Nikah Kilat

lima belas

Ethan pov

Aku melihat dia istriku berpegangan tangan dengan cowok lain, ya aku akui selama dua bulan ini aku selalu mengacuhkannya untuk alasan tidak masuk akalku, hanya karena dia bertanya soal Intan adik kembarku, tapi saat aku ingin berbaikan aku menerima pesan gambar dari no tidak dikenal aku mencoba untuk menenangkan diriku, tapi apa tadi aku melihat dia berpegangan tangan dengan cowok lain itu membuatku sangat marah, baru aku diamkan 2 bulan dia sudah memiliki penggantiku semua wanita sama saja.
akhirnya aku putuskan untuk menghubungi Fadil, menyuruhnya tetap stay disini dan aku yang akan pergi ke singapore karena ada meeting yang harus didatangi oleh pimpinan perusahaan, dan sejak aku menikah perusahaan yang di Singapore aku serahkan pada Fadil dan hanya kepentingan yang mendesak aku yang akan turun tangan.

Dan disinilah aku berada dirumahku yang ada di Singapore, dimana aku menghabiskan waktu 2tahunku sebelum aku bertemu Raline.
Aku sengaja tidak berpamitan dengannya walaupun aku masih kuatir dengannya tadi pagi ia terlihat pucat saat habis muntah-untah 2bulan aku tidak memperdulikannya aku hanya bicara saat ada yang penting.
Aku hanya berpamitan dengan mak Jas dan aku menyuruh mengawasi Raline dan mengabariku keadaannya meskipun aku marah padanya tapi rasa kuwatirku sangat besar terhadapnya.

aku mengabari Fadil bahwa aku sudah mendarat di Singapore dan apa yang aku dapat dia malah memarahiku karena tidak berpamitan pada Raline

dia berkata bahwa Raline sakit terlihat dari wajahnya yang sangat pucat, ya aku tahu tapi aku sekarang masih ingin menyendiri menenangkan pikiranku.

---

Hari kedua aku meninggalkan Raline, dan setiap hari aku mendapat kabar mak jas, katanya Raline setiap pagi muntah dan tubuhnya nampak lemas, tapi aku harus bisa tidak pulang aku masih belum tenang aku takut, jika aku khilaf aku bisa mengucapkan kata-kata yang tak seharusnya aku ucapkan jadi aku harus tetap bertahan.

Kulihat foto Raline dengan cowok itu terlihat sangat akrab dan kulihat dari binar mata keduanya menunjukkan kerinduan yang mendalam.

Kuusap wajahku yang kusut hari ini tidak ada meeting aku memutuskan untuk tetap tinggal dirumah tadi mak jas memberiku kabar Raline akan berangkat kuliah dan seperti biasa ia akan muntah setiap pagi dan jarang makan.
Itu membuatku sedikit kuatir.

Raline selalu menghubungiku tapi tidak pernah aku angkat.
aku merindukannya, dan aku mencintainya, ya aku mulai mencintainya. Karena rasa ini pernah aku rasakan kepada adikku Intan, takut kehilangannya.

----

Raline pov.

Setiap malam Aku tidur dengan kemeja Ethan sudah dua hari Ethan meninggalkanku tanpa kabar, aku tidak mengerti apa yang membuat Ethan sangat marah, aku takut jika apa yang dikatakan Aline benar "dia akan mudah meninggalkanmu semudah dia mendapatkanmu" kata-kata Raline selalu terngiang ditelingaku, apa yang kurasakan ini apa aku mulai mencintainya, Tuhan katakan padanya aku merindukannya.

Setiap malam aku selalu menangis sampai mataku bengkak.
Dan paginya mak jas selalu membantuku mengompresnya sengan es batu.

---

Semingu Ethan pergi dan sekarang aku akan kuliah mengejar pelajaran agar bisa selesai sebelum perutku besar.

"Hy anak mommy, gimana kabarnya, bantu mommy ya supaya cepat selesai dan bisa istirahat dirumah." kataku sambil mengelus perutku.

Aku mengambil sebuah meteran yang aku beli kemarin dan melingkarkan kesekitar perutku.
Aku tersenyum lingkar perutku semakin bertambah.

Mak jas kaget melihatku mengukur perutku.

"Non! Kenapa perutnya diukur gitu" Tanyanya. "Hehe nggak papa mak cuma..." belum sempat menyelesaikan ngomongnya perut Raline mual dan ia segera berlari kekamar mandi.
"Sebenarnya ada apa kok mak lihat non sering muntah-muntah, jangan-jangan non hamil" kata mak.
Aku mengangguk, dan tersenyum.
"Benarkah non, wa selamat ya non sudah berapa?" Kata mak memeluk, mak Jas adalah temanku dirumah ini saat Ethan tak memperdulikannku
"6minggu" kataku.
"Aden sudah tahu" tanyanya aku menggeleng.
"Belum sempat aku beritahu mak tapi ia sudah pergi."kataku sedih.