#23 - Judo Satu Tangan

3K 96 2
                                    

Chen adalah seorang remaja yang tinggal di Hawaii. Tidak seperti remaja normal lainnya, ia hanya mempunyai tangan kiri. Tangan kanannya tidak ada sejak lahir. Karena keadaannya yang cacat, banyak remaja lain yang mengejek dan sering mengolok-oloknya, bahkan ada yang suka memukul dan mendorong kepalanya.

Suatu hari, saat pulang sekolah ia diejek dan diusili beberapa remaja. Peristiwa itu menarik perhatian seorang pria tua yang kebetulan lewat.

Pria tua itu kemudian mengusir semua remaja yang menghina Chen, ia merasa kasihan pada Chen, kemudian ia berkata, “Aku akan mengajarimu Judo supaya tidak ada yang berani mengganggumu lagi.”

Chen bingung juga karena ia hanya mempunyai satu tangan, bagaimana mungkin bisa mempelajari Judo. Pria tua itu meyakinkan Chen bahwa ia mempunyai jurus judo khusus untuk orang bertangan satu. Chen setuju untuk belajar Judo dari orang tua tersebut dan mulai latihan keesokan harinya sepulang sekolah.

Orang tua tersebut mengajari Chen sebuah jurus yang ternyata sangat sulit dikuasai, sampai beberapa bulan pun Chen masih belum menguasainya dengan baik.

Sampai akhirnya memasuki bulan ke enam barulah Chen mampu menguasainya dengan lumayan baik. Chen sangat gembira dan ia meminta kepada orang tua itu untuk mengajarinya jurus lain.

Namun, orang tua tersebut menggelengkan kepalanya dan berkata, “Kamu sudah bisa menguasai jurus itu? Bagus, kalau begitu terapkan jurus tersebut dengan lebih cepat dan lebih baik.”

Chen terus belajar dengan tekun dan akhirnya ia bisa menguasai jurus itu dengan semakin baik, tapi ia bosan juga. Akhirnya ia berkata, “Guru, saya sudah menguasai jurus itu dengan baik, tolong ajari aku jurus yang lain.”

Orang tua tersebut berkata, “Kamu merasa sudah menguasai dengan baik? Baiklah kalau begitu 3 bulan lagi kamu ikut pertandingan.”

Chen merasa ragu mendengar penyataan gurunya. Bagaimana mungkin ia yang bertangan satu harus bertanding melawan musuh yang bertangan dua dalam suatu pertandingan?

Tapi ia berpikir tidak ada salahnya dicoba, dalam pemikiran Chen dalam 3 bulan ke depan, pasti gurunya mengajarkan jurus-jurus baru untuk menghadapi pertandingan.

Seminggu, dua minggu, sebulan berlatih, Chen makin heran, gurunya tidak mengajarkan jurus baru sama sekali. Ia hanya disuruh belajar menguasai jurus tunggal itu dengan gerakan yang semakin cepat dan semakin baik.

Akhirnya Chen tidak sabar dan protes, “Guru, mengapa guru tidak mengajarkan jurus baru apapun kepada ku, masa aku harus bertanding dengan SATU TANGAN dan SATU JURUS saja.”

Gurunya tetap tidak mengajarkan jurus baru apapun sampai 3 bulan waktu berlalu dan tiba saatnya bertanding.

Chen mengawali pertandingan penyisihan pertama dengan gugup, tapi karena latihannya sudah sangat matang, akhirnya ia bisa menang.

Pertandingan kedua dan ketiga ia menangkan juga dengan jurus yang sama. Sampai tiba saatnya ia ke semi final. Chen sangat gugup, “Guru, cepat ajarkan aku jurus yang baru. Aku sudah menang 3 kali menggunakan 1 jurus yang sama, musuh pasti sudah bisa membaca jurusku, musuhku kali ini sang juara bertahan, ia sangat hebat, cepat guru, ajarkan aku,” kata Chen.

Sang guru dengan tenang berkata, “Yakin saja, Kamu pasti menang.”

Chen semakin gugup, sampai akhirnya tiba saat pertandingan. Sang lawan memang sangat hebat, berkali-kali ia dapat menghindari kuncian jurus Chen, tapi akhirnya sampai suatu saat ia sedikit lengah dan Chen dapat memanfaatkan kesempatan yang hanya sepersekian detik itu untuk memasukkan jurus satu-satunya yang ia miliki. Chen menang lagi.

Saat final pun tiba. Chen mempunyai kepercayaan diri yang sudah membubung tinggi, lawannya malah sudah ketakutan duluan, akhirnya ia bisa mengalahkan lawannya dengan mudah dan Chen menjadi juara.

Hanya dengan SATU TANGAN dan SATU JURUS, ia bisa mengalahkan lawan-lawannya yang punya tangan normal dan beragam jurus.

Chen kemudian pulang ke rumah dan merayakan kemenangannya dengan keluarga dan teman-temannya. Kemudian setelah itu ia menjumpai gurunya.

Sambil berjalan mereka membahas kemenangan Chen. Chen merasa penasaran dan bertanya pada gurunya, “Guru, bagaimana aku bisa menang melawan mereka yang normal dengan satu jurus saja? Rasanya sungguh tidak masuk akal.”

Gurunya menjawab, “Karena engkau mempunyai tekad baja, kemauan yang kuat, dan satu lagi, jurus yang kuajarkan itu adalah jurus yang sangat sulit diantisipasi dan sangat sulit menguasainya, satu-satunya cara untuk melepaskan diri dari kuncian itu adalah dengan MENGUNCI BALIK TANGAN KANAN MU.“

Sumber: aet.co.id

Quote of The Story => "Saat final pun tiba. Chen mempunyai kepercayaan diri yang sudah membubung tinggi, lawannya malah sudah ketakutan duluan, akhirnya ia bisa mengalahkan lawannya dengan mudah dan Chen menjadi juara."

Conclusion:

Tidak semua kelemahan akan selamanya menjadi kekurangan. Kadang kita hanya dikungkung oleh pandangan satu sisi saja, padahal jika kelemahan dapat dimanfaatkan menjadi akan menjadi sebuah keunggulan.

Dalam dunia nyata misalnya, tidak diperlukan banyak jurus/pekerjaan untuk menang atau sukses dalam setiap hal. Kuasai satu bidang hingga Anda benar-benar menjadi sangat ahli di bidang itu.

Satu bidang yang Anda kuasai dengan sangat baik sudah cukup untuk membuat Anda hidup layak (menang). Kalau Anda tidak bisa menang di suatu bidang yang umum, buatlah KATEGORI/JURUS sendiri di mana anda menjadi para pemenang.

Kumpulan Cerita Bijak Kisah Inspirasi dan MotivasiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang