Good Day

301 16 3
                                    

Andira mengangguk dan berjalan sambil menggendong tasnya keluar.

Lintang menatap kedua gadis itu sambil bersidekap dada. Acap kali dia memalingkan wajah saat Luna menoleh ke arahnya.

"Eh, Rin. Liat deh, cowok itu, yang pake seragam. Kayak Lintang ya?"

Airin yang tengah mengaduk jus menoleh ke arah yang ditunjuk Luna.

"Emang Kak Lintang," katanya setengah sadar. Mengerjapkan matanya, mata Airin menyipit. "Anjrit!! Kak Lintang!" pekiknya dengan mata membulat.

Luna terkekeh, baru pertama kali dia melihat Airin seperti itu. Lama-lama seperti melihat dirinya sendiri.

Luna mengembalikan tatapannya pada Lintang. "Dia ngapain di sana?" gumamnya sangat pelan. Dahinya berkerut dalam.

"Eh, Rin!" panggilnya, gadis itu menolehkan kepalanya. "Apa?"

"Bukannya dia tadi pergi sama Kak Andira ya? Kok, bisa jadi sendiri gitu?"

Airin menggedikan bahunya sambil berkata, "entah, coba lo samperin."

"Yaelah, masa gue samperin, entar lo sama siapa?"

"Ah, gue mah gampang, baca novel bentar, kalo misalkan kalian lagi gak bisa diganggu, ya gue balik lah. Ceritanya lagi seru tau Lun!" matanya berbinar sambil menunjuk novel di tangannya.

"Ck!" Luna melotot ke Airin. Gadis itu hanya terkekeh, dan lantas bangun. "Mau ngapain lo?" Luna meletakan tangannya di pinggang.

"Go and greet him," perintahnya. "Ih! Apa sih lo, nggak mau ah."

"Kenapa?" Airin menatap ke sekitar, lalu duduk kembali, tadinya dia berniat mendorong Luna. Luna menghela nafasnya panjang. "Gue ... takut."

"Afraid of what? Nothing's to be scared, Andira is not here."

Luna menunduk sambil memainkan jarinya, menatap Lintang dari kejauhan saja membuatnya takut, apalagi menghampiri.

Airin memutar bola matanya, meniup rambutnya frustasi. "You're so stupid!" Luna hanya menjulurkan lidahnya.

Mereka saling mengunci mulut. Yang satu sibuk dengan pikirannya, sedang yang lain menatap novelnya dengan serius. "Ck!" decaknya kesal. Luna segera bangkut dengan malas dan menghampiri Lintang. Dia menghilangkan rasa takutnya.

Tanpa komando, gadis itu mendaratkan bokongnya di atas kursi. "Hi!" sapanya menatap Lintang yang tengah melihat rintikan hujan.

"Ketemu lagi kita," katanya sambil terkekeh.

"What are you doing here? Following me?" tanyanya dingin dan menusuk.

Luna tergelak, senyum miring menghias di wajahnya. "Ge-er! Gue cuma neduh di sini." matanya menatap Lintang dengan tajam.

Airin memandang mereka dari jauh, sambil tertawa kecil, sesekali ia menggelengkan kepala atas apa yang mereka lakukan.

"Dasar Luna bego, disuruh ajak ngobrol malah diem-dieman." sudut bibirnya terangkat kembali.

"Masa sih? Bukannya dari tadi kamu ngikutin saya ke sini? Dasar penguntit."

Luna membuka mulutnya lebar-lebar kaget. "Seriously?" memutar matanya, lalu dia melanjutkan, "gue bahkan nggak tau lo juga di sini."

Before Sunrise Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang