Keesokan harinya, Dio tidak lagi menemani Feren. Ia hanya berdiam diri di kelas dan berusaha memfokuskan dirinya dengan buku pelajaran di depannya. Ia memikirkan sedang apa Feren sekarang, apa Feren sudah datang atau kah Feren merasa kesal karena Dio belum mengucapkan ulang tahun ke Feren. Dio tidak berani macam-macam dengan perjanjiannya dengan Fajar. Dio ingin dia saja yang memberitahu Feren yang sejujurnya. Bukan orang lain. Apalagi Fajar.
"Eyy Dio!" Ujar seseorang tiba-tiba. Ternyata itu Leo, teman sekelas Dio dan Feren.
"Ehh Leo. Kenapa?" Tanya Dio.
"Kok tumben nggak sama Feren? Lagi marahan apa gimana?" Tanya Leo meledek Dio. Sontak saja Dio membeku. Sebegitu kelihatannya kah jika ia tidak menemani Feren lagi?
"Gua mau ngapalin rumus dulu. Takut lupa. Nanti gua samperin deh" Ujar Dio berbohong. Tak mungkin ia menghampiri Feren padahal ada Fajar yang selalu menemani Feren. Kan ketahuan nanti sama Fajar.
"Hahaha Dio, Gua kan nanya bukan nyuruh lu nyamperin Feren" Ujar Leo geli sendiri.
"Lah? Gua nggak ngerti. Udah ah mau belajar. Lu ganggu banget dah Le" Ujar Dio kesal lalu melanjutkan membaca buku matematikanya. Sesungguhnya ia sama sekali tidak bisa fokus dengan bukunya karena ia terus memikirkan Feren.
Dikelas Feren
Feren dengan gelisah mengetukkan pensilnya ke meja. Ia bingung kenapa Dio tidak nyamperin dia lagi? Kenapa Dio nggak ngajak belajar bareng lagi? Apa Dio sengaja karena hari ini hari ulang tahun Feren? Oke lama-lama Feren merasa kegeeran. Saat sedang bingung, tiba-tiba Feren dikejutkan oleh kehadiran Fajar yang tersenyum-senyum sendiri kearahnya.
"Ehh Fajar" Feren tersenyum kearah Fajar yang membawa kantong plastik besar. Feren mengernyitkan dahinya.
"Happy birthday Ren! Semoga aja lu panjang umur, sehat selalu, makin cantik, makin pinter dan makin deket sama gua!" Fajar dengan semangat mengucapkan doanya kepada Feren. Saking semangatnya, semua teman seruangan mereka menoleh kearah Fajar dan Feren. Sontak saja Feren menjadi malu karena ditonton banyak orang.
"Ehmm.. Makasih Fajar. Tapi nggak usah kenceng-kenceng juga kali. Gua malu. Ohh iya tau darimana lu gua ulang tahun?" Tanya Feren bingung sembari menahan malunya.
"Gapapa kali hehe. Tau lah, kan kita temen sekelas! Nih, kado dari gua" Ujar Fajar sembari memberikan kantong plastik besar tersebut. Saat membukanya, Feren kaget sekali karena banyak boneka beruang, cokelat, bunga dan kartu ucapan yang tersusun dengan rapi.
"Gilaa Fajar! Lu ngeborong semua ini? Yaampun gua nggak enak nerimanya" Ujar Feren kaget. Ia masih terpana melihat kado dari Fajar.
"Iyaa lah. Gua nabung loh sebulan buat beliin itu semua. Harus nerima! Lu tega gua nggak makan bakso sebulan terus lu nggak nerima kado dari gua?" Fajar tampak memaksa Feren.
"Yaampun, gua dikasih coklat satu bungkus aja udah bersyukur banget. Makasih banyak ya Fajar!" Feren tampak begitu senang. Fajar tersenyum melihat reaksi Feren yang begitu bahagia. Kali ini gua bakalan menang dari lu Di.. Ucap Fajar dalam hati.
"Ohh iya, nanti main ke rumah gua yuk? Gua mau ngerayain ulang tahun" Tawar Feren ke Fajar.
"Seriusan boleh? Lu ngajak siapa aja?" Fajar tampak sangat bersemangat.
"Clara, tapi dia campak jadi gabisa ikut. 4 sahabat gua yang di kelas IPA 2 tapi yaa lu tau lah anak IPA kalo ulangan gamau di ganggu gugat. Terus jadinya yang bisa cuma Dio doang deh" Jelas Feren. Mendengar kata Dio, Fajar tak lagi kaget. Pasti lah Feren bakalan ngajak Dio. Tapi, Fajar yakin Dio nggak bakalan dateng. Kalo dateng dia pasti nyari mati sama Fajar.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Handsome Nerd
Teen FictionIstilah kata 'Don't Judge A Book By It's Cover' Itu adalah prinsipku. Jangan pernah menilai sesuatu hanya dari tampilan fisiknya saja. Dibalik semuanya pasti ada kejutan yang telah disisipkan untuk kita. Jadi tetaplah positif dan tetap menunggu keaj...