Disini, di kamar nomor56 Evan terbaring lemah di atas bangkar rumah sakit. Namun wajahnya tidak terlihat sakit. Bahkan, senyum Evan masih tercetak manis di antara kedua pipinyaTadi, setelah Bryan dan Rachel menunggu selama kurang lebih setengah jam. Fabian dan Vina datang membawa sebuah parsel buah buahan segar. Denger denger sih, itu ide dari Fabian. Dan tak lama kemudian, Richard dan Gilang muncul di balik tembok putih
Disinilah mereka sekarang. Empat orang laki laki dan dua orang perempuan tengah menatap ke arah Evan dengan tatapan yang sulit di artikan
"Cuma gara gara nyamuk doang, lo bisa sampe kaya gini?" Tanya Fabian membuka obrolan.
Jadi, setelah tadi Evan menjelaskan alasan mengapa dia masuk rumah sakit, teman temanya dapat menyimpulkan bahwa Evan terkena DBD. Dan hal itu disebabkan oleh gigitan serangga kecil yang tak lain adalah 'nyamuk'
"Kadang, hal-hal kecil aja bisa buat kita lemah gak berdaya kaya gini ya," Richard mentap Evan nanar. Yang di tatap malah memberikan ekspresi seolah olah dia 'jiji'
Gilang menempeleng temanya "bahasa lu ketinggian"
Richard mendengus kesal. "Seriusan. Hal kecil emang bisa bikin kita jadi lemah. Contohnya kaya patah hati"
Dan ketika mendengar kata kata Richard barusan, beberapa dari mereka ada yang bungkam. Membenari apa yang di katakan Richard bahwa sakit hati memang terkadang membuat orang lemah dan rapuh
Richard menatap Bryan "iya gak?" Tanya Richard masih menatap lelaki itu
"Aa--apaan?" Bryan nampak kikuk. Jadi, kata kata Richard barusan tertuju padanya.
"Ini kenapa jadi pada cengeng gini deh?" Suara Vina membuat beberapa dari mereka terseret ke dunia nyata. Sadar bahwa sekarang bukanlah saat yang tepat untuk terpuruk
Evan berdecak "lagian kata kata anak monyet di dengerin" dan setelah Evan mengatakan kata itu, dia mendapatkan satu cubitan dari Richard. Yang di cubit malah cengengesan
"Dimakan bege buahnya, gue nih yang beli" Fabian mengambil parsel buahnya dan mulai membuka bungkusan plastik yang melindungi buah tersebut
"Apaan!" Vina menatap Fabian tajam "gue yang empet-empetan masuk ke pasar buat beli ini parsel"
"Belinya pake duit siapa?" Tanya Fabian dengan wajah yang meremehkan
"Yaa tapi kan intinya gue yang susah payah keliling pasar buat beli itu parsel" Vina memutar bola matanya malas.
Fabian menatap Vina. Wanita itu sekarang terlihat kesal. Bibirnya saja sudah maju beberapa centi. Dan hal itu mampu membuat Fabian gemas
"Yaudah yaudah. Nanti pulangnya gue anterin ya?" Tanya Fabian. Lelaki itu tersenyum ke arah Vina. Dan Vina, dia hanya bisa menelan ludah ketika melihat Fabian tersenyum seperti sekarang. Lesung pipinya tercetak sempurna
"Aduh mulai nih anjing sama kucing berantem" Bryan menatap Fabian dan Vina bergantian. Matanya tak sengaja menangkap Rachel yang sedang tersenyum simpul
"Rachel kalo mau ketawa, ketawa aja. Gausah di tahan tahan gitu"
Dan suara itu membuat Rachel menegang sesaat. Kini Bryan tengah menatapnya dengan senyuman yang tercetak manis
Rachel menyengir "kalo mau ketawa mah udah ketawa. Tapi sayang gak lucu" dan seketika Bryan malu setelah Rachel mengatakan kata barusa
"Yahahahha Bryan mah emang krik jadi orang" kata Richard
"Hahhaha. Mampus" Kata Evan
"Aduh Yan. kalo gue jadi lo, gue bakal pulang sekarang" kata Gilang
KAMU SEDANG MEMBACA
something i need
Roman pour Adolescentsketika cinta membuat semuanya berubah. apakah aku masih menginginkan pria yang membuat dunia ku bewarna? atau tidak sama sekali. karna ku tahu semua tidak akan seperti yang ku bayangkan!