Part 2 - New Beginning

809 59 0
                                    

Sementara itu dirumah sakit. Seorang pasien penderita leukimia sedang mengamuk dikamar rawatnya. Dua orang suster memeganginya dan ayahnya sedang membujuknya agar tetap tenang.

"Pokoknya aku pengen sekolah, pa. Aku gak mau terus-terusan dirumah sakit dikurung kayak gini. Aku pengen hidup normal seperti kebanyakan remaja lainnya." Seru sang gadis meronta-ronta sambil dipegangi oleh dua suster.

"Iya-iya sayang, Nanti kamu akan sekolah. Tapi kamu harus sembuh dulu." Ujar sang papa menenangkan.

"Sampai sembuh? Kapan pa? Sampe semua temen-temen sebaya aku lulus sekolah? Atau sampai matipun aku gak bakal bisa sekolah lagi?" Ujar sang gadis.

"Hey kamu ngomong apa sih? Papa janji kalo kamu udah sembuh kamu pasti bisa sekolah lagi."

"Pa, papa lupa aku sakit apa? Leukimia pa. Mau nunggu sampai kapan aku sembuh? Pokoknya aku gak mau tau, aku mau rawat jalan aja, aku mau sekolah. Aku gak mau disini terus." Ujar sang gadis.

"Iya-iya sayang iya. Besok kamu akan sekolah." Ujar sang ayah pasrah.

"Janji ya pa?"

"Iya sayang." Ujar sang ayah yang lalu memeluk putrinya.

Sementara itu kamar rawat sebelah.
Seorang pasien sedang tersenyum mendengarkan kegaduhan diruang sebelah.

"Pasti si Michelle lagi ngamuk lagi deh." Ujar seorang pasien laki-laki sambil tersenyum.

Kembali ke sekolah.
Bel pulang sekolah pun tiba, seperti biasa Dinda dan Rizky pulang bersama. Diperjalanan Dinda dan Rizky saling menjaili satu sama lain.

Dinda menjaili Rizky dan kemudian Rizky yang tidak terima mengejar Dinda. Tanpa disadari Dinda yang sedang berlari karena dikejar Rizky tidak sadar bahwa dia berlari sampai ke tengah jalan.

Tiba-tiba ada sebuah mobil yang melaju dijalan dan hampir menyerempet Dinda. Mobil itupun oleng dan menyerempet pohon dipinggir jalan.

Dinda dan Rizky yang takut karena kesalahannya menjadi tegang.

Tiba-tiba sang supir dan orang yang duduk diagian belakang mobil turun dan menghampiri Dinda dan Rizky.

"Waduh mampus gue. Mampus." Kata Dinda ketakutan. Tidak jauh beda, Rizky juga menunjukkan ekspresi yang sama.

"Hei kamu itu bagaimana sih. Kalau bercanda jangan ditengah jalan. Untung saja saya gak nabrak kamu. Kalo ketabrak tadi gimana coba?" Ujar sang supir kepada Dinda.

"Lo sih Din pake acara lari ketengah jalan segala." Ucap Rizky malah ikut menyalahkan Dinda.

"Kok lo malah ikut nyalahin gue sih." Ucap Dinda ke Rizky sambil berbisik.

"Ehh iya pak saya minta maaf. Maaf banget deh pak. Soalnya tadi saya gak sengaja, mana saya tau kalo tiba-tiba ada mobil bapak." Ujar Dinda.

"Pokoknya saya gak mau tau. Kamu lihat mobil saya itu sampe lecet-lecet gara-gara nyerempet pohon itu. Kamu harus tanggung jawab." Ucap si sopir sambil menunjuk kearah mobil yang masih dalam posisi menyerempet pohon.

Sementara itu orang yang tadi duduk dibagian belakang mobil, seorang kakek-kakek hanya tersenyum saja memperhatikan Dinda yang sedang dimarahi oleh supirnya.

"Hah? Tanggung jawab pak? Tanggung jawab gimana nih maksudnya pak?" Tanya Dinda. Rizky yang berada disampingnya malah tidak membantu apa-apa hanya diam saja dan menunduk ketakutan.

"Kamu harus tanggung jawab. Kamu harus bayar semua kerusakan mobil itu. Kalau tidak, saya akan laporkan kamu ke polisi." Ucap sang supir.

"Hah? Polisi? Yah jangan dong pak. Lagian saya ini kan anak SMA pak, mana ada duit buat bayar kerusakan mobil kayak gitu." Ucap Dinda.

"Ky bantuin gue dong." Bisik dinda sambil menyenggol Rizky.

"Tauk ah gue gak ikutan." Ujar Rizky tidak mau tahu.

"Saya gak peduli kamu dapet uang darimana, yang saya mau tau cuma pertanggung jawaban kamu." Ucap si supir.

"Yah bapak kok tega banget sih sama saya pak. Emang gak bisa diselesaikan dengan cara kekeluargaan apa pak?" Ucap Dinda memelas.

Tiba-tiba sang kakek yang dari tadi Diam pun mengucapkan sesuatu.

"Oke, kalau kamu tidak bisa bertanggung jawab dan mengganti kerusakan mobil saya, kamu harus kerja sama saya." Ucap sang kakek.

"Hah kerja? Kerja apaan nih ky? Mampus gue kalo gue dijadiin PSK gimana nih ky?" Tanya Dinda ke Rizky sambil berbisik.

"Udah lah lo jangan berpikiran yang enggak-enggak deh." Ujar Rizky yang sebenarnya juga khawatir.

Sang kakek yang mendengar bisikan mereka pun tertawa.

"Hahaha sudahlah kamu jangan berpikiran yang macam-macam. Saya hanya meminta kamu bekerja untuk menjaga dan menemani cucu saya yang sedang sakit di rumah sakit. Mulai besok setelah pulang sekolah saya akan menjemput kamu. Kamu harus menemani cucu saya di rumah sakit dari pulang sekolah dan malam harinya saya akan antarkan kamu pulang. Gimana?"

"Hah serius nih kek? Cuma gitu doang? Alah itu mah kecil kek. Oke deh saya terima, deal." Ucap Dinda.

"Heh lo yakin mau nerima tawaran tuh kakek? Gimana kalo ternyata cucunya tuh anak yang bandel banget? Atau kalau nggak tuh anak sakit menular. Entar kalo lo ketularan penyakitnya gimana?" Tanya Rizky ke Dinda sambil berbisik.

Lagi-lagi si kakek mendengar bisikan mereka dan tertawa lagi.

"Hahaha tenang saja, cucu saya anaknya baik kok, dia juga gak sakit menular. Dia cuma kesepian saja di rumah sakit." Ujar si kakek.

"Beneran nih kek?" Tanya Rizky.

"Iya beneran." Jawab si kakek.

"Oke deh kalo gitu saya relain temen saya ini buat jadi baby sitter cucu kakek." Ucap Rizky kepada si kakek.

"Eh sialan lo." Ucap Dinda menyikut Rizky.

"Oke kalau begitu saya pergi dulu. Oh ya saya minta kartu pelajar kamu untuk saya sita." Ucap si kakek kepada Dinda.

"Lah kok pake acara nyita kartu pelajar sih kek?" Tanya Dinda.

"Supaya kamu tidak kabur."

"Aahh yaudah deh. Ini kek." Ucap Dinda sambil mengulurkan kartu pelajarnya kepada sang kakek.

Sang kakek pun menerima kartu pelajar Dinda dan kemudian pamit pergi.

"Oke kalau begitu saya pergi dulu. Ingat mulai besok kamu sudah mulai kerja sama saya." Ucap sang kakek.

"Iya kek. Tenang aja." Jawab Dinda.
Sang kakek dan sang supir pun pergi meninggalkan Dinda dan Rizky.
Menyisakan dua orang sahabat yang sudah bisa ditebak pasti akan saling menyalahkan pada ujungnya.

"Tuh kan mampus lo, siapa suruh ngejailin gue, jadi gini kan akibatnya. Untung tuh kakek cuma nyuruh lo buat jagain cucunya. Kalo beneran lo dilaporin ke polisi gimana?" Ucap Rizky menyalahkan Dinda.

"Kok lo malah nyalahin gue sih. Siapa suruh lo ngejar-ngejar gue. Mana gak mau ikutan belain gue lagi lo." Sahut Dinda.

"Tuh kan selalu aja lo balik nyalahin orang. Padahal udah jelas lo duluan yang tadi ngejailin gue. Lagian ngapain gue tadi ngebelain lo. Yang ada nanti gue ikuta-ikutan disuruh tanggung jawab lagi sama tuh kakek." Ujar Rizky.

"Sahabat macam apa sih lo ngeliat temennya susah malah gak mau belain." Ujar Dinda pada Rizky.

"Ogah gue bantuin lo cuma bikin sengsara gue." Balas Rizky.

"Rizkyyyyyyyyyyy." Teriak Dinda dengan lantag sambil mencubit lengan Rizky. Rizky yang kesakitan pun berteriak-teriak dibuatnya.

To be continued...

Love After The StormTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang