Ino dapat merasakannya. Merasakan bibir pria itu menempel pada bibirnya. Ia tidak tau harus berbuat apa. Tubuhnya menegang begitu saja.
Vanya yang terkejut dengan apa yang dilihatnya sekarang menggeram marah. Menatap penuh kebencian wanita yang berada dalam pelukan Leo, kekasihnya.
Aku bersumpah akan melenyapkanmu! Dasar jalang rendahan! Janji Vanya dalam hati. Ia tidak akan membiarkan jalang itu merebut apa yang telah menjadi miliknya dengan seenaknya. Ia akan membuat jalang itu menderita.
Tidak tahan dengan adegan di depannya, Vanya pun memutuskan untuk pergi.
Setelah kepergian Vanya, dua insan yang tengah berciuman itu tetap dalam keadaan yang sama. Tidak ada satupun dari mereka yang terlihat akan melepaskan diri.
Leo masih dalam posisinya. Menempelkan bibirnya pada bibir gadis itu. Hanya menempel, tidak lebih.
Apa ini? Mawar? Tanya Leo dalam hati.
Ketika ia dapat merasakan aroma mawar yang keluar dari tubuh Ino, ia mulai hilang akal. Leo menggerakkan bibirnya. Mengecup bibir atas Ino, lalu melakukan hal yang sama pada bibir bawahnya.
Lembut. Astaga lembut sekali!
Tentu ini bukan kali pertamanya ia berciuman dengan wanita. Bahkan sudah sangat sering ia melakukannya. Tapi kali ini terasa berbeda. Leo merasa benar jika melakukannya dengan gadis ini.
Leo meneruskan permainannya. Mengecup, melumat, memainkan bibir atas dan bawah Ino bergantian.
Bahkan ia memeluk pinggang Ino untuk lebih mendekat pada tubuhnya.Ino seketika tersadar ketika Leo menarik pinggangnya lebih dekat. Melingkarkan lengan pria itu di sana. Ino memegang bahu Leo kemudian mendorongnya sekuat tenaga. Namun pria itu semakin mengeratkan pelukannya. Ia mencoba kembali dengan menggelengkan kepalanya dan memukul-mukul bahu Leo. Tapi lelaki itu tidak bergerak mundur barang sesenti pun.
Merasa terganggu dengan reaksi Ino, Leo meraih kedua tangan Ino lalu meletakkannya di belakang tubuh gadis itu dan menggenggamnya erat dengan satu tangan.
Tangan Leo yang lain mencengkram dagu Ino agar tidak bergerak. Agar memudahkannya menikmati bibir manis dan lembut yang baru saja menjadi bibir favoritnya. Candunya.
Ino kelelahan. Ino sudah lelah memberontak pada Leo, sehingga kini ia hanya diam saja. Namun ia tak kehilangan akal. Ia berusaha berteriak minta tolong di sela-sela ciuman Leo.
Leo tersenyum miring dalam ciumannya. Ketika Ino membuka mulutnya untuk berteriak, Leo melesatkan lidahnya ke dalam mulut Ino. Memanfaatkan kepolosan gadis di dekapannya itu.
Ino terkejut dan melebarkan matanya menatap Leo. Kemudian benar-benar pasrah dengan apa yang dilakukan Leo terhadapnya.
Ino diam tidak melawan. Membiarkan Leo menghisap, menjamah, dan memiliki bibirnya. Menuruti Leo ketika pria itu ingin Ino membuka mulutnya dengan cara menjilat bibir Ino. Mengabsen setiap gigi Ino dengan lidahnya yang lincah dan panas.
Tanpa Ino sadari, ia mulai menikmati ciuman Leo. Menyukai bagaimana bibir pria itu menggoda bibirnya.
"Balas aku!" ujar Leo di sela-sela ciumannya.
"...."
"Celline, balas ciumanku!"
"...."
"Semakin cepat kau membalas ciumanku, semakin cepat pula aku akan melepaskanmu," kata Leo serak ketika menghentikan ciumannya.
Ino tergoda. Bukan tergoda karena ucapan Leo barusan. Tetapi ia tergoda untuk merasakan bibir Leo bergerak di atas bibirnya lagi.
Ino menatap Leo, tepat di manik mata pria itu. "Lepaskan tanganku," pinta Ino.
"Tidak."
"Lepaskan,"
"Tidak. Kau akan kabur!"
"Leo, lepaskan tanganku sekarang juga."
"Aku tidak akan--"
Ino mengecup bibir Leo, sekali. Kemudian dikecupnya lagi. "Lepaskan tanganku," pinta Ino lagi.
Leo mengindahkannya, melepaskan kedua tangan gadis itu. Kemudian Leo menarik kembali pinggang Ino dan melumat bibir Ino lagi.
Ino mengarahkan kedua tangannya ke leher Leo. Melingkarkan lengannya di sana dan menarik Leo agar lebih mendekat.
Setelah itu Ino mulai membuka mulutnya. Menggerakkan bibirnya membalas ciuman pria itu. Mengecup, menjilat, melumat, dan menghisap. Namun dengan cara yang kikuk.
Wajar saja, ini adalah ciuman pertamanya. Ino tidak akan munafik untuk mengakui bahwa ia pernah melihat adegan berciuman di film-film yang sudah ia tonton. Tapi sungguh, ia tidak begitu bagus untuk mempraktekkannya.
Leo mengerang merasakan bibir Ino yang ikut serta dalam permainannya. Meskipun sangat jelas terbaca oleh Leo bahwa gadis ini tidak bisa berciuman. Atau bahkan belum pernah berciuman. Ada sedikit rasa senang yang membuncah di hatinya jika memang benar dia lelaki pertama yang memperawani bibir Ino.
Pria itu menekan tengkuk Ino dan memiringkan kepalanya. Mencoba memperdalam ciumannya. Mereka saling mengecap, merasakan, dan mengaitkan lidah mereka satu sama lain.
Entah sudah berapa lama mereka terlarut dalam romantisme yang mereka ciptakan. Namun ketika wajah Ino memerah dan mulai kehabisan nafas, Leo melepaskan ciumannya. Meskipun sangat tidak rela.
Mereka terengah dengan dada yang naik turun. Berusaha mengambil nafas sebanyak-banyaknya guna mengisi paru-paru mereka. Mencoba menormalkan detak jantung mereka yang menggila.
Leo membuka matanya dan menatap Ino dengan intens. Sebelah tangannya terangkat mengusap pelan pipi merona Ino dan berkata, "Aku tidak mau tau. Kau harus menjadi wanitaku."
Ino mengerutkan dahinya. Ia tidak suka dengan kata-kata Leo yang mengklaim dirinya.
"Wanitamu?"
"Ya."
"Kau pikir aku mau?"
Sekarang, gantian Leo yang mengerutkan dahinya. Tidak suka dengan perkataan Ino, "Harus mau."
"Aku bukan wanita murahan,"
"Aku tahu," jawab Leo seraya mengusap sudut bibir Ino dengan ibu jarinya.
"Aku yang pertama, bukan?" tanya Leo lalu mengecup bibir Ino lagi.
Plakkk
Ino menampar Leo. Tepat di pipi kiri pria itu. Dengan sangat keras. Sampai-sampai Ino dapat merasakan tangannya panas akibat menampar Leo.
"Gila!" umpat Ino pada Leo. Ino mendorong bahu Leo kemudian berlari ke luar kelas. Meninggalkan Leo yang sekarang tengah mengusap pipinya yang mulai panas.
--0--
27/01/2017
KAMU SEDANG MEMBACA
I(no)Sense
RandomCelline Nowelia Hermawan. Seorang gadis yang ceria, hangat, dan pemberani. Namun itu dulu. Karena kesalahan pada masa lalunya, kini ia bertransformasi menjadi gadis yang pendiam, dingin, dan berwajah datar. Apakah hidupnya akan berjalan datar seter...