

Karena waktu yang terbatas, Ion langsung duduk di kasurnya dan menelfon Ame, tepatnya video call.

"Udah bobok ya sayang?" tanya Ion pada Ame.

"Belum, gimana? udah sampek?" tanya Ame balik.

"Udah, nih lagi di kamar. Baru nyampek dan capeeek banget. Oh iya, aku telfon buat pamitan dan waktu aku nggak banyak, jadi abis ini aku nggak nelfon, weekend aku telpon kamu lagi nggak usah khawatir," ucap Ion panjang lebar.

"Yaaah bentar doang dong, 4 bulannya masih lama ya?" tanya Ame dengan wajah kecewa.

Ion terkekeh, "ya ampun Sayaang..., baru aja kemarin berangkat. Emang ya kalo dasarnya orang ngangenin baru ditinggal sehari aja udah bikin kangen. Haha. Udah ya, aku mau nelfon Mom dulu. Cepetan bobok besok telat lagi sekolahnya," ucap Ion pada Ame dengan kekehan panjang, Ame hanya mendengus dan mengangguk saat Ion pamit.

"Ya udah bye. Miss you," ucap Ame.

"Miss you too. Good night, muuah," jawab Ion.

"Night.. Ish paan sih muah muah, lebay ah!"

"Tuut tuuut tuut." Sambungan terputus.

Ion tersenyum menatap layar iPhone nya. Lucu banget sih Ame kalo jauhan kyak gini, jadi makin kangen gue -batin Ion-

Ion lalu menelfon Mom yang sedang berkumpul dengan Gab dan Dad. Gab nangis karena kangen sama Ion ditambah ia yang harus tidur sendirian. Setelah menelfon mereka, Ion mengirim pesan ke teman-temannya yang isinya lebay.

"Dear My Friends that will miss me so much. Sorry, I can't call you one by one because, I haven't enough time to do that. Weekend gue bakal nelponin kalian satu persatu. Jadi, Don't miss me! I love you Ame! Hahaha." Ion mengirim ke Zein, Gab, Reza, Bang Al, Bang Tara, Mbak Ara, Randy, Gufron, dan semua personil tim futsalnya.

Ntah apa yang mereka balaskan, Ion langsung mematikan iPhone nya dan menunggu Frans untuk mengambil hp-nya.

------

Darion's POV

Pagi pagi banget gue di bangunin sama Tante Jean, ah! Gue nggak suka bangun pagi kalo bukan kemauan gue sendiri, tapi untungnya di sini gue nggak di tendang tendang sama Mom -yeay!-

Satu barang yang pasti gue cari kalo bangun adalah hp gue, gue cari-cari sampai gue sadar sendiri kalo ternyata hp gue di sita. Masih jam 5 pagi disini, gue mandi dan olehraga dilanjut acara makan bareng keluarga Om gue.

Setelah makan, gue sama anak-anaknya Louis ngelakuin kegiatan masing-masing, yang sebenernya ..., gue nggak ngelakuin apa-apa.

Gita masuk ke kamar, Rio memegang gadget bisnis nya, Frans sibuk melihat apa yang dilakuin kakaknya, dan Pophi main dengan Nanny nya, sedangkan gue? Diem coy! Ngeliatin mereka.

"Yon! Come here! Ambil tab di almari pojok itu, trus masuk ke ruangan Om," perintah Louis pada keponakannya dengan bahasa Indo yang kental dengan logat bulenya.

"Yes Uncle!" ucap Ion yang tadinya hanya diam duduk di sofa. Ion berdiri dan menuruti perintah Om nya. Ia masuk ke ruangan yang di masuki oleh Louis, lalu memberikan tab itu pada Louis.

Ruangan dengan gaya jawa yang kental. Aneh! -itu yang dapat di deskripsikan dari ruangan ini, karna ini di New York, bukan Jawa-.

"Duduk aja. Ini ruangan Om. Oke! Mungkin kamu nggak kuliah di tempat yang normal, tapi kamu tetep dapet ijazah dengan label kampus bergengsi," ucap Louis yang di respon dengan manggut-manggut.

"Gita, Frans and Rio juga seperti itu, lalu mereka mendapat pekerjaan. Tapi untuk kamu, kamu hanya butuh ijazah untuk bisa duduk diposisi baik diperusahaan Ayah kamu sendiri dan Om yakin kamu bisa yang om ajarkan, om tau kamu pintar," ucal Louis panjang lebar dengan gayanya yang santai. Ternyata, dia nggak seburuk yang gue kira -batin Ion-

"Oke, dimulai hari ini Om?" tanya Ion.

"Besok, dimulai besok. Om ngajar kamu bisa tiap hari kalo nggak sibuk, biasanya jam 10 siang tapi bisa berubah. Untuk hari ini, kamu bisa istirahat  dulu," jawab Om Louis membuat gue lang pamit dari ruangannya.
------

Jangan lupa vote! Maksa nih gue.

Can I? [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang