EXTRA PART - [SEVEN ARTS BOOM]

972 35 0
                                    

5 Bulan Kemudian...

Teater Handayani [Kak Jay, saya pake dulu teater handayani nyaa] mengadakan acara besar yang diberi nama Seven Arts Boom tahun 2016. Dimana di dalamnya akan menampilkan pertunjukan dari berbagai seni dan diselenggarakan selama tiga hari.

1. Pertunjukan dari seni tari

2. Peluncuran Buku "Jejak Sang Guru"

3. Pertunjukan Musikal Puisi

4. Pertunjukan Teater Monolog "Rohidin dan Rohani" karya Iswadi Pratama yang diadaptasi oleh Jayen Amor

5. Pertunjukan Teater Two Man Player "Orang Orang Setia" karya Iswadi Pratama

6. Pertunjukan Teater Ansambel "Pispot" karya

7. Pertunjukan semi music –Ansamble

Proses latihan yang mereka lalui kini terbayar sudah dengan berjalannya pertunjukan yang mereka gelar dengan lancar, meski di awal acara mereka sedikit tersendat karena salah satu pembawa acara terlambat datang.

Untuk di hari ketiga, penampilan dari Teater Monolog sebagai pembuka menyita perhatian penonton karena penampilannya begitu menarik dan menggelegar sampai mereka tidak henti untuk tertawa. Seorang Jayen memang sangat ahli mengubah seseorang menjadi gila.

Di hari pertama, Meli tampil di Teater Two Man Player sebagai Marni—seorang petugas kamar mayat dan partnernya Indah berperan sebagai Sarinah—sang guru. Dengan latihan

Setelah itu, selang pergantian pertunjukan untuk Teater Monolog dengan Teater Ansambel diisi dengan pembagian hadiah untuk para pemenang yang berhasil menjawab pertanyaan dari pembawa acara.

Sementara di setwing, Meli masih meredakan degup jantungnya. Selalu seperti ini ketika mau tampil, sama seperti kemarin.

Di tengah-tengah meredakan degup jantungnya, tiba-tiba dia teringat Dimas yang seminggu ini tidak menghubunginya.

"Fokus Mel... gak usah peduliin mau Dimas dateng kek, enggak kek. Yang penting pertunjukan lo sukses." Lalu Meli berdoa dalam hati untuk kesuksesan acara ini di hari terakhir. Karena mereka-lah penutupan.

"Inilah dia, penampilan Teater Ansambel PISPOT karya " setelah itu barulah Meli dkk masuk ke panggung yang tirainya belum dibuka.

Saat tirai perlahan dibuka, suara dari setwing mengisi seisi gedung ini.

"COPET!!"

"TOLONG COPET!!!"

"Aduhh!! Kalung saya, TOLONG!!"

"COPET!!"

Mengalirlah pertunjukan itu—

***

Acara di hari ketiga ini sangat sukses. Setelah pertunjukan PISPOT, para pemain saling berpelukan membuat mereka semua terharu. Senyuman tak pernah lepas dari para pemain dan panitia karena suksesnya acara tersebut.

Setelah itu, mereka langsung berfoto bersama tim panitia.

"Jah, hatiku kosong" ucap Meli sedikit dramatis.

Azzahra langsung mengerti maksud Meli, "Doi lo gak nonton?" Meli menggedikkan bahunya tanda dia tidak tau, lalu dia menerbitkan senyumannya kembali dan pergi agak ke belakang untuk foto dengan sahabat karibnya di teater—Rahma.

Setelah puas foto, Meli duduk di bangku yang digunakan saat on stage tadi.

Lagi asik mengobrol dan bercanda dengan yang lain, tiba-tiba Tiara menghampiri Meli, "Kak Meli, doi nya dateng tuh" beritahunya.

Meli membelalakkan matanya, "Hah? Masa sih? Di mana?"

Lalu Tiara menunjukan tempat Dimas berada, "Itu di paling belakang yang lagi berdiri" Meli terdiam lama, dia tidak melihat arah itu.

"Masya Allah, ganteng banget kak!"

"Pingin gua gebet rasanya, kak! Hehehe"

Buru-buru Meli berlari ke belakang panggung.

"Mel, mau kemana? Kok buru-buru?" tanya Cika. Meli terus berlari tanpa merespon. Setelah masuk ke dalam ruang make up, di saat itu juga dia mengecek ponselnya. Ternyata Dimas tidak mengucapkan apa-apa. Dia kesal setengah mati. Lalu dia kembali ke panggung.

Dilihatnya sudah tidak ada lagi Dimas di sana. Sudah pergi. Kemana?

Meli hanya pasrah. Setelah foto-foto, para panitia dan pemain duduk melingkar untuk briefing. Meli duduk membelakangi kursi penonton. Mendengarkan perkataan dari Pembina sekaligus sutradara dengan seksama—Jayen.

Namun tiba-tiba suasana menjadi hening.

Meli melirik teman-temannya yang sedang berbisik-bisik itu. Dia menyenggol lengan Dini bertanya ada apa.

Tapi Dini menggeleng, "Ndak tau aku mba"

Lalu tiba-tiba ada sebuah bunga di depan wajahnya. Buru-buru Meli memutar badannya dan benar saja Dimas yang memberikan bunga untuknya.

Tanpa aba-aba, Meli memeluk Dimas dan mengucapkan terima kasih dengan uraian air mata.

Meli memukul pundak Dimas dengan keras membuat Dimas mengaduh, "Lo kemana aja sih, Dimas. Lo gak ngehubungi gue lagi saat ada pertunjukan kaya gini"

Sambil menahan rasa sakit akibat pukulan Meli dia menjawab dengan jujur, "Gue ada kerjaan Mel, lo tau? Gue masuk peringkat 4 reporter untuk pelajar SMA. Gue agak telat, tapi dateng sebelum lo tampil kok, tenang aja"

Meli menganga tidak percaya, lalu air matanya kembali jatuh, "Makasih ya udah dateng" Dimas memeluknya sambil mengusap rambut Meli. Mereka semua yang menonton hanya menggigit jari.

Kemudian Dimas merenggangkan pelukannya dan menatap wajah Meli. Diusapnya pipi Meli yang basah dan berkata dengan lembut, "Udah, gak usah nangis lagi. Gue udah dateng, Meli"

Meli tersenyum, "Gue masih gak nyangka lo sempetin dateng. Kalau lo bilang dari awal, pasti gue gak akan risau"

"Iya-iya maaf. Tapi gue gak mau ngecewain lo lagi kaya waktu itu" jawab Dimas sambil mengusap lembut rambut Meli. Lalu mereka berpelukan lagi

"Yang jomblo mah Cuma bisa gigit jari atuh"

"Jomblo pasrah aja"

"Yang udah tunangan mah beda"

"Kita dapet serial drama korea gratis. SIP"

"Serasa nonton bioskop woy!"

"Iri aja lo pada" kata Dimas

"Meli udah ada yang punya, saya sama kamu aja ya Zahra" kata Pak Jayen tiba-tiba.

"Ih, Pak Jayen!"

Mereka semua tertawa.

Dimas dan Meli memang tidak pacaran. Tapi mereka sudah ada komitmen untuk bersama. Komitmen yang sudah mereka setujui aturan-aturannya. Jangan lupakan mereka TUNANGAN!

Setiap hubungan memang diawali dari pertemanan, lalu persahabatan dan berujung pada jenjang berikutnya ataupun perpisahan. Tapi tidak semua orang menjalani tahap-tahap itu.

HTS [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang