Prolog

1.3K 40 10
                                    

Luna's POV

Haloo! Nama gue Luna, Luna Fortuna Azzahra. Mungkin kalian ngerasa aneh sama nama gue, gue juga bingung kenapa BoNyok namain gue kayak gitu.

Fortuna. Nothing's wrong with that name, but still, it makes me embarrassed.

Nenek gue sering manggil gue Dewi. Karena waktu itu gue dinamain Luna Dewi Fortuna. Tapi nyokap nggak seneng. Tapi nenek tetep manggil begitu.

Gue di Jakarta tinggal sama Bibi. Bukan 'bibi' pembantu lho. Di Bekasi, gue emang biasa manggil tante-tante gue dengan sebutan 'bibi'.

Namanya Bibi Anya. Dia nggak punya anak, jadi gue ke sini buat nemenin dia. Alasan lain kenapa gue ke sini, belum mau gue ceritain. Hehe.

Gue pun menyisir rambut gue yang panjangnya udah sebahu. Rambut gue tuh lurus pake banget. Gue sering iri sama temen-temen gue yang di Bekasi, mereka kalo pake jeday, wavy nya awet sampe beberapa jam. Nah gue? Makenya berjam-jam wavy nya cuma lima belas menit.

"Bi, Luna berangkat ya, Bi," ucap gue sambil ngulurin tangan.

"Nggak mau sarapan dulu?"

"Enggak ah. Takut telat."

"Ya udah. Hati-hati ya, Lun."

"Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam."

****
And here we go. Gue berdiri di depan gerbang bertuliskan 'SMA Fertil'. Aneh? Emang iya. Seperti nama gue, orang bakal ketawa waktu denger namanya.

Sepuluh menit sebelum bel. Gue masuk ke kelas 10-4. Sekolahnya lumayan gede banyak kelas yang kayak gudang. Kotor, nggak kepake. Trus tujuan mereka buat bangun kelas-kelas ini apa? Bikin gue keder aja sih.

Dengan teliti gue liatin satu-satu papan di atas pintu. Sangking fokusnya, gue nggak sadar kalo di depan ada orang.

Oops! I think i'm in trouble.

"Eh! Sori, sori. Nggak sengaja." Gue megangin kepala gue yang kejedot sama buku-buku. Sementara bukunya berserakan.

"Duh, maaf ya. Gue nggak liat." Gue jogkok sambil mungutin buku itu.

Setelah selesai mungut buku, gue bangkit dari jongkok.

"Nama gue Luna, dan lo?" Gue julurin tangan gue ke dia. Dan lo tau reaksinya apa?

Dia pergi sambil menggedikkan bahu.
"Dih! Songong lu!" umpat gue pas dia udah rada jauh.

Gue pun melanjutkan perjalanan gue. Ternyata anak sini songong juga ya. Kirain di sekolah gue doang. Haha.

Setelah muter-muter. Gue masuk ke kelas 10-4, dan duduk di salah satu bangku.

"Woy! Ngapain lo duduk di sini seenak jidat! Pergi lo!" kata cewek yang penampilannya, hmm. Something like cabe-cabean? Rambutnya bergelombang, baju kecil, nggak dimasukin, make up nya tebel. Eh itu sih bukan make up, tapi make down.

Udah gitu dia pake behel sama softlens. Nggak masalah sih, cuma warnanya itu ngejreng banget.

"Ye!! Malah bengong gue suruh pergi juga."

Gue cuma bisa menghela nafas.

"Maaf, emang bangku ini udah ada yang tempatin?"

"Mau udah di tempatin, kek belom, kek. Bukan urusan lo!" semburnya.

Before Sunrise Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang