My new beginning

34.6K 395 6
                                    

POV Faith

Entah apa yang kupikirkan kemarin, tapi aku tidak menyesali keputusanku. Anggap aku gila, tapi aku sangat bahagia sekarang. Masa lalu biarlah berlalu, aku tidak ingin mengungkitnya lagi. Um, lebih tepatnya sekarang saat aku mengungkitnya, hatiku tidak terasa sakit lagi.

Flashback on

Konyol memang jika dipikir-pikir. Saat SMP penampilanku jauh dari kata cantik dan tubuhku gemuk. Berani-beraninya aku yang buruk rupa mengagumi Adrian yang bak dewa yunani dengan penggemar yang sangat banyak. Karena kebodohanku, salah satu penggemar maniak Adrian mencuri surat cinta yang sudah aku tulis selama 1 tahun untuk Adrian dan membacakannya didepan banyak orang termasuk Adrian. Aku sangat malu. Dan keajaiban terjadi. Adrian menerima cintaku.

"Oke, ayo kita pacaran." Kata Adrian didepan banyak orang.

Tubuhku kaku dan lidahku kelu, begitu juga dengan semua penggemar Adrian yang tiba-tiba hening. Tatapan tajam mereka langsung terarah kepadaku seolah mengancamku dan ingin membunuhku. Sangat menakutkan hingga tubuhku bergetar. Tapi disisi lain, tubuhku juga bergetar untuk rasa grogi akibat tatapan Adrian yang mengarah langsung ke kedua mataku.

Perlahan tapi pasti, Adrian melangkah mendekatiku lalu menciumku. Kau tau, menciumku didepan banyak orang. Wajahku langsung memerah seperti tomat. Aku malu sekaligus senang. Faith si gemuk hitam sewaktu SMP sangat bahagia hari itu, hingga kebahagiaan itu kandas di waktu yang bersamaan.

"Oke. Sekarang kita bisa putus." Kata Adrian yang sontak membuat semua orang bersorak bahagia. Banyak dari mereka membuat kegaduhan seolah putusnya hubunganku dengan Adrian adalah hal yang harus di rayakan layaknya ulang tahun. Tidak hanya itu, "Gue menang. Jadi gue tunggu tiketnya nanti sore." Lanjut Adrian sambil berbalik meninggalkanku.

Mereka menjadikanku bahan taruhan dan mengungkapkannya secara terang-terangan dihadapanku.

Flashback off

Sejak saat itu, aku tidak pernah lagi bertemu dengan mereka. Awalnya aku tidak memikirkan untuk balas dendam atau apalah itu. Hingga suatu hari, tepatnya saat pertukaran pelajar di New York, aku bertemu lagi dengan Adrian. Dia masih sama, selalu bersinar seperti matahari dan juga memiliki banyak penggemar.

"Hai Adrian." sapaku kepadanya saat kami bertemu di coffee shop.

Adrian menatapku bingung.

Aku sudah membulatkan tekadku untuk menyiramnya dengan segelas kopi panas yang ada di tanganku saat ini. "Masih ingat aku?" Tanyaku sambil tersenyum dibuat-buat

"Kamu......siapa?" Tanyanya yang sontak membuatku menciut seperti balon kempes. Jantungku serasa seperti berhenti berdetak dan kopiku terjatuh kelantai, sedangkan Adrian tanpa dosa melangkah pergi meninggalkanku yang kehilangan kata-kata.

***

Kring.....kring......

"Halo." Sapaku membuka pembicaraan setelah menggeser tombol hijau.

"Hebat. Sejak kapan perusahaan jadi punya lo, hah? Lo pikir karyawan bisa masuk siang tanpa ada pemberitahuan?" Suara dari sebrang mengingatkanku hari ini adalah hari senin.

"Ah! Mati gue." Jawabku lalu menekan tombol merah.

Cepat-cepat aku langsung memakai kemeja kerjaku. Tanpa memoleskan lipstick di bibirku, aku langsung melangkah keluar apartemenku. Yang aku fikirkan sekarang adalah bagaimana caranya agar aku segera sampai di kantor. Dan yang tadi menelponku adalah sang empunya perusahaan, sahabatku, Ale. Pria metropolitan yang teramat tampan dengan mulut super pedas yang pernah kutemui di dunia.

Sesampai di kantor, aku langsung menuju lantai 12 dimana ruanganku berada. Satu lantai di bawah ruangan CEO. Sesampai di perusahaan aku langsung masuk kedalam ruanganku.

"Selamat pagi nona." sapa Ale yang entah sejak kapan sudah berada di dalam ruangannya.

"Aduh, sorry Le. Gue bener-bener lupa kalau hari ini tuh hari senin. Dan lo tau gue lupa gara-gara apa."

"Whatever. Yang jelas sekarang lo udah di kantor. Dan kemaren lo pergi kemana sih Faith? Gue panggil-panggil lo dan nyari kesegala penjuru nggak ketemu."

Tubuh Faith seketika kaku. "Uh....um....gue-kemaren waktu di pesta bosen. Jadi gue balik duluan. Sorry Le, gue nggak ngomong dulu. Lagipula kemaren juga ada hal genting jadi gue buru-buru dan nggak kepikiran untuk ngomong ke lo dulu."

"Oh." ucap Ale singkat. "Tadinya gue mau memperkenalkan lo sama pacarnya Tia. Lo inget? Tia yang dulu pernah jadi model perusahaan kita."

Faith mengangguk. "Gue kira dia cuma akan melajang seumur hidupnya."

"Awalnya. Tapi gara-gara dia dijodohin sama pacarnya sekarang, mau nggak mau dia harus berubah haluan. Dan dia kelihatan bahagia sama pacarnya yang sekarang. Ugh....kalau nggak salah namanya..." Ale berfikir sejenak. "Um...ini, Ian. Iya, namanya Ian."

"Ian? Nama panjangnya?"

"Adrian Amerikan." jawab Ale dengan mantap.

Seketika Faith merasakan petir menyambar tubuhnya. Adrian Amerikan, Adrian Amerikan. Ulangnya didalam pikirannya sambil menatap kosong kearah Ale.

***

Happy reading, readers. Jangan lupa vote dan commentnya ya

Love, EsCaPak

LOVERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang