Chapter 14 - [Rasa ini...?]

956 46 2
                                    

Happy Reading

***


Meli sangat lelah hari ini. Dia latihan futsal dari jam tiga sore sampai Maghrib dan baru pulang ke rumah jam setengah 7, ini gara-gara Dimas karena dia ngerengek mau ke supermarket dulu. Setelah masuk ke kamar, dia langsung mandi. Tidak tahan dengan uap panas yang dirasakannya.

Setelah berganti pakaian, Meli merebahkan dirinya di kasur. Sempat dipanggil untuk makan malam, namun Meli menolak, memilih untuk istirahat.

Meli baru saja memejamkan matanya, tapi getaran dari ponselnya menyita perhatiannya.

Ponselnya terus bergetar, dia bangkit dan duduk bersandar di kasurnya. Lalu dia meraih ponselnya, "Loh? Ridho? Masih hidup nih orang?" gumamnya ketika menatap layar ponselnya yang tertera nama Ridho di sana.

Dengan malas Meli menjawab panggilan itu, "Halo..."

"Meli"

"Hm? Masih hidup lo Dho?"

"Sorry, gue belum sempet kasih tau lo. Gue ada tugas lagi, bukan PKL lagi, tapi... ini langsung ke Hotel Imperium ... gue dapet kerja di Bandung"

Mulut Meli menganga, "Gila! Lo udah dapet tawaran aje. Potensi lo itu emang patut diacungi jempol!"

Di seberang sana Ridho cekikikan, "Lo kapan turnamen?"

"Minggu depan. Gila! Badan gue pegel bener..." Meli mengingat sesuatu, "oh ya! Jadi lo selama ini ngilang karena kerja? Ah, jahat lo gak ngabarin gue. oiya gue mah apa sih?" Meli mulai dramatis

"Maaf cuyungku..." Meli menyernyit, kok gak ada getaran yang aneh gitu ya? "sorry gue gak sempet dateng ke acara ulang tahun lo. Tapi serius deh gue udah BM lo tapi ceklis."

"Oh, gue gak ada kuota hehe"

"Dasar lo! Gue udah nitip kado kok ke Reza. Lo udah terima kan?"

Meli berfikir sejenak, kapan dia menerima kado dari Ridho? Reza... ah, sial! Kakaknya ini pasti menyembunyikan kado dari Ridho

"Em, u-udah kok. Makasih ya gue suka kok"

Di seberang sana Dimas tersenyum, "Kan itu benda kesayangan lo, Mel"

"Lo kok tau banget?"

***

Setelah pulang sekolah, Meli dan Dimas mampir ke kedai es krim di dekat taman. Meli dan kawan-kawan tidak latihan teater karena Sang Pelatih—Kak Jayennya lagi sibuk di Teater Satu Lampung.

"Enak gak es krimnya?" tanya Dimas di sela dia menyantap es krim miliknya.

"Enak! Kok bisa dibentuk bunga ya?" tanya Meli dengan wajah keheranan plus berbinar.

Dimas menoyor kepala Meli, "Ya kan ada cetakannya. Dodol banget sih"

Meli manyun, lalu menyendok es krimnya dengan kesal, "Biasa aja sih ngomongnya"

"Udah biasa, wlek"

"Bawa sini es krim lo!"

Dengan sigap Dimas memegang mangkuk es krimnya menghindar dari tangan Meli, "Mau apa lo?"

"Mau gue injek! Udah buruan!" pintanya dengan tangan kanannya terulur ke depan seperti preman minta uang :3

"Curiga gue" gumam Dimas sambil menyipitkan matanya pada Meli

"Lebay lo!" kata Meli saat mengambil es krim dari tangan Dimas. Lalu dengan cepat dia memakan es krim itu.

"Es krim gue!"

HTS [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang