"Eyes Voice"
Part 6
______"Bas! Apaan sih! Gak ada hubungannya!" bentak (namakamu) dengan intonasi tinggi.
"Jadi Bastian udah tahu, (namakamu)? Wah, berarti gak usah cerita lagi dong."
Iqbaal nyengir, berusaha mempertontonkan sikapnya yang paling menyebalkan di hadapan Aldi."Bisa gak, lo gak usah nyengir kayak gitu? Bikin gue pengen bunuh orang tahu gak!"
Aldi melotot menatap Iqbaal.***
Iqbaal menepis keringat yang mulai menyebar dipermukaan wajahnya. Entah untuk keberapa kali, bahkan berapa puluh kali mencoba menyalakan motor dengan menginjak-nginjak kick starter. Sesekali berjongkok di samping motor, mengotak-atik mesin motor membuat kedua telapak tangannya berlumuran oli yang sudah menghitam. Namun percuma, Iqbaal bukan anak otomotif, sentuhan tangannya tidak kunjung membuat motornya menyala.
Starter elektrik yang berada di bagian stang kannanya tidak berfungsi. "Padahal baru minggu kemarin gue servis motor."
Dengan keringat membanjir Iqbaal sekilas menatap (namakamu) yang berdiri di sampingnya."Ya udah. Gak usah Maksain, Baal. Gue masih bisa nganter (namakamu) pulang," ujar Aldi dengan senyum penuh arti. Sedari tadi Aldi mendampingi (namakamu). Jaga-jaga takut Iqbaal tidak bisa mengantar (namakamu), dan memang itu harapannya agar ia bisa menggantikan Iqbaal untuk mengantar (namakamu) pulang.
Iqbaal tidak menghiraukan perkataan Aldi, kaki kanannya masih terus menekan-nekan kick starter. Sesekali menghela nafas panjang dan menepis keringat yang sudah deras.
'Bella, Bella. Ini gak lucu,' rutuknya dalam hati. Entah apa maksud dari dumalannya, namun ketika Iqbaal mengajak (namakamu) untuk pulang bersama tadi, tiba-tiba motornya tanpa sebab mati seperti ini. Aneh.
Iqbaal pernah berjanji pada (namakamu), jika ia diberi tugas untuk melaksanakan tugas di luar kantor, entah untuk meliput berita atau sekedar mewawancara dan sebagainya, ia akan mengajak (namakamu). Dan hari ini-- pukul 4 sore nanti, Iqbaal diberi tugas untuk memuat berita mengenai seorang tersangka kasus pembunuhan, maka dari itu ia mengajak (namakamu) untuk pergi dengannya. Namun, ternyata malah seperti ini kejadiannya.
"Nih."
(namakamu) mengulurkan tangannya untuk memberikan selembar tissue yang baru saja ia tarik dari dalam tasnya. "Ambil," perintah (namakamu), karena Iqbaal masih bergeming.Iqbaal meraih tissue dengan gerakan lemas. Tatapannya sekilas terarah pada Aldi yang kini menatapnya dengan penuh kemenangan, lalu tatapannya terjatuh pada jam tangan yang melingkar tunggal pada pergelangan tangan kirinya, Iqbaal mendesah, "Udah jam 2. Lo pulang bareng Aldi aja, kapan-kapan gue ajak lo lagi."
Iqbaal tersenyum, setelah itu lengannya bergerak mengusap permukaan wajahnya."Kalau motornya gak nyala kan kita bisa naik bis. Kalau enggak, gue anter lo dorong motor ke bengkel."
"Kaki lo sakit, nanti tambah sakit kalau kebanyakan jalan."
Aldi mengingatkan.(namakamu) menggeleng. "Kaki gue udah gak kenapa-kenapa. Lukanya juga gak gede kok."
(namakamu) meraih selembar tissue lagi dari dalam tasnya, menyerahkannya lagi pada Iqbaal. Tujuannya untuk membersihkan wajah Iqbaal yang kini dipenuhi noda hitam. Tanpa sadar, gerakan Iqbaal mengusap keringatnya malah memberikan noda baru pada wajahnya.Iqbaal tersenyum, lalu sekilas menatap Aldi. "Gimana ya, Al? (namakamu) maunya pulang sama gue?"
Tiba-tiba (namakamu) menoyor kening Iqbaal kencang, "bukan gitu! Gue kan mau ngikut lo ke Lapas! Bukan maksudnya mau pulang bareng lo!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Eyes voice
Teen FictionJika jarak antara kita dengan orang yang kita cinta terlampau jauh, maka coba untuk berlari(67)