Part 5

2.3K 124 3
                                    

"Eyes Voice"

Part 5

_______

"Aku akan melakukan hal yang lebih dari ini, kalau kamu coba ganggu dia lagi. Jangan kamu pikir aku gak berani buat meniduri dia di depan mata kamu!"
Iqbaal tersenyum miring.

"Aku akan ngelakuin hal itu kalau kamu coba ganggu dia lagi. Ok?"
Iqbaal menatap Bella yang kini menatapnya tajam dengan tangan mengepal. Bella kesal? Marah? Sepertinya begitu. Namun kemarahan Iqbaal melebihi kemarahan Bella untuk saat ini.

***

(namakamu) berjalan melewati koridor yang sudah ramai. Berjalan terpincang-pincang menahan rasa sakit akibat luka di telapak kaki kanannya.

'Awas ya lo Baal!' rutuk (namakamu) sambil melangkah dengan kaki yang tidak seimbang. Sementara Iqbaal berjalan di belakangnya, sama sekali tidak membantu (namakamu) atau memapah (namakamu) untuk berjalan.

Sebenarnya Iqbaal sudah memperingatkan (namakamu) untuk tidak masuk kuliah dulu hari ini, tapi (namakamu) tetap keukeuh, "sayang kalau gak masuk cuma gara-gara sakit gini doang," ujar (namakamu).

Dan sekarang terbukti kan? Untuk berjalan menuju kelas saja (namakamu) kesulitan. Belum lagi, "Hhhh..."
(namakamu) mendesah ketika menatap puluhan anak tangga yang harus ia lewati untuk menuju kelas di lantai 2.

"Nyesel kan? Gue kan udah bilang, gak usah masuk dulu."
Iqbaal melipatkan kedua lengannya di dada, menatap (namakamu) yang kini bertopang pada pagar tangga.

(namakamu) mendelik, menatap Iqbaal sebal. 'Bantuin gue kek! T.T'

Iqbaal menggeleng, seolah ia mendengar jeritan hati (namakamu). Bukan Iqbaal tidak mau membantu, atau bersikap tak acuh pada (namakamu). Melainkan... Bella. Ya, Iqbaal merasakan Bella menguntit mereka sedari tadi. Jika Iqbaal memegangi lengan (namakamu) saat ini, apa yang akan Bella lakukan? Iqbaal tidak mau kaca kelas di sepanjang koridor pecah secara tiba-tiba. Tidak lucu jika semua mahasiswa melihat kejadian aneh itu.

(namakamu) sempat menoleh ke arah Iqbaal sekilas, lalu tangan kirinya bertopang pada pagar tangga, sedangkan tangan kanannya kini mengaduk isi tas. Iqbaal tetap bergeming, menatap tingkah (namakamu) saat ini. Menatap (namakamu) yang kini meraih ponselnya dan,

"Al, gue ada di lantai bawah. Lo bisa jemput gue gak? Kaki gue sakit. Lo bisa tolongin gue buat-"

Iqbaal merampas ponsel (namakamu) secara tiba-tiba dan dengan sembarang memutuskan sambungan telepon. (namakamu) sempat melotot, bersiap-siap untuk meledak ketika Iqbaal melakukan tingkah menyebalkan itu, namun ledakannya seketika mereda ketika Iqbaal mengangkat tubuhnya dan membopongnya untuk menaiki anak tangga.

"Baal," pekik (namakamu). Seketika matanya terpejam. Malu. Karena sebagian mahasiswa yang tengah menaiki dan menuruni anak tangga kini menatap mereka berdua dengan tatapan aneh.

"Lo berat banget sih? Makan mulu sih lo!"

Iqbaal. Gosip mengenai Iqbaal, wanita atau gadis yang Iqbaal sentuh atau tidak sengaja menyentuh Iqbaal maka akan mengalami malapetaka. Malapetaka? Itu berlebihan. Tapi mengingat petugas kesehatan, penjaga perpustakaan, ibu kantin, dan sederet wanita lainnya. Itu sudah menjadi bahan gosip satu fakultas. Dan kali ini? Sulit dipercaya, Iqbaal tidak hanya menyentuh (namakamu), melainkan mengangkat tubuh (namakamu).

"(namakamu)?" pekik Aldi. Di pertengahan anak tangga mereka berpapasan, Aldi bergeming. Menatap Iqbaal yang kini mengangkat (namakamu). Apakah Aldi salah lihat? Haruskah ia menambah minus pada kaca matanya saat ini? Mulut Aldi menganga. Tidak! Ini memang nyata, Iqbaal mengangkat tubuh (namakamu). Tuhan... Apa yang terjadi dengan Iqbaal?

Eyes voice Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang