b a g i a n 5

77 11 12
                                    

         
            Wajahnya semakin pucat bagai binatang buruan dengan tikaman pisau tertancap kuat di lehernya. Tangannya gemetar, jantung nya berdebar. Entah mengapa Serena bisa menjadi se takut ini.

            Dengan perlahan, Serena merobek bagian atas amplop tersebut karena amplop ini sudah tertempel rapih dengan lem. Setelah amplop itu berhasil terbuka, Serena hanya bisa memandangi nya dari kejauhan tanpa melanjutkan gerakannya. Tangannya terdiam di kedua sisi amplop tersebut. Mata nya terpaku pada sebuah kertas putih yang entah berisi apa.

            Serena terdiam. Ketakutan dan keraguan sedang memboikot pikirannya yang sekarang dalam posisi atau keadaan yang sangat berantakan. Amplop coklat itu dia letakkan diatas kasur putihnya, masih merasa ragu apakah harus dia baca atau tidak.

           Beratus-ratus kata 'baca' terulang dalam hatinya namun dunia seakan berkata 'tidak'.

Rasa ke ingin tahuan terus mendorong nya agar membuka surat itu. Seperti banyak orang bilang, tidak akan tahu jika tidak mencoba, bukan? tapi terkadang, tidak selamanya dunia bekerja seperti itu. Ada saat nya dimana beberapa hal, lebih baik tersimpan, terkubur jauh di dalam ratusan lapisan daripada harus terus melekat di dalam pikiran.

Dengan satu tarikan nafas dalam, Serena memberanikan diri untuk mengambil kembali amplop itu dan menarik kertas putih yang dilipat menjadi 4 bagian itu. Setelah kertas itu keluar dari amplop, Serena mulai membuka surat yang sudah terlipat itu.

Mata nya terbuka lebar sebagai tanda refleks. Kedua bola mata nya tidak bisa berhenti bergerak ke segala arah--meneliti setiap bagian dari surat ini. Serena sama sekali belum pernah melihat tulisan yang tertera di surat ini.

Setelah menyelidiki surat dengan sekejap, Serena mulai memfokuskan dirinya agar siap untuk membaca apapun yang ada di surat ini.

"untuk Serena, "

Serena mengerutkan keningnya

"Dalam surat ini, saya hanya ingin menjelaskan suatu hal yang bersangkutan dengan anda; tentang surat-surat yang entah bagaimana ceritanya bisa terkirim ke alamat rumah yang saya tinggali saat ini. Dari awal surat itu datang, saya pikir hanya sebuah surat yang tersasar. Namun surat itu terus berdatangan setiap harinya. Saya hanya ingin mengembalikan semua surat yang anda kirim jika surat itu, entah disengaja atau tidak, terkirim ke alamat saya. Dan mungkin, surat itu ada hubungannya dengan penghuni rumah saya sebelumnya? saya ingin meminta maaf karena sudah membuka surat pertama anda karena saya pikir surat itu memang ditujukan untuk saya--dan ternyata bukan. Saya juga sudah berusaha mencari tahu dimana alamat rumah anda, dan sudah berkali kali juga gagal karena tidak ada satu pun alamat yang tercantum dalam surat-surat tersebut. Jika surat balasan saya ini sampai ke genggaman anda, mohon untuk menghubungi saya lebih lanjut, agar surat ini bisa pulang kembali ke anda.

Saya akan cantumkan nomor saya disini karena saya percaya anda bukan pelaku kejahatan yang kriminal. (0858xxxxx)

Namun jika anda ragu untuk bertemu atau menghubungi saya, anda bisa datang ke alamat rumah yang pasti anda kenal dan mengambil surat-surat itu karena saya masih menyimpannya sampai sekarang dan belum saya baca satu per satu.

terima kasih, Serena,

-L"

Bibir Serena terbuka lebar, merasa kaget kan kebingungan bukan main. Jantungnya belum juga berhenti berdebar. Bingung, dia bingung apa yang harus dilakukan selanjutnya.

SerenaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang