Screw You

23.5K 365 17
                                    

Pelan-pelan cahaya terang menyapa kedua mata cantiknya. Beberapa kali Faith mengerjapkan mata untuk memfokuskan pandangannya. Dilihatnya Ale tertidur pulas disamping bed sambil menggenggam tangan kanannya yang terasa kebas, sedangkan tangan kirinya dipasang infus. Tempat ini sangat familiar bagi Faith, karena bertahun-tahun dia tinggal di tempat yang orang-orang sebut sebagai rumah sakit. Sebenarnya Faith kurang setuju dengan nama 'rumah sakit'. Sudah tau namanya rumah sakit, tapi orang-orang datang ke sana untuk menjadi sehat. Jika Faith menjadi menteri kesehatan, Faith akan merubah namanya menjadi 'rumah menuju sehat' atau 'rumah sehat' atau apalah. Tidak ingin membangunkan Ale dari tidur pulasnya, perlahan Faith menarik tangan kanannya untuk menggaruk keningnya yang terasa sangat gatal. Mungkin besok akan tumbuh jerawat dibagian itu, karena sampai saat ini Faith masih belum membersihkan make upnya.

"Hmmmmmyam...myam..." Ucap Ale didalam tidurnya. Faith agak terkejut karena takut membangunkan Ale, tapi saat melihat kedua mata Ale masih terpejam, Faith terkekeh.

"Ganteng-ganteng tukang ngigo." Ucapnya yang terdengar seperti bisikan.

"Hah?!" Teriak Ale tiba-tiba membuat Faith terkejut. Pria itu kali ini mengangkat kepalanya lalu menoleh kekanan dan kekiri lalu kembali tidur.

Sambil menelan ludah Faith mengelus dadanya dan tertawa kecil sendirian.

***

Setelah 1 hari beristirahat di rumah sakit, Faith akhirnya boleh pulang. Ale dengan tegas memaksa Faith untuk memperbolehkannya menginap di apartemen wanita itu. Saat tiba di apartemen, Faith cepat-cepat mengunci apartemennya sengaja agar Ale tidak bisa masuk, tapi sia-sia, karena Ale tau password apartemennya. Yang kedua, Faith sengaja mengubah password pintu apartemennya saat Ale pulang ke rumah untuk mengambil beberapa pakaian, dan lagi-lagi usahanya untuk mencegah pria itu menginap gagal. Karena pria itu memiliki duplikat kunci apartemennya. Yang ketiga, Faith mengunci pintu dan menggantungkan kuncinya di pintu agar kunci yang di pegang oleh Ale tidak bisa membuka pintunya. Lagi-lagi sia-sia, Ale berhasil membobol pintu apartemennya dengan peniti. Hal itu tentu membuat alarm di apartemennya berbunyi membuat banyak tetanga keluar dan Faith harus susah-susah menjelaskan kepada semua tetangga dan juga security agar sahabatnya tercinta tidak diamuk masa. Akhirnya Faith menyerah dan mengizinkan Ale untuk menginap di apartemennya.

"Mau nginep berapa hari?" Tanya Faith sambil menuangkan jus mangga ke dalam gelas.

Ale tidak menjawab, hanya mengacungkan jari telunjuknya.

"Satu hari?" Terdengar nada ceria di suara Faith.

Ale langsung menoleh kearah Faith dengan wajah datar. "Satu bulan."

Faith langsung termangu. "Satu bulan lo bilang?" Nada suara Faith langsung naik satu oktaf. Wanita itu langsung berjalan dan duduk di samping Ale yang sedang asik nonton TV. Ditatapnya wajah Ale yang sangat teramat tampan itu dengan kening berkerut.

"Memangnya kenapa kalau satu bulan?"

"Kanapa lo bilang? Eh yang namanya nginep itu nggak selama itu juga kali. Gue nggak mau kalau lo nginep satu bulan. Bisa gila mendadak gila gue gara-gara lo."

"Gue nggak perduli, pokoknya satu bulan."

"Nggak! 3 hari!"

"Tiga hari?!" Kini nada bicara Ale yang naik satu oktaf. Pria itu menatap Faith sambil memasang ekspresi tidak percaya. "Satu bulan!"

"Tiga hari, titik!"

"Satu bulan atau nggak sama sekali!"

"Nggak sama sekali!"

Ale langsung terdiam. "Iya Faith? Lo beneran nggak mau gue temenin?" Tanyanya dengan suara dibuat sedih.

Faith langsung menoleh kearah Ale dan mendapati pria itu sedang menatapnya dengan wajah sendu. Hati nuraninya terketuk begitu saja hanya dengan melihat wajah sedih Ale. "Oke, satu minggu."

Ale menggelengkan kepala. "Nggak mau. Pilihannya satu bulan atau nggak sama sekali."

Dengan frustasi Faith mengacak-acak rambutnya. "Duh Le, satu bulan tuh kelamaan. Nanti kalau lo kelamaan disini, saat pisah gue malah nangis."

Ale berfikir sejenak sambil mengerucutkan bibirnya. Pria itu mengingat kembali memori saat kuliah dia tinggal satu atap dengan Faith dan saat mereka pisah atap, satu minggu Faith selalu menelponnya sambil menangis dan mengatakan rindu. "Oke, kalau gitu satu minggu aja deh."

"Fix ya satu minggu." Faith mengacungkan jari kelingkingnya, lalu Ale mengaitkan jari kelingkingnya.

"Fix."

"Yey! Memangnya kenapa sih lo harus nemenenin gue di apartemen?"

"Biar gue nggak nangis sendirian di pojok kamar rumah gue karena patah hati."

"Patah hati? Kenapa lo patah hati? Wah....wah, jangan bilang lo ada deket sama cewek dan lo nggak cerita ke gue."

Ale tersenyum kecut. "Tapi jangan bilang siapa-siapa ya. Janji?" Ale mengacungkan jari kelingkingnya dan langsung disambut oleh kelingking Faith.

"Janji."

"Sebenernya gue yang salah sih. Dia memang dari awal udah punya pacar." Ale terdiam sejenak. "Gue cepek Faith. Gue capek sakit hati lagi. Gue nggak mau lagi berjuang untuk cinta. Percuma. Ya lo kan tau gimana riwayat asmara gue dari dulu. Dari dulu selalu gue yang berusaha, sedangkan cinta gue nggak ada yang memperjuangkan. Gue mau nikah sama lo aja deh. Lo mau nggak nikah sama gue?" Tutur Ale lalu pria itu menatap kedua mata Faith dengan tulus.

"Le, lo desperate banget ya? Bisa-bisanya lo mau nikah sama gue." Ditatapnya kedua mata Ale dalam-dalam, lalu Faith memeluk Ale erat-erat dan pria itu pun menangis tersedu-sedu. Tak lama kemudian Faith ikut menangis setelah mendengar suara sesenggukan Ale. Selesai menangis, mereka saling bertatapan lalu tertawa saat melihat betapa jeleknya mereka setelah menangis.

"Hahahaha.....mata lo sembab banget goblok." Kata Ale sambil menunjuk-nunjuk kedua mata Faith yang hampir menutup.

"Lo fikir, mata lo nggak? Hahahaha."

Keduanya pun kembali tertawa.

Orang-orang bilang sahabat adalah orang yang paling kenal kita luar dalam. Hal ini berlaku untuk Faith dan Ale. Faith begitu mengenal Ale dan dia selalu menyediakan bahu untuk Ale bersandar disaat pria itu bersedih. Kejadian tadi malam adalah kedua kalinya Faith melihat Ale menangis. Yang pertama saat kedua orang tua Ale meninggal karena kecelakaan pesawat. Ale adalah pria terkuat yang Faith temui. Faith tau persis perjalanan hidaup Ale untuk bisa berada di puncak karirnya seperti saat ini. Tiga kali Ale menjalin asmara dan tiga kali juga pria itu dicampakkan. Padahal untuk ukuran fisik, finansial dan sifat, Ale tergolong executive atau kelas atas. Faith yakin wanita-wanita itu akan menyesal nantinya karena telah meninggalkan Ale.

Pagi hari jam 5 subuh, Faith terbangun. Entah apa yang membuatnya terbangun, tapi saat bangun Faith merasa sesak di dada. Bukan sesak karena asma atau semacamnya, tapi lebih kepada sesak karena sedih yang tidak bisa di ungkapkan. Fikirannya langsung memutar ulang kejadian dua hari yang lalu. Sebelum dia masuk rumah sakit. Sejak kejadian itu, Faith tidak mengaktifkan ponselnya dan berusaha mencari kesibukan dengan membaca atau beradu mulut dengan Ale. Tetapi kejadian kemarin malam saat dia menangis bersama Ale membuatnya kembali mengingat sosok pria yang mempermainkannya.

"Dia, lihat saja nanti. Dia pikir dia akan lolos begitu saja setelah mempermainkanku? No way. Sometimes you have to pay for what you've done." Katanya didalam hati sambil tersenyum kecut.

***
Thank you untuk vote dan commentnya
Maaf agak lama updatenya

Happy reading, readers

Love, EsCaPak

LOVERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang