CHAPTER 10

42 7 2
                                    

Liam's POV

"..., aku akan menunggumu," kalimat itu terus terngiang dikepalaku sejak tadi.

Kalimat yang sempat membuatku kaget dan speechless. Tapi tak bisa kupungkiri, kalimat itu membuatku senang, bahkan mungkin kalau aku punya sayap aku sudah terbang melayang kesana-kemari.

Sudah 2 minggu aku tidak bertemu dengan gadis itu. Ya, siapa lagi kalau bukan Queen.

Kami sering mengobrol di telepon dan chatting untuk sekedar memberi kabar agar tidak lost contact. Tapi, itu tidak cukup. Aku ingin melihat wajahnya secara langsung.

Seketika aku merasa ada lampu yang bercahaya muncul dari dalam otakku, layaknya tokoh kartun yang mendapat ide cemerlang.

Aku akan menemuinya besok, pikirku.

Aku mengambil iPhone-ku dari meja di samping tempat tidurku. Ku sentuh gambar telepon berwarna hijau pada kontak dengan nama 'Queen Summer'.

Tiiit.. Tiiit.. Tii-

"Hallo?" terdengar suara merdu dari ujung sana.

"Hallo, Queen. Apa aku mengganggumu?" aku sedikit gugup saat mengatakannya.

"No, Liam. Kau sama sekali tidak menggangguku. Memangnya kenapa?"

"Apa kau sibuk siang ini?" tanyaku kembali.

"Ehm, kurasa tidak. Kebetulan kuliahku selesai jam 1 siang," jawab Queen.

"Kalau begitu, kau mau makan siang denganku? Nanti kujemput di kampus, bagaimana?" tawarku.

"Boleh. Aku tunggu di depan kampus jam 1, okay?"

"I'll be there. Bye."

"Bye"

Yeahh, aku akan bertemu dengannya siang ini. Good job, Liam! Pikirku.

...

Ku hentikan mobil kesayanganku di depan gedung besar yang menjulang tinggi.

"Ternyata dia kuliah disini," gumamku.

Aku memberhentikan langkahku setelah melihat gadis cantik -yang sedang kucari- melambaikan tangannya kearahku kemudian berjalan menghampiriku.

Dengan mengenakan pakaian casual, sling bag yang menggantung disebelah pinggang, dan memegang beberapa buku, gadis ini terlihat sangat menawan.

"Hei, Liam. How are you?" tanya Queen.

"Good. I'm good. Jadi, kita pergi sekarang?" jawab dan tanyaku.

"Okay," jawab Queen.

Kubukakan pintu untuk Queen, dan menuju kursi kemudi setelah gadis berambut dark brown ini masuk.

Aku segera melajukan mobilku menuju restoran terdekat untuk kami berdua makan siang.

"Kita sudah sampai," ucapku dan keluar dari mobil.

Kubukakan pintu untuk Queen dan berkata, "C'mon, your majesty", serta sedikit membungkuk layaknya seorang pelayan kerajaan.

"Apa kau sedang sakit, Liam?" ucapnya sambil menggeleng-geleng.

"No, I'm fine," tegasku.

"Lalu kenapa kau bersikap aneh seperti itu? Kau pikir aku ratu Elisabeth, huh?"

"Salah sendiri namamu Queen, hahaha,"

Percakapan kami terhenti ketika sadar kami sudah sampai di depan pintu restoran.

LAST FIRST LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang