Sudah tiga hari lamanya sejak terakhir kali Hansol mengantarkan pizza ke rumah Yuju.
Anehnya, laki-laki berparas bule itu tidak menghubungi Yuju lagi setelahnya.
Pada hari pertama, Yuju masih biasa saja, toh, mereka juga baru kenal, pikirnya.
Tapi semakin lama, Yuju semakin kesal. Hansol bilang mereka sekarang teman, lalu teman macam apa yang tidak menghubunginya sama sekali?
Bahkan saat disekolahpun, Yuju terus saja memikirkan alasan Hansol yang menghilang begitu saja bagai diterpa angin.
"Yuju, kau kenapa, sih?"
Yuju menoleh ke arah sahabatnya itu dan menghela nafas berat, "Entahlah, Ji. : Menurutmu aku kenapa?"
Jihye menatap Yuju bingung, temannya ini sudah gila atau bagaimana?
"Mana kutahu? Aku yang harusnya bertanya. Kau itu seperti habis patah hati!"
Yuju tidak bergeming, sibuk berdebat dengan pikirannya sendiri, Patah hati? Tapi dia tidak suka Hansol. Dan Yuju bukan tipe orang yang dengan cepat jatuh cinta dengan orang yang baru dikenalnya.
Yuju mengacak rambutnya frustasi, Demi Tuhan! Dia bahkan bingung dengan dirinya sendiri.
"Ji, habis ini kita pelajaran biologi. Aku malas sekali."
Jiyul tidak mengatakan apapun, dan malah mengeluarkan senyum miring khasnya dan melirik Yuju.
Dengan segera, Yuju mengerti apa yang Jiyul maksudkan,
"Kau memang teman terbaikku, Ji!"
——
Yuju menyeringai puas. Berkat kerja sama liciknya dengan Jiyul, ia berhasil melarikan diri dari pelajaran yang biasanya disukainya itu.
Cukup mudah untuk lari dari pelajaran biologi, Jiyul hanya perlu menjelaskan pada Pak Kim kalau Yuju pusing dan beristirahat di klinik sekolah.
Yuju menapakkan kakinya ke atap tertinggi sekolah, tempat ia biasanya menikmati kesejukan angin mendung, seperti sekarang.
Sesampainya disana, mata Yuju tertuju pada setangkai bunga dandelion diluar pembatas pagar.
Bunga dandelion itu menarik perhatian Yuju, dan membuat Yuju melangkah mendekat kearah bunga itu tertanam.
Karena letak bunga itu lumayan sulit untuk dijangkau, Yuju harus memanjat pembatas besi dan membuatnya sedikit terhuyung kedepan.
Saat hampir meraih bunga itu, pintu dibelakang Yuju terdobrak, dan memperlihatkan seorang siswa. Lebih tepatnya, kakak kelas Yuju.
Namanya Kwon Soonyoung, laki-laki yang cool, tapi juga imut di waktu yang bersamaan.
Mata kecilnya membelalak ketika melihat posisi Yuju, "Park Yuju! Kau gila?!"
Yuju ingin menoleh ke belakang, tetapi Soonyoung sudah berlari dan merengkuhnya dari belakang.
Yuju yang masih bingung hanya berdiri mematung, membiarkan feromon dari laki-laki ini memasuki indra penciumannya sebanyak mungkin.
Setelah sekitar dua menit keadaan dan posisi mereka tidak berubah sedikitpun, Yuju merasa sedikit canggung, "Um....Kak Soonyoung?"
Soonyoung tersentak, dan seketika melepas rengkuhannya. Semburat kecil menghiasi pipinya.
Namun, Soonyoung kembali teringat 'niat nekat' Yuju, dan raut wajahnya berubah seketika, "Kau! Kenapa bodoh sekali, sih? Hidupmu masih panjang, kenapa harus bunuh diri? Itu bukan solusi yang tepat, Yuju!"
Yuju memproses kalimat Soonyoung satu persatu, dan memastikan tidak ada satu katapun yang terlewat.
Apa dia baru saja mengira Yuju akan bunuh diri?
"E-eh? Aku nggak berniat bunuh diri, kak! Aku cuma ingin mengambil bunga itu!" Yuju mencoba menjelaskan sambil menunjuk-nujuk kearah bunga itu.
Soonyoung menaikkan satu alisnya, "Serius?"
Yuju mengangguk mantap, "Iya!"
"Baiklah."
Dan Soonyoung pun membalikkan badannya, lalu berjalan menjauh ke arah pintu.
Yuju mengerutkan keningnya, baru saja Soonyoung bersikap seolah ia peduli, dan sekarang bersikap dingin lagi?
Yuju lalu memutuskan untuk mengejar Soonyoung.
"Kak Soonyoung!"
Soonyoung membalikkan tubuhnya malas, "Apa?"
"Kakak bolos?"
"Ya."
Yuju mengangguk-angguk. Sepertinya kakak kelasnya satu ini sedang tidak ingin diganggu.
Yuju membalikkan badannya, berniat untuk pergi, namun pergelangan tangannya ditahan oleh Soonyoung,
"Hei, Yuju."
Yuju menoleh, dan mendapati wajah linglung Soonyoung. Namun Soonyoung segera melepas gandengan tangan mereka.
"Nggak deh, nggak jadi."
——
Setelah adegan bolos yang cukup aneh tadi, Yuju sekarang sudah dikelas, mendengarkan penjelasan guru Bahasa Inggrisnya dengan tenang.
"Ms. Park, I saw you daydreaming just now. Do you even understand what I am explaining here?"
Yuju tersentak, guru kesayangannya itu baru saja menegurnya karena melamun,
"I'm so sorry, Sir. But yes, I understood."
Sekadar jawaban simpel seperti itu sudah cukup bagi Pak Jung. Karena ia tahu seberapa jauh Yuju mampu menguasai materi dalam Bahasa Inggris.
Tentu saja tidak sulit bagi Yuju, dulu, Yuju sempat tinggal di Los Angeles selama dua tahun, dan itu semua membuatnya terbiasa dalam berbahasa Inggris.
Gurunya itu hanya mengangguk paham, dan melanjutkan penjelasannya sebelumnya.
Yuju melirik jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya, dan tepat pada saat itu, bel tanda istirahat berdering.
Yuju bersorak dalam hati, dan mulai memasukkan barang-barangnya kedalam tas.
Saat berniat memasukkan kamusnya, sesuatu terjatuh dan menarik perhatian Yuju.
Yuju segera mengedarkan pandangannya di lantai untuk mencari benda yang jatuh tadi, dan mendapati setangkai bunga dandelion yang ingin ia ambil sebelumnya.
Yuju mengambilnya, dan baru sadar secarik kertas terselip diantara halaman-halaman kamusnya, isinya,
"Ini bunga yang ingin kau ambil, kan?
Lain kali hati-hati, kau bisa saja jatuh dan mati tadi. Dasar ceroboh."Yuju memandangi surat yang ada ditangannya itu dan tersenyum kecil, ternyata Soonyoung memiliki sisi imut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beautiful Stranger
Fanfic" Saat pertama kali aku melihatmu, aku merasa bahwa kita bukan sepenuhnya orang asing. " -Choi Hansol. -- " Aku tahu kata 'indah' itu bukan untuk mendeskripsikan seseorang, tapi kau sungguh indah. " -Park Yuju. -- A fanfiction story wrote by miche...