CHAPTER 16

28 9 0
                                    

Liam's POV

Rumah Queen menjadi destinasi kami berdua setelah dari pemakaman Lucy.

Pasti saat ini wanita berambut dark brown itu sedang memasak bersama ibunya. Karena itulah yang dia katakan sebelum meninggalkanku sendiri di ruang tamu.

Mereka memaksaku untuk makan malam bersama. Tapi tanpa dipaksa, sejujurnya aku sangat senang saat diajak makan malam. Kau tahu, waktu bersama Queen sangatlah berharga bagiku. Bagaimana bisa aku menolaknya?

Dari tempat duduk yang kutempati, aku melihat benda yang familiar terletak di meja sudut ruangan ini.

Kudekati meja itu untuk memastikan sesuatu. Semakin lama, aku semakin dekat dengan meja itu, sampai akhirnya aku menemukan sesuatu. Kuraih benda itu dengan perasaan tak percaya. Apakah ini?

"Liam?" suara itu mengejutkanku.

"Y-yes?"

"Ayo ke meja makan, nanti Queen menyusul. Dia sedang mengganti pakaian," ajak Mrs. Laura.

Kulepaskan benda itu dan mengikuti Mrs. Laura ke meja makan.

...

"Dua tahun, tepatnya. Aku resmi bertugas menjadi seorang perawat dua tahun yang lalu," jawabku.

"Kau perawat yang baik, Liam," kata Mrs. Laura.

Ku angkat kedua sudut bibirku membentuk senyuman, sebagai respon positif akan pernyataan Mrs. Laura. Dan tanpa sengaja, kulihat Queen yang duduk disamling ibunya melakukan hal yang sama.

"Bisakah aku menanyakan sesuatu?" tanyaku.

"Tentu," jawabnya.

"Gelang perak yang ada di meja ruang tamu itu, milik siapa?"

Kulihat kedua wanita dihadapanku saling memandang, kemudian salah satunya tersenyum kearahku.

Wanita yang tersenyum itu mulai menjelaskan sesuatu sebagai jawaban dari pertanyaanku.

Beberapa tahun yang lalu...

*flashback on*

Laura's POV

"Hallo? Apakah ini istri dari Mr. Summer?" tanya seorang pria yang suaranya tak kukenal.

"Ya, ini siapa? Bukankah yang kau gunakan adalah ponsel suamiku? jawab dan tanyaku kembali.

"Maaf sebelumnya karena sudah lancang mengambil ponsel suamimu. Tapi itulah satu-satunya jalan untuk menghubungimu.

"Suami dan anakmu mengalami kecelakaan, kami sudah menelpon ambulance. Sebaiknya kau segera datang."

"A-apa?" aku tidak bisa berpikir positif saat ini, aku sangat panik.

"K-kirimkan aku alamatnya sekarang," jawabku lagi.

Jalan sudah sangat ramai dengan orang-orang yang membentuk lingkaran. Ku asumsikan disana lah tempat kecakaan itu.

Benar saja, setelah menerobos orang-orang yang begitu banyak. Aku mendapati suami dan anakku tergeletak di jalan. Tapi ada seseorang yang sedang menangani anakku. Seseorang yang menggunakan masket dan sarung tangan medis.

Dengan cepat aku menghampiri orang itu dan bertanya, "apakah dia baik-baik saja?"

Pria itu tidak menjawabnya, aku hanya mendengarnya menggumamkan sesuatu.

"One-two-three," setelah itu dia menyatukan bibirnya dengan bibir anakku.

Separah itukah putraku? Separah itukah sampai harus memberikan nafas buatan dan memompa dadanya?

LAST FIRST LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang