terungkap

24 2 1
                                    


Drapp..drapp..drapp

Suara langkah seorang wanita terdengar dari arah pintu. Perempuan itu membuka pintu dan mendapatkan kedua orang tuanya tengah duduk diatas sofa.

"Ayahhh." Rachel tersenyum gembira ketika melihat sosok lelaki separuh baya yang amat sangat dia rindukan.

Rachel berlari kearah ayahnya dan memeluk lelaki itu erat. Sangat erat.

"Ayah kapan pulang? Kok, gak bilang Rachel? Ayah mau ngasih kejutan yaa?"

Rachel masih memeluk ayahnya. Dia amat sangat senang bisa memeluk dan merasakan hangatnya tubuh sang ayah yang menerpa kulitnya. Padahal ayahnya sudah 3bulan lebih tidak terlihat, katanya sih ayahnya mengurus pekerjaanya di luar negri.

"Kamu jam segini baru pulang, abis dari mana?" pertanyaan sang ayah membuat Rachel tersenyum. Dia sangat senang ternyata ayahnya masih menghawatirkan dirinya. Dan rasa rindu dengan ayahnya, terbayar sudah.

"Tadi aku abis dari rumah Fabian yah, dia sama temen-temenya dikeroyok sama orang yang gak aku kenal."

Diva, sang ayah terlihat panik mendengar penjelasan anak tunggalnya. "Kamu gak kenapa-kenapa kan?"

Rachel menggeleng lalu tersenyum. "Aku gak apa-apa. Aku seneng liat ayah ada disini, sama mama."

Yanti, sang ibu ikut tersenyum. Dia mengusap pelan kepala Rachel dan kemudian memeluk anaknya. Rachel amat sangat bahagia, dia merasa dunia kini sedang tunduk kepadanya. Bagaimana bisa, orangtuanya yang sibuk dengan perkerjaanya kini berada disini, di sampingnya. Memeluk hangat Rachel dan membuat dirinya terbang menuju langit ke tujuh.

"Sekarang Rachel istirahat yaa. Mama sama papah mau ngomongin sesuatu dulu. Nanti mamah panggil buat makan malam."

Senyum Rachel perlahan memudar ketika mendengar kata-kata dari ibunya. Dia hanya bisa mengangguk pasrah menuruti apa kata ibunya. Sebelum  Rachel pergi meninggalkan kedua orangtuanya, dia mencium pipi sang ayah dan ibunya. Dia amat sangat merindukan dua manusia ini. Dan sekarang dia juga merasa amat sangat sangat bahagia bisa berkumpul seperti ini.

Rachel menaiki anak tangga satu persatu. Dia membuka pintu kamarnya dan meletakan tas sekolahnya di atas meja. Dia melepas dasi yang masih tersangkut. Dan setelah itu, tubuhnya yang tinggi berada di atas kasur.

Dirinya kembali teringat kejadian tadi sore, dimana dia melihat Bryan di hajar oleh Varo, sahabat Bryan dulu. Dia juga teringat wajah Bryan yang babak belur. Dan, dia juga yang mengobati luka di wajah lelaki itu.

God!

Rachel menghela nafas panjang ketika dia mengingat  bahwa tanganya menyentuh bibir milik Bryan. Dan ketika tanganya menyentuh bibir lelaki itu, tubuhnya menegang seketika. Jantungnya berdegup tak karuan dan dia merasakan hatinya hangat. Perasaan aneh yang sulit di ungkapkan.

"Rachel, ayo kita makan malam."

Suara ibunya yang barusan terdengar membuat lamunan Rachel buyar. Dia bangkit dari atas kasur dan bergegas menuju meja makan untuk memulai makan malam bersama keluarga kecilnya. Dia melihat jam di tanganya, waktu sudah menunjukan pukul 20.15 malam. Senyumnya terus mengembang sampai dia duduk di atas kursi meja makan.

"Wihhh, mamah masak sayur capcai sama cumi asam manis," seru Rachel senang. Dia mencium pipi ibunya dan memeluknya hangat.

"Kita makan malam dulu yaa. habis itu mama sama papah mau ngomong sama kamu." Perempuan separuh baya itu mengusap pelan rambut anaknya. Rachel mengangguk sambil tersenyum.

Keluarga kecil itu memulai makan malamnya. Suasana hening mencekam, hanya terdengar suara dentingan garpu dan sendok yang saling beradu. Tak butuh waktu lama, hanya sekitar 10menit keluarga kecil itu selesai menyelesaikan makan malamnya.

something i needTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang