¶¶¶
Cklek
Pintu ruangan ini terbuka, lalu muncul dua orang dari balik pintu itu. Seorang laki-laki dan perempuan.Aldi? Sama...
Caitlin?
Aldi menatap gue dalam, lalu beralih menatap Bang Kiki sebentar, kemudian akhirnya membuang pandangannya.
Sejak kapan dia kenal Caitlin?
"Wets, baru dateng lo bro", sapa Endy lalu berdiri kemudian ber-tos dengan Aldi. "Script lo di situ tuh", ujar Endy memberitahu sambil menunjuk bangku di ujung ruangan. Aldi yang tetap dengan wajah dinginnya mengambil scriptnya kemudian duduk di samping Endy.
"Eh, hai! Gue Endy", ujar Endy lalu bersalaman dengan Caitlin. Kemudian diikuti Jeha, "gue Jeha".
"Caitlin", ujarnya sambil tersenyum ramah. Cantik sih nih anak.
Caitlin menatap gue lalu tersenyum sambil mengangguk sedikit. Gue membalasnya lalu melambaikan tangan gue, seperti menyapa "hai".
Bang Kiki masih sibuk dengan Snapchatnya.
"Bang sibuk amet ye", tegur gue. "Ini, si Iqbaal ngepost video di Snapchat", ujarnya agak pelan. Takut terdengar oleh Aldi.
"Mana?", tanya gue cepat.
Video yang diupload Iqbaal cuma hitam, dengan lagu mantan terindah dari Raisa. Volumenya disetel kecil oleh Bang Kiki agar cuma gue dan Bang Kiki yang bisa mendengarnya.
"Lah dia kenapa?" tanya gue.
"Ck, ya gara-gara video Snapchat kita tadi lah, jadi dia coba-coba ngode gitu", jawab Bang Kiki santai dengan decakan di awal.
"Hah, iya apa?", tanya gue lagi.
"Coba lo kodein balik aja", saran Bang Kiki.
"Gila kali, kalo dia bukan ngode ke gue gimana?"
"Dengerin abang lo kek sekali sekali. Kodein balik cepet"
Gue membuang nafas kasar lalu membuka aplikasi Snapchat di handphone gue.
"Kode gimana ya?", tanya gue pada diri sendiri.
"'Aduch kangen mantan' gitu", canda Bang Kiki dengan nada menjijikkan.
"Lama-lama gue tampol lo Bang", ujar gue kesal disambut tawa Bang Kiki.
Gue menutup kamera gue lalu mengambil sebuah foto, biar hasilnya hitam tanpa terlihat apa-apa. Lalu gue menulis sesuatu.
"Dah tuh, udah gue masukkin story", lapor gue ke Bang Kiki.
Bang Kiki mengotak-atik handphonenya sebentar.
"I'm still waiting for you, fyi", ia bergumam pelan membaca kata-kata yang barusan gue masukkan ke Snapchat. "Idih sadis!".
"B aja ah", balas gue.
Gue membuang pandangan gue dari Bang Kiki ke Aldi. Ya, pengen liat aja dia lagi ngapain. Kepo doang mah gak ada salahnya, kan?
Dan yang gue tatap ternyata lagi ngeliatin gue. Sumpah, gue takut kejadian di Bogor itu keulang...
Gue cepat-cepat membuang muka.
KAMU SEDANG MEMBACA
[2] DESTINY -idr
FanficPerbedaan memang bisa menjadi penghalang. Perbedaan memang bisa menjadi hambatan. But differences mean nothing compared to destiny. Isn't it?