14 Juni 2012...
Gadis itu terlihat mempersiapkan kamera handycam-nya dan memposisikan dirinya sebaik mungkin. Lalu, ia mulai merekam sisi sekitarnya. Ia mengabadikan pemandangan yang terhampar luas di hadapannya. Pemandangan yang cukup indah dari atas bukit.
Gadis itu kemudian mengarahkan kameranya kearahnya. Dan ia mulai memasang senyum termanis agar wajahnya tetap terlihat cantik saat ia merekam dirinya sendiri.
"Kalian tahu guys? Ini tempat yang lumayan cocok buat nenangin pikiran. So, buat kalian yang sering ngalamin stress, bisa datang kesini dan nikmati suasana di atas bukit ini. Dan kalian bisa liat sunset langsung dari atas sini. Keren kan?" Ucapnya.
Gadis itu kemudian menutup videonya. Hanya video singkat kali ini. Ia hanya tidak mau melewatkan pemandangan kali ini. Menikmati suasana di tempat ini yang membuatnya membayangkan hal-hal indah. Yah, dan ia tidak mau berbagi tentang bayangan itu.
Pandangannya mengedar. Ia tersenyum menatap tempat sepi ini. Merasa beruntung bisa menemukannya dan menikmatinya. Tapi, seorang laki-laki yang tengah duduk bersila dan menatap lurus dengan pandangan kosong serta wajah datar, mampu membuatnya penasaran.
Ia memperhatikan laki-laki itu beberapa saat. Cukup lama. Dan laki-laki itu masih tetap pada posisi awalnya. Hanya sesekali terlihat menunduk dan memejamkan mata. Gadis itu punya satu ide. Ia meraih kembali handycam-nya dan kemudian menyalakannya lagi. Tapi, kali ini kameranya terarah pada laki-laki itu.
Jika boleh jujur, laki-laki itu terlihat cukup tampan. Dan otak cantiknya mulai membayangkan bagaimana wajah laki-laki itu ketika tersenyum. Dan di dalam bayangannya. Laki-laki itu terlihat jauh lebih tampan.
"Matiin kamera lo!"
Gadis itu sedikit terkejut saat menatap laki-laki itu kini menatapnya dengan wajah marah. Ia segera mengalihkan kameranya kearah lain dan sesekali berputar agar tetap bisa mendapat gambar laki-laki itu.
"Lo budek apa bego?! Gue bilang matiin kameranya!"
Gadis itu bukan terkejut lagi. Lebih dari itu. Laki-laki itu membentak dengan lantang. Tapi, gadis itu sama sekali tak menurut dan memilih merekam obyek lain. Sesekali ia mengarahkan kameranya pada dirinya sendiri dan mengucapkan beberapa kata.
Trak!
"Heh!" Gadis itu membentak saat handycam-nya dirampas lalu di lempar ke atas tanah berselimut rumput.
"Gue gak suka ada yang ngerekam tempat ini! Lo cantik. Tapi sayang lo budek!" Laki-laki itu kembali membentak.
"Lo kenapa marah? Emang tempat ini punya lo? Ini itu tempat umum, jadi gue bebas mau ngapain aja!sok ngatur" Gadis iti balik berucap dengan tegas. Tapi tidak membentak.
Laki-laki itu terlihat menatapnya dengan tatapan yang menusuk. Lalu, berbalik badan dan meninggalkannya. Ia tidak pernah menyangka jika laki-laki setampan itu bisa berbicara dengan membentak pada seorang gadis yang tidak di kenal.
Setelah laki-laki itu pergi, ia segera meraih kembali handycam-nya dan memeriksa apa saja yang rusak. Ia hanya takut videonya rusak begitu saja.
***
"Woi Adline Blenda ! Lo dari mana aja sih?! Lo gak tahu gue panik nyariin lo?!"
Gadis bernama Adline itu saja membuka pintu rumah saat suara lantang saudara angkatnya menyambutnya. Adline melepaskan tasnya. Meletakkannya di atas meja di depan sofa. Lalu, ia menjatuhkan tubuhnya begitu saja di atas sofa.
"Edline, ambilin gue minum dong. Gue haus tahu baru pulang." Ucapnya.
Gadis yang Adline panggil Edline itu tampak memasang wajah kesal. Namun Adline tidak menanggapi pertanyaannya dan malah menyuruhnya untuk mengambilkan minum. Dengan menghentakkan kakinya kesal. Edline mencoba menuruti permintaan Adline.