XI

7.1K 494 23
                                    

Udara Munich yang masih di delapan derajat selsius nggak ngaruh buat Hagia. Di otaknya sekarang cuma ada Andira dan semua omongannya kemaren. Padahal Hagia sadar, nggak seharusnya dia dari awal menaruh harapan sama Andira. Hagia paham betul kalo dia nggak ada apa-apanya dibandingkan Arya, dia cuma mikir kalo seenggaknya bisa mengurangi porsi Arya di otak Andira. Nyatanya, nggak sama sekali.

Sarah yang sedari tadi cuma diem di depan Hagia, sebenernya juga sadar kalo he's not in his right mind. Sarah paham banget nih kalo cowok udah kayak gini pasti lagi galau. Kadang Sarah suka heran, kalo galau yaudah sih omongin aja, curhat gitu loh kayak cewek-cewek. Kenapa cowok harus diem sok cool as if everything's fine sih? Jadinya Sarah mau ngehibur dan nanyain Hagia kenapa kan jadi nggak enak juga. Untungnya mereka belum breakfast jadi Sarah punya alasan buat ngajak ngomong Hagia. Mereka pada males sih kalo breakfast di hotel ya paling pada umumnya kayak toast atau sup-sup gitu. Makanya mereka mutusin buat makan di luar aja.

"Gi, mau ke Gartensalon nggak? Tapi mereka laris banget so we have to wait in line to order, but they said that it's worth to try! Coba liat deh gemes banget nggak sihhh tempatnya!" Sarah langsung menunjukkan foto-fotonya yang dia dapat dari tripadvisor.

Hagia ngangguk, "boleh, habis itu ke Chocolaterie Beluga ya, Sar?"

"Wah isinya kayak Dapur Cokelat gitu? Dimana tuh?"

"Masih satu kecamatan kok," Sarah jadi ketawa dengernya. Hagia deh sekarang yang nunjukin hapenya, "dih dibilangin juga malah ketawa. Nih masih daerah Bavaria kali, Sar!"

"Duh ya lagian lo bilangnya kecamatan segala! Bodoh!"

Hagia jadi ikutan ketawa deh, "ya abis apaan? Ayo ah buruan. Besok udah mulai kerja nih!"

"Lo kali dari tadi yang lama jalannya! Ngelamun terus sih."

Ah, iya. Hagia jadi teringat Andira dan segala omongannya sebelum dia berangkat ke Munich dua hari yang lalu.

***

"Dir, kenapa?"

"Gi, mulai sekarang jangan hubungi Dira dulu ya. Dira belum bisa. Kalo nanti Dira udah bisa, nanti Dira yang hubungin duluan."

Hagia langsung memijit-mijit keningnya, "Dir, yang bener aja kamu?"

"Dira nggak bisa kebawa-bawa bayangan Arya terus. Dira tau mungkin habis ini Hagia bakal bilang kalo itu nggak papa dan lain sebagainya. Tapi nggak buat Dira," Andira menghela nafas. "Dira suka ngerasa bersalah jadinya."

"Kalo Hagia mau cari yang lain selain Dira, Dira nggak akan ngelarang. Silakan. Dira juga ngerti selama ini pasti susah buat Hagia ngedengerin Dira yang ngomongin Arya terus. Maafin Dira ya, Gi."

"Dira, it's okay to be like that. I know what it feels like. Tapi jangan maksa aku buat ngelakuin yang enggak-enggak kaya gitu."

Kali ini Andira berdiri dan ngeliat Hagia, "Gi, if we were meant to be, it will be. Jadi, tolong biarin Dira sendiri dulu ya? Sampe waktu yang belum ditentukan. Dan selama itu, kalo Hagia mau cari yang lain, silakan. Dira nggak akan ngelarang."

"Why do you keep telling me to look for another person?"

"Karena Dira tau, Hagia deserves someone who is much better than me."

***

Hagia cuma bisa menghela nafas begitu nyampe di Gartensalon, Sarah dan Hagia kebetulan salah satu orang pertama yang dateng kesana, jadi mereka nggak perlu ngantri panjang kayak yang dibilang orang-orang. Untungnya waitress-nya baik dan ramah banget meskipun bahasa Jerman-nya Sarah ancur.

24/7Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang