Part 15 - Leave Me Alone!

315 34 8
                                    


"Karena lo yang udah bikin hidup gue berwarna." Kata Michelle dengan senyumnya yang sedetik kemudian hampir membuat jantung Dimas berhenti seketika.

Dimas tidak mengerti apa maksud perkataan Michelle tadi. Entahlah kalimat yang diucapkan Michelle tadi saat ini sukses membuat hati Dimas berbunga-bunga, tapi di satu sisi juga membuatnya miris. Ya, Dimas tidak boleh terlalu larut dalam angan-angan. Dia sadar posisi dia sekarang. Seorang penderita kanker otak stadium akhir, yang hidupnya mungkin tidak akan lama lagi. Masih pantaskah dia merasakan kebahagiaan?

"Hahahahaha." Tawa Dimas berhasil memecah lamunannya sendiri.

"Emang lo pikir gue krayon? Pake mewarnai hidup lo segala." Kata Dimas mencoba untuk mengalihkan pembicaraan. Dia tidak mau larut dalam perasaannya. Kalimat Michelle yang dia dengar tadi bukan berarti memiliki arti bahwa Michelle pun merasakan perasaan yang sama padanya.

"Iiih Dimas, serius gue." Kata Michelle cemberut.

"Hahahaha. Serius lo mau sketsa gambar gue?" Tanya Dimas. Michelle hanya mengangguk yakin.

"Ntar deh gue pikir-pikir dulu. Hasil karya gue itu mahal. Enak aja lo tinggal minta. Hahahaha." Tawa Dimas yang seketika itu juga mendapatkan cubitan di pinggangnya dari Michelle.

"Dasar pelit lo! Gambar lo juga gak kebawa mati!" Maki Michelle yang seketika itu membuat Dimas terdiam.

Michelle mulai merutuki kata-kata yang dia ucapkan barusan.

"Duh ngomong apa sih gue barusan." Kata Michelle dalam hati. Menyesali kata-kata yang keluar dari mulutnya.

"Hahahahahahaha" Tawa Dimas menggelegar di dalam ruangan rawat inapnya membuat Michelle heran dengan apa yang dilakukan laki-laki itu sekarang.

"Gak perlu nyumpahin gue mati juga kali. Iya-iya gue bikinin." Ucap Dimas sambil mengusap-usap puncak kepala Michelle membuat si pemilik kepala terheran-heran dengan kelakuan si lelaki.

*
*

Dinda berjalan lunglai dalam perjalanan pulang ke rumah. Hari ini Dinda tidak ke rumah sakit. Tadi pak Tarman meneleponnya dan mengatakan bahwa hari ini Dinda tidak perlu menemani Dimas ke rumah sakit. Harusnya dia merasa senang sekarang. Karena hari ini dia mendapatkan libur sehari dalam masa tugasnya. Tapi kebahagiaan itu tidak berarti karena hari ini Rizky tidak pulang dengannya. Entahlah Rizky tidak terlihat sejak tadi. Padahal Dinda sedang ingin pulang bersama Rizky.

"Tuh anak marah sama gue apa gimana ya?" Gerutu Dinda sambil menendang kerikil-kerikil yang dia temui di sepanjang jalan.

"Cuma manusia aneh kayak Rizky yang gak suka ketemu sama sodara kembarnya sendiri." Lanjut Dinda.

"Huwaaaaaa akhirnya Irsyad pulang juga." Girang Dinda masih dengan monolognya.

**

Sementara itu di rumah Rizky.

"Pokoknya aku gak mau dia satu sekolah sama aku." Kata Rizky di hadapan ibunya dan Irsyad.

"Memangnya kenapa sih? Kalian kan saudara kembar. Lagian sekolah kamu juga punya reputasi bagus. Jadi mama mau kalo Irsyad sekolah disana." Kata ibu Rizky.

"Gak! Pokoknya Rizky gak suka Irsyad satu sekolah sama Rizky!" Kata Rizky tidak terima.

"Rizky! Kenapa sih kamu jadi kayak anak kecil begini?" Kali ini ibu Rizky sudah mulai tersulut emosi.

"Apa? mama bilang aku kayak anak kecil? Mama tau kan aku sama Irsyad gak pernah bisa akur? Dirumah aja kita jarang ngomong. Mama mau temen-temen Rizky tau kalo kita sodara kembar yang gak akur?" Kata Rizky.

Love After The StormTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang