Setelah menyatap ketoprak bu iis di piring, dan menyisahkan hanya sebuah sendok dan garpu, Rachel dan Vina pergi keruang guru untuk menemui bu Wenta.
"Permisi bu." Rachel menghampiri guru yang tengah mengisi daftar hadir uks.
"Yaa." guru itu menoleh, melepas kacamatanya.
"Saya Rachel bu, siswi yang tadi pingsan di uks."
"Terus?" Bu wenta membenarkan posisi duduknya, dan kini dia menghadap Rachel dan juga Vina.
"Tadi kata ka---kaka siapa ya namanya?" Rachel mengingat nama pria yang kemarin di temuinya di perpus, dan tadi menolong dirinya menuju uks.
"Ka briyan sama fabian." Vina mendekatkan dirinya ke arah Rachel dan membisikin nama itu.
"Saya kata ka Bryan di minta untuk menghadap ibu." ucap Rachel kembali menatap bu Wenta.
"Oh Briyan." guru itu tersenyum sekilas. "Duh.. Bryan ganteng, pinter tapi rada bolot ya." Guru itu memakai kembali kacamatanya.
"Maksud saya itu, dia saya suruh mendata pengunjung uks termasuk kamu, atas perintah saya, dan catetanya kasih ke saya. Bukan kamu menghadap saya." Guru itu menjelaskan, vina dan Rachel hanya bisa mengangguk paham, ya walaupun memang nyatanya masih tidak mengerti
"Jadi saya harus gimana bu?" Tanya Rachel
"Bilangin si Bryan sama Fabian, suruh ketemu bu Wenta gitu." Guru itu merapihkan kertas yang berisi daftar hadir menjadi satu tumpukan.
"Iya bu. Kalo gitu kita permisi dulu ya."
"Iya."
Dan setelah itu, Rachel dan Vina keluar dari ruang guru. Tidak ada yang berbicara sampai 20detik. Hingga suara wanita dengan rambut yang di kuncir membuat Vina menoleh.
"Kenapa harus cowo itu lagi?" Ucap Rachel tanpa menoleh, pandanganya tetap lurus ke depan.
"Cuma Kebetulan." vina menanggapinya dengan wajah datar dan perasaan biasa saja.
"Yaa kenapa harus dia?"
"Ya gatau."
"Ah jamet."
"Bacot." Vina meilirik Rachel sekilas.
****
Suara bel istirahat baru terdengar, membuat seluruh siswa dan siswi berdesakan menuruni anak tangga dan pergi menuju kantin. Berbeda dengan Rachel dan Vina yang kini mencari seorang lelaki yang di perintahkan oleh bu Wenta.
"Kita bagi dua aja deh." Rachel menghentakan kakinya kesal akibat tidak menemukan sosok pria yang di cari.
"Bagi dua apaan?"
"Lo cari sebelah mana ke gitu. Kita mencar."
"Okee."
Vina berlari menuju lantai dua dan lantai satu, sedangkan Rachel menuju lantai tiga dan rooftop. Rachel melangkahkan kakinya besar besar supaya cepat samapai tujuan.
Dan Vina, sekarang dia sudah berada di kantin. Matanya menatap lautan siswa yang tengah memakan berbagai makanan. Tatapannya pun terhenti pada seorang lelaki yang tengah bersender di tembok paling ujung. Tanpa basa basi, Vina menghampiri pria itu dengan cepat.
"Ka Fabian." ucapan Vina membuat lelaki itu menoleh dan menatap Vina dari ujung kaki sampai ujung kepala. Suara Vina hanya di jawab dengan naiknya kedua alis pria di hadapanya.
Yaelah mentang mentang ganteng sok iya! Vina menatap lelaki itu sebentar dan menaikan sebelah alisnya.
"lo sama ka bryan di panggil bu Wenta."
KAMU SEDANG MEMBACA
something i need
Teen Fictionketika cinta membuat semuanya berubah. apakah aku masih menginginkan pria yang membuat dunia ku bewarna? atau tidak sama sekali. karna ku tahu semua tidak akan seperti yang ku bayangkan!