Chapter 5 - (A Suck Flight)

447 37 10
                                    

Pesawat mulai terbang menurun. Siap mendarat di Changi Airport Singapore. Mataku sudah terpejam beberapa saat lantaran menahan ngantuk. Sudah hampir pukul sepuluh malam dan kami masih harus menjalani penerbangan terakhir menuju China

Satu hentakan menandakan bahwa pesawat sudah mendarat. Hentakan2 kecil mengikuti pesawat sepanjang landasan.

"Ya Tuhan!"

Sebuah suara ledakan terdengar dari luar pesawat. Aku terkejut kaget mendengar suara letupan dari luar. Pesawat berhenti dengan sempurna dengan tekanan rem yang kuat, yak ini penerbangan yang sangat buruk.

Segera kulepas sabuk pengaman yang sedari tadi melingkar di pinggang tanpa memperdulikan lampu penanda yang masih menyala. Kutepuk2 pelan pipiku menghilangkan ngantuk.

Aku meninggalkan kabin pesawat. Riuh rendah membelah memenuhi kabin penumpang.

"Hey, kau dengar letupan tadi?"

"Buruk sekali ya landing nya!"

"Bodoh sekali pesawat itu!"

"Pilot itu benar2 ingin membunuh kita!"

Sebisa mungkin kuabaikan keluhan seperti itu saat melintasi kabin penumpang. Aku berpura2 tidak mendengar.

"Apa sebenarnya terjadi?!" Seru seorang pria tua dengan jas hitam mahalnya

Aku mencoba tersenyum. "Maaf, sedang kami selidiki, Pak"

"Pilotnya masih amatir, ya?!" Nada meremehkan terdengar jelas.

Aku hanya membalas dengan senyuman kecil, lalu meninggalkan lelaki tua itu.

"Bunyi apa tadi?" Tanyaku pada Zhao Li Ying-- pramugari yang bertugas di kabin depan.

"Perubahan tekanan, bannya pecah," jawab Zhao Li Ying. "Mungkin last flight akan delay dua sampai tiga jam untuk mengganti ban." Kegetiran tercetak jelas di wajahnya.

Aku menghela napas berat. Ini benar2 menyesakkan. Dua atau tiga ham lagi seharusnya aku bisa menikmati waktu beristirahat dirumah.

Pintu ruang kokpit terbuka. Jun Kai keluar dari ruangannya dengan kelelahan yang tercetak jelas di wajahnya.

"Siapkan dirimu dengan keluhan penumpang," ujarku datar.

Dia hanya menangkat bahu sejenak, tangannya menyingkap tirai yang membatasi antara kabin depan dengan kabin penumpang.

Awalnya, hanya omongan2an kecewa akan pendaratan buruk. Kata maaf terus mengalun dari Jun Kai kepada seluruh penumpang. Pria dengan jas mahal tai berpapasan dengan Junkai. "Apakan anda pilotnya? Baru belajar ya?" Segarhnya.

"Maaf, pak, saya hanya melakukannya sesuai prosedur!" Jawabnya santai.

"Selalu menyalahkan prosedur!" Selorohnya sedikit berteriak.

Jun Kai menghela napas. "Mungkin anda tidak mengerti, saya hanya menyesuaikan diri dengan kondisi landasan yang pendek."

Pria itu memicingkan matanya, menatap Jun Kai dengan kesal. "Jelas saya tak mengerti! Karena saya ini penumpang!!" Ucapnya sengit.

"Baiklah, Pak! Saya mengerti itu!" Balas Jun Kai datar.

"Dan suara apa tadi?" Tanyanya lagi.

"Ban bagian luar pesawat pecah. Mungkin pengaruh perubahan tekanan yang tbtb," jawab Jun Kai

"Kau ingin membunuh kami?!!"

Jun Kai menarik nafas dalam2, lalu kembali tersenyum. "Bapak bisa memilih, landing mulis tapi over run atau landing kasar tapi selamat?"

Muka pria tua itu memerah. Sempurna terbungkam. Membatu begitu saja.

"Maaf, semua keluhan bisa bapak sampaikan pada pihak penerbangan. Tapi penumpang lain di belakang bapak juga ingin turun!" Ujar Jun Kai santai.

Pria tua itu turun dari pesawat dengan wajah meneras emosi. Penumpang lainnya mulai bungkam.

"Pesawat delay dua jam untuk penggantian ban. Istirahatlah," perintah Jun Kai.

"Kasihan Jun Kai," ujar Zhao Li Ying pelan.

"Ya mau bagaimana lagi," jawabku asal

"Siapkan diri untuk keluhan yang lebih banyak lagi," desah Zhao Li Ying.

Aku menuju kabin pesawat. Dua jam akan terbuang percuma jika hanya duduk diam menunggu ban pesawat kembali terpasang.

Kami bersiap2 untuk turun dari pesawat. Menunggu penggantian ban pesawat di bandara. Li Ying sudah menunggu di kabin depan bersama co-pilot.

"Malam yang panjang, hahaa" canda QianXi. Setidaknya suasana sedikit lebih riang dari sebelumnya.

Sekarang hampir pukul sebelas, semua orang sudah sangat kelelahan. Tatapan tajam dari penumpang yang masih terbengkalai di ruang tunggu.

"Apa maksudnya mereka menatap kita seperi itu?! Seolah2 ini rencana kita!" Ucap Zhang Zifeng.

Aku hanya membalas dengan helaan napas. Terkadang, aku juga merasa tak adil.

"Abaikan saja," sela Li Ying. "Simpan energi untuk last flight melelahkan nanti!"

Tak ada yang menyahut. Semua lebih memilih untuk diam. Satu persatu penumpang mulai tertidur.






TBC

Hello, maaf yaa lama uploud chapter ini :'v aku lg sibuk buat ngurusin ujian praktek wkwk :v hehe, vomment yaa clov :v loveyouuu *ciumjun*

Flying With You (TFBoys fanfiction)Where stories live. Discover now