Hari terakhir Ospek merupakan hari lebaran mendadak bagi mahasiswa dan mahasiswi baru. Dimana semua senior meminta maaf jika selama pelaksanaan Ospek mereka melakukan sedikit kesalahan. Baik yang disengaja maupun tidak disengaja. Meskipun yang paling dominan memang disengaja. Mereka beralibi agar mahasiswa baru di Universitas Harapan Bangsa ini mempunyai mental baja dan attitude yang baik. Sehingga dapat mempertahankan bahkan meningkatkan kualitas sumber daya mahasiswa di kampus ini.
Dan hari ini adalah dua hari setelah penutupan Ospek tersebut. Yang merupakan deadline pengumpulan tugas essay bagi tim Ino. Semua essay terlebih dahulu diserahkan kepada Ed, lalu Ed akan mengumpulkannya di ruang dosen.
Ino berjalan menyusuri koridor kampus dengan kedua tangan yang memeluk erat map kuning berisi essay-essaynya. Dia berjaga agar tidak ceroboh dan akan menghilangkan essaynya kembali. Gadis itu menyapukan pandangannya, kampus masih tampak sepi pagi ini. Wajar saja, jarum jam bahkan belum menunjukkan pukul 6. Tapi Ino sudah datang sejak 15 menit lalu. Dia ada kelas tepat pukul 7 nanti. Terlalu rajin? Ah tidak juga. Buktinya dia tidak datang lebih pagi dari satpam kampus.
Ino memasuki kelasnya yang masih kosong melompong. Hanya dia penghuni kelas ini sekarang. Ia memilih bangku yang berada di barisan tengah dan meletakkan map dan Jansportnya di atas meja. Sekarang, apa yang akan aku lakukan? Gumam Ino dalam hati. Karena terlalu bingung harus melakukan apa, akhirnya dia terjebak dalam lamunannya. Menatap kosong ke arah depan dengan mata sayu. Selalu saja seperti ini jika dia berada di tempat yang sepi dan sendirian.
Dorongan yang mengenai mejanya menyebabkan Ino kembali ke dunia nyata. Ia sedikit terkejut karena menemukan kelas yang sudah terisi sebagian lebih. Ia melirik ke arah jam yang melingkar di pergelangan tangannya. Jam 06.55. Hwoo, hampir satu jam dia terkena daydreaming.
Seketika suasana kelas yang awalnya riuh mendadak sunyi. Suara derap kaki mulai terdengar semakin jelas di gelendang telinga masing-masing mahasiswa. Dosen, tebak Ino. Dan benar saja, sedetik kemudian datanglah seorang wanita paruh baya yang sedikit gemuk berjalan memasuki kelas.
"Selamat pagi semua," sapanya dengan suara yang amat sangat pelan.
"Saya Sri Wahyuningsih. Kalian bisa memanggil saya Ibu Ningsih. Dan saya harap kita bisa bekerjasama dalam kegiatan belajar mengajar ini."
2 jam yang sangat membosankan bagi para mahasiswa di ruangan ini-termasuk Ino-akhirnya selesai juga. Bagaimana tidak bosan? Suara Bu Ningsih saat menerangkan materi sangatlah lirih dan pelan. Apalagi ketika beliau sedikit banyak bercerita tentang kehidupan pribadinya yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan materi yang beliau sampaikan.
Ino merasakan tepukan ringan pada punggungnya ketika ia telah selesai membereskan alat tulisnya. Dengan memutar kepalanya ke belakang, ia dapat mengetahui siapa yang menepuknya tadi.
"Kau tidak ingin mengumpulkan essaymu padaku?" tanya Ed dengan menaikkan sebelah alisnya.
Tanpa mengucap kata Ino menyerahkan map kuning berisi essay-essaynya itu kepada Ed. Dia bersyukur mengikuti kelas yang sama dengan Ed pagi ini. Setidaknya dia tidak perlu berkeliling mencari keberadaan Ed di kampus yang sangat luas ini. Baru saja Ino bangkit dan hendak keluar dari kelas, Ed berdiri menjulang dihadapannya, menghadangnya.
"Mau menemaniku mengumpulkan essay-essay ini ke ruang dosen?" pinta Ed.
Ino tak menggubris apa yang dikatakan Ed barusan. Ia hanya ingin segera keluar dari kelas ini sekarang. Sungguh, dirinya belum sempat sarapan pagi tadi. Dan kini dia benar-benar lapar. Perutnya sudah bergerumuh hebat di dalam sana. Beruntung hanya dia yang bisa mendengar suara perutnya saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
I(no)Sense
RandomCelline Nowelia Hermawan. Seorang gadis yang ceria, hangat, dan pemberani. Namun itu dulu. Karena kesalahan pada masa lalunya, kini ia bertransformasi menjadi gadis yang pendiam, dingin, dan berwajah datar. Apakah hidupnya akan berjalan datar seter...