Part 17 - A Challenge

557 42 19
                                    

"Jangan goyang-goyang mulu dong!"

"Lo pikir gak capek apa megangin terus?"

"Fokus dong fokus!"

"Fokus pala lo! Capek gue!"

Dimas tidak peduli dengan keluhan Dinda.

Sementara Dinda sejak tadi tidak bisa menyembunyikan muka masamnya. Pasalnya Dimas sedari tadi meminta Dinda untuk memegangi cermin untuknya.

"Lagian ngapain sih lo pake acara ngaca segala?" Kata Dinda pada lelaki di depannya yang sepertinya enggan menanggapi pertanyaan tersebut.

"Emang lo lupa wajah lo sendiri?" Tanya Dinda kembali.

"Banyak cing cong lo. Tinggal megangin aja." Akhirnya Dimas membuka mulutnya kembali.

"Nggak, gue heran aja. Segitu niatnya lo pengen gambar diri lo sendiri? Sampe harus ngaca segala. Emang lo lupa wajah lo sendiri kayak gimana?"

Ya, akar dari permasalahan diatas sebenarnya tidak lain dan tidak bukan adalah karena Dimas menyuruh Dinda memegangi cermin untuknya sementara dia menggambar dirinya sendiri di depan cermin.

"Gue pengen gambar diri gue se-perfect mungkin." Kata Dimas.

"Kalo profesional sih harusnya gak perlu pake kaca juga. Pake ngerepotin orang lagi." Sindir Dinda.

"Lo kalo gak mau gue repotin pulang aja sono."

"Tapi jangan salahin gue kalo tiba-tiba lo dapet surat panggilan dari pengadilan karena mangkir dari tanggung jawab." Ancam Dimas.

"Yaelah lebay lo!" Dinda memutar bola matanya jengah.

"Terus sampe kapan nih gue megangin kaca mulu?" Dinda mulai mengeluh kembali.

"Bentar lagi. Tinggal finishing."

"Huft." Dinda cuma bisa menghembuskan nafas pasrah.

Beberapa menit kemudian

"Nah! Udah jadi!" Seru Dimas sumringah melihat hasil karyanya.

"Coba gue liat." Dinda penasaran dengan hasil karya Dimas itu.

"Biasa aja. Standard!" Cibir Dinda.

"Banyak omong lo kek netijen Indonesia bisanya nyinyir mulu." Dimas tidak peduli dengan cibiran Dinda.

"By the way tumben-tumbenan nih bikin sketsa diri sendiri. Gak bikin sketsanya mbak cantik?" Tanya Dinda.

"Mbak cantik siapa?"

"Itu mbak cantik yang biasanya lo gambar."

"Hah? Michelle maksud lo?"

"Oh jadi namanya Michelle. Gue baru sadar selama ini lo gak pernah nyebutin namanya."

"Lah lo gak pernah nanya."

"Eh jawab dong yang tadi. Kenapa lo gambar sketsa lo sendiri?" Dinda masih penasaran.

"Justru dia yang minta sketsa gambar gue." Kata Dimas.

"Hah? Serius lo? Wah kemajuan nih." Dimas hanya tersenyum mendengar kalimat Dinda barusan.

"Terus kenapa dia minta sketsa lo?" Tanya Dinda kembali.

"Dia minta hadiah buat semangatin kemo-nya."

"Dia lagi kemo sekarang?" Tanya Dinda?

"Iya."

"Di rumah sakit ini juga?"

"Iya. Tepatnya persis disamping kamar ini." Kata Dimas menjelaskan.

"Hah? Serius lo?"

"Menurut lo, apa untungnya gue bohong?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 29, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Love After The StormTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang