Finally God!

324 16 0
                                    

Luna memanyunkan bibirnya saat tahu dia kalah suit main Osom. "Ah, tehe! Curang lo Jah!" semprotnya saat Azizzah mengeluarkan batu padahal sebelumnya gunting.

"Enggak, udah lo kalah, taro di atas!" sergahnya. "Ogah ah, gue udahan." Luna mengangkat tangannya dan mendapat sorakan dari yang lain

Gadis itu berjalan menuju mejanya sambil mendengus dan mengeluarkan kata-kata kasar. "Kenapa lo Lun?" tanya Airin menutup bukunya.

"Si Ijah curang, masa dia udah ngeluarin batu terus diganti kertas. Lama-lama gue jodohin juga sama Ujang."

"Oh, haha." Airin kembali membuka bukunya dan membaca dengan serius. "Baca apaan lo Rin?" tanya Luna meraih cover buku, berusaha membacanya.

"Ah, rusuh lo!" Airin menjauhkan bukunya dari jangkauan Luna. "Ini judulnya How to Stalking Someone. Karya Ashton Adj ... entahlah namanya susah."

"Oh, asal mana emang?" pertanyaan yang sesungguhnya hanya untuk basa-basi.

"Sweden."

"Coba bacain," pinta Luna sekali lagi melirik isi bacaan. "Bentar, gue baca dulu nanti gue kasih tau."

"Yaudah. Eh, oya. Rin lo tau nggak, hari ini Bu Beta nggak masuk lho!"

"Emang, kalo masuk kita belajar, gimana sih lo," kata Airin membuka lembar baru.

Luna hanya tersenyum menampilkan deretan giginya yang rapih. "Nanti jadi 'kan?" dia menaik-turunkan alisnya.

"Apanya?" goda Airin dengan wajah polos, gadis ini sesungguhnya tahu apa yang Luna maksud.

"Ck, gak usah pura-pura lupa deh. Terus lo baca How to Stalking Someone buat apa?"

Merasa tak punya jawaban Airin tersenyum hambar. "Hehe, yadeh. Tapi pulang dulu ya, ambil mobil."

"Sip deh." Luna tersenyum. Matanya tiba-tiba menangkap Andira yang jalan tergesa-gesa. Andira terlihat melambaikan tangan padanya, menatap Luna penuh tanda tanya. Takut. Khawatir. Cemas.

Sebelum masuk, Andira mengetuk pintu dan mengucapkan salam yang mana membuat beberapa murid menoleh. Pasalnya mereka kedatangangan bintang sekolah. Seseorang yang cantik dengan bakat luar biasa.

"Permisi, Lunanya ada?" tanyanya lembut namun masih ada nada cemas dan tidak sabar pada suaranya. Dia tahu Luna ada di kelas, tapi itu hanya untuk berbasa-basi.

"Kenapa?" tanya Luna berdiri sambil bersidekap dada. Gadis itu berjalan dengan angkuh ke depan pintu.

"Lagi jamkos 'kan?" tanyanya memastikan.

"Are you blind or didn't see. Is there any teachers?" katanya menohok.

Andira tersenyum sabar dan membuka mulutnya untuk bertanya, "I need to talk to you."

Luna mengangkat dagunya tinggi-tinggi, membuka mulut untuk menjawab namun Andira langsung memotongnya.

"But not here."

"Kalo nggak disini ya nggak usah ngomong."

"But this is important." Luna menurunkan dagunya, meletakan kedua tangannya di sebelah pinggang.

"What about?" tanyanya lirih.

"Lintang."

Matanya terpaku menatap bola mata berwarna hitam pekat milik Andira, mencari kebohongan disana yang belum terungkap.

Before Sunrise Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang