Part 5

23 4 0
                                    

Holaaa blik lg gwww.....
Voteeeenya ko berkuranggg....sekarang gw makin panjangin deh ceritanya

●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●

Pintu terbuka secara santai dan tak bersuara. Adline hanya memasang wajah lelah dan malasnya ketika masuk. Ia bahkan melihat Edline yang tengah berdiri di depan sofa untuk menyambutnya. Adline lebih memilih melangkah menuju tangga agar segera sampai di kamarnya.

"Lo darimana?"

Dan akhirnya pertanyaan basi itu keluar dari bibir manisnya Edline setelah menunggu Adline untuk membuka suara. Tapi gadis itu malah melewatinya begitu saja dan mengacanginya.

"Mom tadi nanyain lo."

Dan ucapan itu berhasil membuat Adline menengadahkan kepalanya. Dan kemudian menatap kebelakang. Menatap Edline yang kini menatapnya dengan senyum tipis.

"Oh iya? Wow, tumben banget nanyain. Ada apaan?biasanya aja engga" Tanya Adline.

Suara sinis Adline membuat senyum tipis Edline perlahan memudar. Kenapa?

"Lo kenapa ngomong gitu?" Tanya Edline dengan alis bertaut.

Adline menghela nafas. Menatap Edline dengan senyum sinisnya yang terlihat begitu menusuk.

"Pasti karna lo kan? Karna lo bahas gue makanya Mom inget buat nanyai gue. Karna lo bahas gue makanya mom inget kalau dia punya satu anak kandungnya." Ucap Adline sinis.

"Maksud lo?" tanyanya bingung

Pertanyaan itu tidak sempat mendapat jawaban karna Adline sudah berlari kencang menaiki tangga dan masuk kedalam kamarnya. Edline menghela nafas. Ia hanya mencoba untuk mengisi otaknya dengan pikiran positive dan menganggap Adline hanya tengah sensitive.

♡♡♡

Adline melemparkan tasnya ketengah kasur. Isi tas itu hanya beberapa buku dan laptopnya. Bagi Adline itu tidak masalah. Adline menarik kursi belajar yang tersimpan rapi di depan meja berisi tumpukan buku yang sebagian besar adalah koleksi-koleksi novel legendaris dari penulis yang sudah terkenal bahkan mendunia. Dan sisanya adalah buku-buku yang ia butuhkan selama menjadi mahasiswi di salah satu universitas ternama.

Adline termenung. Otak cantiknya mulai memutar kembali memori tadi sore. Wajah pucat dan kesakitan Adlan masih tergambar jelas di benaknya. Lalu, wajah pucat tanpa ekpresi saat Adlan pingsan dan di larikan ke rumah sakit.

Tangannya terangkat. Menyentuh dadanya yang tiba-tiba saja terasa berdenyut dan sesak. Seperti merasakan sesuatu. Adline menggigit bibirnya dan menarik nafas panjang saat kerongkongannya mulai tercekat. Adline tidak tahu apa yang terjadi pada hatinya saat ini.

'Adlan udah satu tahun ini ngidap kanker hati. Dan sebenarnya dia lagi jalani kemo buat bunuh sel kanker itu. Tapi, Adlan selalu beranggapan kalau dia kuat dan gak perlu kemoteraphy. Dia anak yang bandel kalau dikasih tau.'

Adline merasakan air matanya berjatuhan begitu saja mengingat ucapan kakanya yaitu Rendy saat di mobil sewaktu mengantarnya pulang beberapa saat yang lalu. Adline mengernyit. Ia tidak tahu apa yang ia rasakan saat ini. Sampai menitikkan air mata seperti ini hanya karna Rendy memberitahu dirinya bahwa laki-laki misterius di atas bukit yang membuatnya penasaran itu tengah mengidap kanker hati.

'Dia selalu sensitive sama orang-orang yang sebelumnya gak dia kenal. Tepatnya sejak Caroline ninggalin dia karna dia di vonis kanker hati. Dia malu punya cowo kaya adlan dan Jarang ada gadis yang bisa deketin dia. Baru kamu kayaknya yang bisa nyentuh dia lagi sejak Caroline ninggalin dia dan buat dia terpuruk.'

YOUTUBETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang