Tidak seperti biasanya, pagi ini udara terasa lebih ramah menyapa permukaan kulitnya, suara keributan yang biasa didengarnya saat pagi hari pun kini tidak terdengar lagi. Kemana perginya suara itu? Yang dirasakannya hanyalah keheningan yang menentramkan hati dan sesekali suara dengkuran halus menggelitik indra pendengarannya. Oh, mungkin itu adalah suara dengkurannya sendiri. Hembusan angin sesekali menerpa puncak kepalanya secara teratur membuatnya merasa janggal. Dug-dug-dug-dug. Bunyi ini memiliki tempo yang teratur dan rasanya tidak asing di telinga. Pelan-pelan Faith membuka kelopak matanya dan mengerjap beberapa kali. Ini bukan kamarku! Teriaknya didalam hati sambil mulai menggerakkan jari-jari mungilnya. Matanya terbelalak mendapati kepalanya sedang berada diatas dada kekar yang dia tidak tau siapa pemiliknya. Dengan gerakan cepat dan tidak memperhatikan sekitar, Faith menjauhkan dirinya dari pria asing berdada bidang itu. Naasnya Faith malah terjatuh dari ranjang. Saat Faith mengangkat wajahnya untuk melihat penampakan pria berdada bidang itu, mata mereka bertemu.
"Aaaaaaaa!!!!!" Keduanya berteriak histeris.
Faith segera menarik selimut untuk menutupi tubuhnya yang polos tanpa sehelai benang pun, sedangkan pria berdada bidang itu meraih bantal untuk menutupi mamooth kebanggaannya yang tanpa malu-malu menegang dihadapan Faith.
"Kamu siapa?!" Teriak Faith masih histeris dan membelakangi pria itu.
"Justru harusnya aku yang tanya. Kamu siapa?!" Balas pria berdada bidang sambil menuding-nuding Faith.
Pelan-pelan Faith berbalik dan.....mulutnya ternganga lebar, matanya membulat serta tubuhnya membeku. Dia Adrian, pria berdada bidang itu bernama Adriano Amerikan temannya sewaktu SMP , pria yang paling dihindari oleh Faith. Dan sekarang Faith menemukan diri sedang naked didalam sebuah kamar hotel bersama Adrian. What the hell!
Faith menggelengkan kepala berusaha fokus menatap apakah betul pria itu Adrian dan memang benar. "Adrian?" Ucapnya lirih hampir tidak terdengar.
Adrian mengernyit bingung. Dirinya sungguh tidak mengenali siapa wanita didepannya saat ini. Wajahnya begitu cantik, matanya berwarna coklat dengan alis tebal dan bibir lembab yang menggoda iman setiap pria yang menatapnya. Tubuh mungilnya ditutupi selimut putih tipis yang masih memperlihatkan dua bulatan coklat di dada wanita itu. Adrian benar-benar terpukau dengan kecantikannya, tapi ini bukan saat yang tepat. Adrian dan Faith sama-sama terdiam, mereka memilih untuk mencari pakaian mereka yang saat ini sudah menjadi seonggok sampah dengan robek disegala bagian dan hanya pakaian dalam serta celana panjang Adrian saja yang terlihat masih normal.
"Jadi siapa LO sebenarnya?" Adrian memakai celana panjangnya lalu berjalan mendekati Faith yang masih berusaha mengaitkan bra renda miliknya.
Faith tidak menjawab dan masih terus berusaha menyatukan pengait bra hingga tiba-tiba Adrian yang membantunya.
"Jadi siapa LO sebenarnya?" Kata 'LO' sengaja ditekan untuk menunjukkan rasa penasarannya saat itu. Bahkan sampai ayam tumbuh gigi pun Faith tidak akan menjawab Adrian. Begitulah nazarnya dulu. Faith membungkus tubuhnya dengan selimut lalu lari keluar dari kamar. Adrian mengejarnya hingga sampai didepan lift, akan tetapi Faith berhasil kabur dengan berbalik arah kembali ke kamar dan mengunci pintu dari dalam.
"Shit!" Umpat Adrian lalu menggedor-gedor pintu dari luar. "Buka pintu sekarang! Woy! Buka!" Teriaknya hingga beberapa tamu yang menginap di hotel itu menyembulkan kepala lalu menatap Adrian dengan tatapan ingin membunuh. Tidak ada pilihan lain. Adrian memilih untuk pergi dengan keadaan bertelanjang dada dan menunggu wanita itu di lobby.
Tidak hanya satu-dua orang yang menatap kearah Adrian secara terang-terangan untuk menikmati keindahan tubuh atletis Adrian yang dibalut otot. Kotak-kotak itu terlukis indah di perutnya membuat wanita langsung haus ingin membelai. Adrian tidak malu akan hal ini dan sudah biasa menjadi tontonan gratis untuk wanita-wanita lapar belaian. Bagi Adrian hal ini malah membuatnya senang. Ya., Adrian benar-benar buaya sinting. 45 menit kemudian Faith berjalan melewati lobby dengan dress putih. Seperti malaikat, begitulah penampakannya. Adrian yakin itu bukan dress, itu adalah kain tipis yang menjadi saksi adegan percintaan mereka tadi malam. Urgh, lancang sekali Adrian berfikir bahwa tadi malam bercinta karena pada kenyataannya Adrian tidak ingat sama sekali. Tapi tunggu, ada bercak merah yang cukup lebar dibagian tengah dress atau apalah itu. Adrian yakin itu adalah darah perawan dan Faith terlihat berjalan tidak normal. Jalannya tertatih-tatih dan wajahnya menunjukkan ekspresi menahan nyeri. Tanpa Adrian sadari, dirinya telah terpesona oleh Faith hingga membuat dirinya lupa akan tujuannya menunggu.
"Hei..!!" Teriak Adrian saat Faith akan masuk kedalam taxi, tapi terlambat.
===
So, apakah tertarik dengan cerita selanjutnya? Jangan lupa vote dan comment ya
1 comment = 1 gelas semangat untukku
Happy reading, readers
Love, EsCaPak