Kiss me like you mean it

40.2K 471 2
                                    

Lelah karena harus memasang senyum palsu didepan banyak orang, Faith memilih untuk keluar ruangan. Wanita itu memilih balkon sepi yang gelap dan Faith yakin tidak akan ada orang yang memergokinya disana. Entah sudah berapa lama Faith berkutat dengan pikirannya sendiri hingga tidak menyadari kehadiran seseorang yang berdiri tidak jauh dari tempatnya. Fokus menatap Faith, akhirnya tatapannya membuat alam bawah sadar wanita itu tergerak. Faith menoleh kearahnya, dan wanita itu langsung terkejut.

"Aku suka dengan ekspresimu."

Suara itu, suara itu tidak asing di telinga Faith. Ya, dia tau betul siapa pemilik suara sexy ini. Faith mengangkat wajahnya dan menatap lurus sosok yang melangkah mendekatinya. Semakin dekat jarak yang memisahkan mereka membuat Faith bisa melihat jelas wajah pria itu. Sangat tampan. Rahangnya yang tegas ditumbuhi rambut-rambut halus yang menyeruakkan aura maskulin teramat-sangat, hidungnya sangat mancung, tatapan kedua bola matanya yang tegas serta memancarkan wibawa menyalurkan gelenyar aneh.

"A-Adrian." gumamnya. Hanya itu yang mampu lolos dari bibir mungil Faith.

Pria tampan itu terkekeh melihat wajah tegang Faith. "Kau tau, kau sangat cantik sekarang Faith." bisiknya tepat di telinga Faith membuat tubuh wanita itu seketika menegang.

"Ba-bagaimana bi-bisa?" Ucapnya terbata-bata sambil menatap manik mata Adrian.

Pria itu tersenyum miring. "Aku hanya menebak." Jawabnya enteng. "Aku tidak menyangka ternyata dugaanku benar."

"Huh, kau memang brengsek."

Tanpa diduga Adrian mendorong tubuh Faith hingga menyentuh tembok. Faith terlalu terkejut hingga tidak mampu mengontrol tubuhnya. Bagus, kini Adrian mengunci pergerakannya dengan menahan kedua tangannya diatas kepala menggunakan tangan kanannya, sedangkan tangan kirinya melingkar di pinggang ramping Faith.

"Sekarang jawab pertanyaanku, siapa yang memberimu obat perangsang malam itu?" mata Adrian menggelap dipenuhi emosi.

"Seharusnya aku yang tanya kenapa malam itu kamu ada di kamar yang sama?!" bentak Faith tidak mau kalah sambil meronta-ronta berusaha melepaskan diri meskipun hasilnya nihil. Adrian malah semakin mempersempit jarak diantara tubuh mereka hingga bersentuhan.

"Kau tau Faith, aku sangat membenci pembangkang." gumamnya sangat lirih namun masih terdengar.

Faith tidak mengindahkan ucapan Adrian, lebih tepatnya ancaman Adrian meskipun dia tau apa yang akan terjadi selanjutnya jika dia tidak menjawab. "Aku membencimu." Jawab Faith dengan air mata yang sudah siap jatuh ke pipi halusnya.

Adrian menatap kedua mata wanita itu. Oh Tuhan, dia sangat merindukan mata ini. Tanpa berfikir panjang, Adrian langsung menyerang bibir lembab Faith. Wanita itu mengira Adrian akan menciumnya dengan marah, atau menggebu-gebu atau dengan SANGAT KASAR, tapi tidak. Adrian menciumnya dengan sangat lembut. Membuatnya melayang kelangit ke tujuh. Bagaimana mungkin seorang Adrian menciumnya dengan sangat lembut seperti ini. Bibirnya melumat bibir Faith atas dan bawah bergantian seperti seorang anak kecil yang sedang menikmati es krim kesukaannya. Sangat nikmat. Ini adalah ciuman terlembut dan ternikmat yang pernah Faith rasakan seumur hidupnya. Kakinya seketika lemas seperti jelly, beruntung tangan kiri Adrian menopang tubuhnya. Faith terbawa suasana dan membuka mulutnya memberikan akses bagi lidah Adrian untuk berkelana di dalam rongga mulutnya. Tubuh keduanya bergetar dan mereka berdua merasakan detak jantung satu sama lain yang berdetak kencang. Perlahan Adrian melepaskan kedua tangan Faith dan tangan cantik itu langsung melingkar di lehernya dan sesekali jari-jari cantik Faith meremas rambutnya membuat Adrian hampir gila. Hingga tiba-tiba suara langkah kaki terdengar membuat Adrian menghentikan bibirnya.

Perlahan Faith membuka kedua matanya dan langsung menemukan mata coklat Adrian yang begitu dekat. Kedua bibir mereka masih bersentuhan tanpa bergerak dan Adrian mengerutkan dahinya saat sudara langkah kaki terdengar semakin dekat dengan mereka. Cepat-cepat Adrian menoleh lalu meraih tangan Faith dan membawanya meninggalkan balkon.

"Faith! Faith!" Terdengar suara seorang pria memanggil-manggil namanya, tapi Faith tidak perduli. Dirinya terlalu sibuk memikirkan ciuman terindah yang baru saja dialaminya beberapa saat yang lalu.

***

Entah apa yang ada didalam kepala Adrian. Pria itu membawa Faith ke kondominiumnya dan keduanya sama-sama diam. Keduanya sibuk terbayang-bayang dengan kelembutan ciuman mereka beberapa saat lalu.

"Kamu tau, tadi adalah ciuman terlembut seumur hidupku." Ujar Adrian memecah keheningan, namun beberapa saat kemudian pria itu merutuki dirinya karena keadaan menjadi semakin canggung.

"Sejak kapan kita beraku-kamu?" Kata Faith sambil melirik Adrian.

Adrian pun terkekeh, dia baru menyadari caranya menyebutkan dirinya dengan sebutan 'aku'. "Aku rasa...." Adrian tiba-tiba berhenti. "Gue rasa kita damai sekarang."

Adrian dan Faith pun saling menatap dan keduanya tersenyum.

.......

Dua orang yang lama menjadi musuh kini telah rujuk. Faith tidak menyangka dirinya akan menyetujui ungkapan damai Adrian secepat ini, mengingat rencana yang telah disusunnya selama 8 tahun terakhir menguap begitu saja. Faith bahkan berencana untuk menampar Adrian sekuat tenaganya kalau bisa sampai pria itu terkapar, akan tetapi semua rencananya batal karena ciuman itu yang membuktikan cinta dan kelembutan mampu mengalahkan dendam.

Ya, Faith memilih cinta dan berdamai dengan Adrian meskipun entah kedepannya akan seperti apa, tapi yang jelas sekarang dia ingin waktu yang menuntunnya menemukan siapa yang akan ditemuinya diujung jalan.

***

Oke, part 3 done.
Don't forget to vote and comment

Happy reading, readers

Love, EsCaPak

LOVERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang