Dimas POV
Sudah 3 hari gue gak bertegur sapa dengan Meli. Gue gak tahu harus melakukan apa. Gue itu seperti seorang pengecut yang gak berani menghadapi masalah.
Tapi untuk yang satu ini, gue gak bisa menghindar. Gue akui kalau gue kalah dari Ridho dan memang gue... cemburu.
Gue benci jauh dari Meli. tapi... tapi keadaan yang buat gue jauh dari dia. tapi... gue juga yang ngehindari dia untuk menenangkan diri.
Please jangan salahin gue karena gue di sini emang labil banget. Gue sayang banget sama Meli. Perasaan itu gak pernah padam, serius deh! Gue berani sumpah!
Iya, gue sebenarnya udah gak tahan menghadapi situasi kek gini. Gue akui meski gue menjalani proses menghindar, gue tetap mengamati Meli dari jauh. Gue tau kegiatan Meli, bahkan gue buat note yang gue tempelin di lemari gue.
Senin, Kamis, Jumat : Latihan Teater
Selasa, Rabu, Jumat : Latihan Futsal
Khusus Jumat, Meli latihan futsal jam 5 sore
Sabtu : Latihan Futsal di stadion jam 4 sore
Minggu : Free (istirahat)
Gue tau jadwal-jadwal Meli dari kak Reza. Ah, gue sayang banget sama kakak ipar gue ini. Dia baek banget. Dan cuma dia yang tau masalah gue sama Meli
"Gue emang ngerti perasaan lo Dim, tapi jangan buat adik kesayangan gue nangis. Dalam hal ini, lo harus lebih berusaha dan lebih meyakinkan Meli kalau lo bener-bener sayang sama dia. kalau lo ngehindar kaya gini, sama aja lo melepas dia. Dan lo tau kalau lo ngelepas dia, akan ada suatu hal yang terjadi"
"Iya kak" dan cuma itu respon gue. Gue juga gak tau mau bilang apalagi sama kak Reza. Setelahnya gue termenung di kamar. Memikirkan betapa hampanya gue tanpa Meli sama seperti hari-hari yang gue jalani di Jerman.
Kembali ke permasalahan, gue mau kasih tau kalau selama tiga hari ini ada hal yang menjengkelkan.
Hal itu ketika melihat Bima mendekati Meli secara terang-terangan, seperti Bima yang menghampiri Meli ke kelas pada jam istirahat, mengajaknya ke kantin sampai menemani Meli latihan futsal dan teater. Bima juga selalu menawarkan diri untuk mengantar Meli pulang namun Kak Reza dengan baik hati mau menjemput Meli karena gue. gak juga sih -_-
Meski Meli juga kelihatan risih karena ada Bima di setiap waktu, tapi si Bima itu tetep aja ngikutin Meli.
Itu cowok bener-bener deh. Gak ada kerjaan apa selain ngintilin Meli? Dia kan ketos, masa iya gak ada kerjaan atau urusan gitu? Biasanya kan kalau sekolah udah sibuk, ketosnya ikut sibuk
Setiap gue berpapasan dengan Bima, gue ngerasa ada yang gak beres. Gue bisa lihat dari aura wajah dan matanya itu. Dan hari ini gue berpapasan lagi dengannya di depan kelas gue. Ketika gue lihat wajahnya, perasaan gue tiba-tiba berubah jadi gak enak
Author POV
"Eh, elo yang waktu tanding sama Meli, kan?" pertanyaan Bima itu hanya direspon dengan tatapan datar dari Dimas.
Bima tersenyum miring, "Pada waktu itu, lo boleh menang. Tapi dalam hal ini, gue yang akan menang. Pertandingan dimulai setelah lo dan Meli pulang hari itu" selepas berbicara Bima tersenyum pada Dimas yang membuat cewek ganjen bakal kelepek-kelepek. Tapi bagi Dimas dan teman-teman yang lain menganggap bahwa senyuman itu adalah senyuman misterius yang ditujukan hanya padanya.
Setelah itu Bima pergi. Dan dengan sengaja dia menabrak bahu cewek di belakang Dimas. Dia Feni.
Dimas diam di tempat dan menaikkan satu alisnya. Masih belum mengerti dengan ucapan Bima tadi, kenapa dia berbicara tentang 'waktu itu, dalam hal ini, hari itu' Apa coba? -_-
KAMU SEDANG MEMBACA
HTS [END]
Teen FictionHTS? Menjalin sebuah hubungan tanpa adanya status yang jelas dan tanpa ikatan yang pasti Hubungan dimana gue gak punya hak untuk cemburu --Meliana Merdianti-- [END]