Takdir. Satu kata yang sangat dibenci dan disyukuri disaat yang bersamaan. Dibenci karna menuliskan dengan paten jalan hidup seseorang tanpa pandang bulu, disyukuri karna nasib baik yang menyertainya.
Takdir. Satu kata yang dihujat oleh sebagian orang dan diagung-agungkan oleh sebagian lainnya. Dihujat karna nasib buruk yang tidak dapat dihindari, diagung-agungkan karna indahnya lika-liku fase kehidupan yang telah digariskan jauh sebelum kita dilahirkan didunia.
Dan takdir adalah pelaku utama dalam permainan hidup, ia bermain dengan lihai; tegas; dan tanpa toleransi.
-YOU-
Seekor anak anjing berbulu putih salju nampak antusias bermain bersama sang majikan, seorang namja manis dengan rambut coklat lembut yang sesekali bergoyang dihembus angin musim gugur. Sang majikan sesekali memekik kegirangan saat anjingnya berhasil menangkap bola yang ia lempar sedikit jauh dan mengharuskan sang anjing melompati beberapa semak belukar.
"Wah! kau memang yang terbaik Soonshim-ah." ujar namja berambut coklat itu sambil bertepuk tangan.
Tanpa disadari sang namja manis, sesorang namja berambut eboni dengan warna coklat gelap berjalan kearahnya. tiba-tiba sebuah lengan merengkuh pinggang si manis dengan sangat posesif, dan hal itu sontak membuat si manis tersentak kaget lalu memutar tubuhnya kasar.hingga rengkuhan tersebut terlepas.
"Yak! hyung, kok mengagetkanku saja." teriak si manis yang saat ini tengah mengerucutkan bibirnya, membuatnya telihat sangat imut. Namja berambut eboni yang dipanggil hyung hanya terkekeh kecil menanggapinya, dan si manis hamya melirik sinis namja didepannya ini -tentu saja dengan bibir masih mengerucut imut.
"Hei, jangan membuat wajah seperti itu Tae-ah. Atau aku juga akan menciummu." Ujar namja yang lebih tua, mengundang decakan sebal dari namja yang lebih muda.
"Aish! Kenapa kau mesum sekali eoh?" Teriak si manis. "Ah iya, apa mereka juga ikut kesini?" lanjutnya sambil mengelus pucuk kepala Soonshim -anjingnya. Saat ini mereka sedang duduk bersila diatas rumput dengan Soonshim berada dipangkuan namja manis.
"Menurutmu bagaimana Tae-ah? Apakah mereka akan ikut hum?" Mendapat pertanyaan seperti itu si namja manis -Taehyung- menunduk lemas, gerakan tangan yang masih mengelus kepala Soonshim pun terhenti. Matanya sedikit memanas. Mana mungkin mereka mau mengunjunginya, mengunjungi mantan teman yang tega mengkhianati temannya sendiri? Bersyukurlah karna Seokjin hyung -namja berambut eboni- masih sudi mengunjunginya.
Tanpa sadar setetes air mata mengalir di pipinya. Selalu saja seperti ini, menangis seperti manusia lemah saat mengingat semuanya. Perlahan bahunya mulai bergetar, air mata masih terus saja mengalir dengan bebasnya, menganak sungai. Soonshim yang merasa terganggu oleh air mata Taehyung pun mulai beranjak dari pangkuan Taehyung dan duduk dengan tegap didepan majikannya sambil menjulurkan lidahnya lucu, bila saja Taehyung dalam keadaan yang baik sudah pasti Sooshim telah berakhir dalam pelukan Taehyung dan telah bermanja - manja padanya.
Tapi saat ini keadaan Taehyung sangat buruk. Matanya mulai sedikit bengkak dengan lelehan air mata masih mengalir dipipinya. Seokjin hanya bisa mengelus punggung bergetar disebelahnya sambil mengatakan 'uljima' berkali - kali, berharap agar Taehyung bisa lebih tenang -meskipun ia tau bahwa hal itu tidak memiliki efek apapun.
Kejadian ini berputar layaknya sebuah roll film. Saat mengunjungi Taehyung, Seokjin pasti menemukannya di taman ini saat bernain dengan Soonshim. Lalu Taehyung bertanya apakah 'mereka' ikut hingga berakhir dengan Taehyung yang menangis tanpa suara. Dan ini telah berlangsung sejak setengah tahun terakhir., semenjak kejadian itu.
Taehyung yang dulu seseorang dengan kepribadian periang, optimis, dan positif kini berubah total. Taehyung mungkin masih bisa tertawa saat menghabiskan waktu beraama Soonshim, tapi tawa itu semu. Sementara. Karna saat Taehyung teringat kejadian 'itu', senyumnya seperti tak pernah muncul diwajah manis namja berambut coklat terang itu.
Sekali lagi Seokjin menarik tubuh Taehyung dalam rengkuhannya, tangan kirinya memeluk pinggang Taehyung erat sedangkan tangan kanannya mengelus lembut surai belakang Taehyung.
Taehyung selalu menyukai pelukan hangat seorang Seokjin untuknya. Rasanya seperti rumah. Hingga tanpa sadar dia mulai memejamkan mata, airmata yang sedari tadi mengalir juga sudah mulai mengering.
Seokjin tersenyum merasakan Taehyung mulai tenang dipelukannya.
Hening menemani keduanya. Bukan karna tidak ingin memulai pembicaraan, hanya saja mereka tak ingin merusak kedamaian yang tercipta.
"Kau tau, aku selalu bersedih setelah mengunjungimu." Setelah hening sekian lama Seokjin memutuskan untuk berbicara. Namun, topik yang dipilihnya membuat Taehyung terkejut bukan main. Pertanyaan seperti 'Apa Jin hyung juga membenciku akhirnya?' atau 'Apa mereka menjauhi Jin hyung karna dia masih berteman denganku?' terus berputar dikepalanya.
Apakah dia akan benar-benar sendiri sekarang? Sendiri tanpa keluarga, kekasih, ataupun teman baik seperti Jin hyung?
Lagi. Sekali lagi liquid bening itu meluncur sekali lagi tanpa diminta.
"Apa ini akhirnya hyung? Apa ini berarti kau juga akan meninggalkanku hyung?" Tatapan namja yang lebih muda itu berubah kosong. Sinar kebahagiaan yang dimata itu telah menghilang sepenuhnya.-You-
————————————————
Holaa~~ ini first fic ku lohhh~ /ga ada yg nanya
Aneh ya? Ga je ya? Kkkk~
Coba tebak pairing disini siapa sama siapa? /ngomong sendiri
Untuk pairing fleksibel sih~ maunya taehyung ama siapa?? Tapi tae! Bottom lohh~~Kalo ff ini ada yg baca mau dilanjut, tapi kalo engga mah gapapa. Aku kuat, aku rapopo 囧
KAMU SEDANG MEMBACA
You
Fanfiction[Ganti Summary] Life is about painful, just like a Love and Friendship. Past in past, future is mystery. Sorry about my past thing, I know, I would never be forgiven. But, I really regret it. For sure. Persahabatan yang indah ini telah hancur. Dan a...