"Ju..ju.. juju.. kamu dimana?" Gadis berambut pirang itu berlari mengitari rumah besar sambil terus berteriak. "Juju kamu mah kalau ngumpet jago banget,""Aku udah capek nih nyari kamu, keluar dong." Gadis kecil itu cemberut karena tak juga menemukan batang hidung 'Juju' orang yang dimaksud.
Sudah lama Juju bersembunyi di balik tiang besar. Dia mengintip namun saat melihat gadis berambut pirang itu mulai menangis, dia segera keluar dari tempat persembunyiannya. "Jangan nangis dong Flow, aku udah disini nih." Katanya menenangkan.
"Juju jahat, kalau ngumpet jangan jauh-jauh. Aku kan..hiks..jadi sendirian..hiks." Gadis yang dipanggil Flow itu terus menangis sambil memukul bahu Juju.
Juju gemas melihat Flow seperti ini, sudah tak asing baginya melihat Flow yang cengeng dan manja seperti ini. Juju menghela nafas, lalu merengkuh Flow ke dalam pelukannya. "Maafin aku deh, tadi kan kamu yang ngajakin main petak umpet."
"Juju jahat." Racau Flow tak henti. "Pokoknya, aku nggak mau main petak umpet lagi." Racaunya lagi.
Juju mengelus puncak kepala Flow lembut. "Iya iya, kan tadi aku udah minta maaf. Nanti nggak main petak umpet lagi deh." Juju mengalah, dia tahu mengalah pada Flow adalah hal terbaik disaat dia sedang meracau seperti ini.
"Eh, Prim kenapa? Kok nangis?" Claudi-Mamah Juju menatap anaknya intens.
"Tan.. masa Juju jahat tan. Hiks.." Racau Flow lagi kepada tante Claudi.
"E..eh bukan salah Juan mah." Juan menggeleng gelengkan kepala. Bukan rahasia lagi kalau Juan selalu dipanggil Juju oleh Flow. Saat pertama kali dipanggil Juju oleh Flow, Juan marah besar. Namun, karena sudah sering dipanggil seperti itu oleh Flow, Juan menjadi terbiasa.
"Yaudah, sini Prim ikut sama tante. Mamah dan Papah kamu juga ada disana." Claudi menjulurkan tanganya. Dan langsung disambut oleh tangan Flow. Dan juga bukan rahasia lagi kalau Juan selalu memanggil nama belakang Flow- Primrose Flow. Flow sih senang senang aja dipanggil begitu oleh Juan.
"Kok aku ga diajak mah?" Juan bertingkah manja sambil mengerucutkan bibir.
"Eh iya, anak mama yang super manja ini lupa diajak. Ayo sini ikut."
"Ih mamah mah, sebenernya yang anak mamah tuh aku apa Flow sih?" Kesal Juan sambil berjalan duluan meninggalkan mamahnya dan Flow.
"Ih anak mamah ngambek. Juan tungguin mamah sama Prim dong." Claudi tertawa geli melihat tingkah anaknya yang suka ngambek kalau dia lebih perhatian pada Flow ketimbang Juan.
"Tuh kan tan, Juju jahat, masa ninggalin kita sih tan."
"Yaudah yuk kita nyusul Juan."
Flow cuma mengangguk ngangguk kemudian mengikuti langkah Claudi menuju ruang keluarga.
☆
"Apa mah?" Flow membulatkan mata tak mengerti.
"Aduh kayaknya kami salah membicarakan ini saat kalian masih kecil seperti ini." Papa Flow-Ardin berkomentar.
"Juan juga nggak ngerti om, tante." Aku Juan sambil melirik Flow.
"Jadi gini Juan sayang.." Claudi menjeda. "Mamah dan Papah kan sudah bersahabat lama sejak dulu dengan orang tua Prim, jadi kami berniat ingin menjodohkan kalian. Singkatnya kalian akan tunangan dulu agar kalian terikat." Jelas Claudi panjang lebar. Papah Juan-Bagas ikut mengangguk mendengarkan penjelasan Claudi.
"Tunangan?" Tanya Juan tak mengerti. Tunangan itu apa ya? Batin Juan.
"Aku nggak ngerti tunangan itu apa mah, pah." Ujar Flow dengan kepolosannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Primrose Flow
Teen FictionAku pernah mencintai, memperjuangkan cinta ku sampai titik darah penghabisan. Namun itu dulu sebelum aku sakit. Sekarang, aku memilih pergi dan tak memperjuangkanmu lagi.