¶¶¶
Iqbaal's POV
"Lyr", panggil gue kepada Lyra yang sedang menuangkan sirup ke dalam gelas.Ia menoleh.
Astaga cantik bat dah ini, pusing gua.
"Eh, kenapa Baal?", sahutnya lalu menaruh botol sirupnya.
Gue menghampirinya kemudian mendekap tubuhnya tanpa aba-aba.
"Baal?"
"Soal tadi. Aku mau ngomong sesuatu"
"K-kenapa Baal?"
Ia masih terpaku dalam dekapan gue, tidak membalas sama sekali.
"Kayaknya aku gak bisa move on dari kamu deh", ujar gue lalu tertawa kecil.
"Jangan becanda deh, Baal"
I feel it. Her heart is beating so fast.
"Aku masih sayang dan akan selalu sayang sama kamu, Rak", ujarnya.
Ia perlahan melepas pelukan gue.
"Kamu bikin aku tambah ngerasa bego tau gak sih, Baal", ujarnya. Kemudian setetes air turun dari matanya.
"Setahun, Baal. Since we broke up. Bayangin, setahun. Aku ngerasa bego banget. Kenapa? Ya karena--"
"--karena aku terus-terusan ngebohongin diri aku sendiri, perasaan aku sendiri", lanjutnya setelah jeda beberapa saat.
"Aku berkali-kali mikir, seandainya aja kita... kita gak pernah putus. Apa akan jadi serumit ini?", tanyanya dengan air mata yang turun semakin deras.
Gue perlahan menghapus air mata di kedua pipinya dengan kedua tangan gue.
"Maaf", ujar gue singkat. "Maaf, kebodohan aku setahun yang lalu bikin keadaan kita kayak gini sekarang. Maaf kalo aku gak bisa jaga kamu sebaik Aldi. Maaf kalo aku selalu nyakitin kamu dulu. Tapi aku cuma mau kamu tau satu hal. Aku gak pernah ngelewatin hari tanpa kamu di pikiran aku selama setahun ini. Anggep aku lebay, norak, sepik, atau apapunlah. Tapi ini kenyataannya. Aku nyesel, Rak".
"Aku sayang kamu", ucap gue sambil menatap lekat mata sembabnya.
"Terus kamu mau kita gimana sekarang?", tanyanya langsung.
"Aku mau kita kayak dulu", jawab gue.
Ia tersenyum remeh. "Menurut kamu itu mungkin?"
"You do love Aldi, don't you?"
Ia terdiam, tidak menjawab pertanyaan gue.
"Aku akan buktiin, kalo takdir gak akan salah. Kamu dan aku, bukan kamu dan Aldi. I'll make you mine", lanjut gue tegas.
•••
Lyra's POV
Pukul 08.00Gue perlahan membuka mata gue lalu melirik jam dinding. Udah pagi, dan gue adalah orang pertama yang bangun.
KAMU SEDANG MEMBACA
[2] DESTINY -idr
FanfictionPerbedaan memang bisa menjadi penghalang. Perbedaan memang bisa menjadi hambatan. But differences mean nothing compared to destiny. Isn't it?