Kepala Buntung Desa Cikadut

2.3K 20 1
                                    

Ini adalah cerita menyeramkan dari masa kecilku dulu, saat aku tinggal di daerah Cikadut, Cimenyan Bandung. Waktu itu, aku baru berusia 10 tahun dan daerah Cikadut belum seramai sekarang.

Hanya ada bukit-bukit kosong yang sedang digarap untuk perumahan.
Aku tinggal di sebuah rumah kecil bersama Ayah, Ibu, dan adikku.

Hanya saja, Ayah jarang pulang ke rumah karena beliau waktu itu masih bekerja di PT PELNI. Ayah pulang sebulan sekali, jadi di rumah sering kali hanya ada kami bertiga.

Di belakang rumahku, ada hamparan sawah dan rumah¬rumah lain yang jaraknya cukup jauh. Halaman rumah kami pun masih berupa lahan-lahan kosong yang dipenuhi belukar dan pohon pisang.

Makanya, pada setiap sore kami suka menaburkan garam untuk mencegah ular sawah masuk ke rumah.
Pada masa itu-menurut orang banyak-daerah Cikadut terkesan angker karena dekat sebuah pemakaman dan krematorium.

Aku pun di rumah pernah mengalami kejadian seram.
Tapi, aku yang saat itu masih kecil belum mengerti dan peduli dengan semua itu....
Waktu itu, aku baru saja pulang sekolah, dan melihat Ibu sedang tidur bersama adikku yang masih bayi di kamar. Suasana rumah otomatis menjadi sepi.

Tanpa mengganggu tidur mereka, aku langsung berniat mandi karena setelah sekolah, aku langsung belajar mengaji.
Saat itu, kamar mandi rumahku masih menggunakan sumur, dan bedeng-nya hanya beratapkan genting dan seng.

Ketika masuk, aku melihat ternyata bak sudah terisi air. Dengan senang, aku mandi dari bak yang mungkin memang disiapkan Ibu.

Dan..., ketika aku sedang mandi..., tiba-tiba saja aku, di kejutkan oleh suara benda jatuh di dalam perigi. Bunyi-nya sangat keras! Suara ini juga disertai semacam jeritan seram! Bukan jeritan manusia, aku tidak dapat memastikan suara itu! Aku yang terkejut langsung teriak ketakutan.
Ibuku terbangun dan dengan panik terburu ke kamar mandi.

"Kamu kenapa? Kamu Jatuh? Ibu sampai terkejut, niiiih...."
Aku menangis sekuatnya dan langsung memeluk Ibu. Sambil menangis, aku menunjuk ke arah perigi, dan aku memberitahu ada binatang jatuh ke dalam sana.

Ibu langsung berjinjit dan melihat ke arah yang kutunjuk, tapi tidak menemukan apa¬a pa....
Setelah menenangkan diri dan mengeringkan badan, tiba tiba para tetangga berdatangan ke rumahku. Ibuku kebingungan menghadapi sekumpulan orang yang tiba-tiba muncul.

Mereka berdatangan karena mendengar dentuman keras dari rumahku. Sambil menenangkan orang ramai, Ibu bilang bahwa ada zink yang jatuh ke dalam perigi.

Padahal, jika difikirkan secara logik, mana mungkin zink jatuh bunyinya sampai menghebohkan satu kampung?

Singkat cerita, pada siang itu aku tetap pergi mengaji dan baru pulang setelah Asar....
Malamnya-adikku sudah tertidur -ketika aku sedang mengerjakan PR bersama Ibu dalam keheningan malam, terdengar suara bergaduh seperti suara yang tadi siang kami dengar dari arah bilik mandi. . .

Aku berpandangan dengan Ibu, lalu Ibu bangkit dari tempat duduknya dan langsung menuju bilik mandi. Perlahan, aku melihat Ibu mengintip dari balik pintu kayu bilik mandi.... Tiba-tiba, dia menutup pintu bilik mandi dengan cepat dan berdiri dengan wajah yang pucat!

Ibu menghampiriku sambil mengelus dada dan mengucapkan istigfar berkali-kali. Saat aku tanya ada apa, Ibu hanya diam dan menyuruhku masuk ke dalam bilik. Sambil berjalan ke bilik, aku melihat Ibu mendukung adikku dengan terburu-buru, dan menguci pintu bilik.

Aku masih bertanya kepada Ibu.... Ibu hanya menyuruhku untuk cepat tidur, dan akhirnya aku pun tertidur lena....

Menjelang....
Tengah malam, aku terbangun dan aku melihat Ibu masih tertidur lena. Aku m'gosok mataku, membetulkan posisi aku tidur. Posisi badan ini sedikit menindih kaki Adik, lalu aku bergerak memajukan posisi.
Sambil menunggu tertidur, aku bisa mendengar suara tokek dari luar.

Suara binatang melata itu muncul dari balik jendela kaca. Bunyinya berulang-ulang dan sangat mengganggu, membuatku tak bisa tidur lagi dan sedikit takut.... Aku putuskan untuk membangunkan Ibu.

"Bu... Bu... Ibuuuu.... ada tokek di luar... aku takut."
Ibuku bangun dengan separuh sedar, lalu mengambil penyapu lidi yang ada di pinggir kasut.

Kemudian, setengah berdiri, ibuku menyibakkan tirai merah yang menutupi jendela. Dan... ketika tirai itu terselak....

" Astaghfirullah... Bu... Ibuu... itu... iiituuu apa, Bu...?!?"
Badan ibuku terlihat seperti kaku seketika. Aku pun demikian, tanganku mencengkam lengan Ibu dengan kuat. Yang kami lihat saat itu adalah pemandangan yang sangat menyeramkan dari luar jendela...

Di balik jendela, ternampak wajah menyeramkan dan banyak luka! Mukanya berwarna putih pucat dengan rambut yang seramai. Mulutnya lebar dan lidahnya menjulur seperti ular. Matanya besar... dan wajah itu mengeluarkan suara menyeramkan.

Seperti suara binatang yang sering kami dengar sebelumnya. Seperti suara tokek, tapi lebih keras dan seram! Kami dapat melihat kepala itu begoyang. Melenggok ke kanan dan ke kiri, sambil mengeluarkan suara... suara... pelik itu....
Kepala itu perlahan bergerak, hingga...

AAAAAAAA!!!
Ternyata, wajah tersebut hanya... sebuah kepala yang melayang-layang. Astaghfirullah... aku menangis ketakutan sambil memeluk Ibu, dan ibu segera menutup jendela bilik, sekaligus menutup badan kami semua dengan selimut.

Dalam gelap, aku lihat Ibu menitiskan air mata.... aku yakin pada saat itu dia pasti sangat ketakutan. Dengan bibir yang gemetar dan suara garau dia membaca doa....
akhirnya kami tertidur karena keletihan dari rasa takut.

Kami terbangun dalam posisi berpelukan. Ibu mengelus rambutku sambil meyakinkan bahwa semua sudah berakhir.

Aku diajaknya mandi dan mencuci muka untuk bersiap ke sekolah.
Di dalam bilik mandi, Ibu langsung mengambil timba yang tergantung di atas perigi. Sambil menimba, Ibu terus berkata agar jangan pernah takut karena kita adalah orang benar dan beriman.

Aku yang menangis lagi karena teringat kejadian semalam sepertinya membuat ibu sedikit kesal. Akhirnya, Ibu ckp kalau Hantu Kepala Buntung itu sudah pergi.

Sayang..., Ibu tidak bisa menenangkanku....
Dengan kesal, Ibu menarik timba dari dalam perigi. Ketika menuangkan airnya ke dalam bak....

BYUUUR....
Sesuatu ikut tercebur ke dalam air... Astaghfirullah... itu... itu, kan ITU KEPALA BUNTUNG YANG KAMI LIHATTADI MALAM!!! Kepala itu mengambang di permukaan bak. Dengan wajah yang masih menyeramkan sambil terus mengeluarkan suara tokeeeeeeek.

Aaaaaaaa....
Tidak lama sejak kejadian itu-setelah melapor kepada Ayah-, kami sekeluarga pindah dari daerah Cikadut. Setelah kami pindah, rumah itu dirobohkan dan menjadi sawah kembali.

Dalam proses perobohan, sebuah misteri terkuak. Katanya, dari bekas perigi air mandi itu, ditemukan tulang belulang manusia tanpa kepala. Sampai sekarang tidak diketahui jasad siapa itu, atau di mana posisi tengkorak kepalanya.

Mungkin wajah yang kami lihat itulah kepalanya. Dan, mungkin juga, kepala itu sampai sekarang masih berkeliaran di daerah Cikadut....

Cerita-cerita SeramWhere stories live. Discover now